Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun tidak terbatas) perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya yang meliputi konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan sebagainya dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Firmansyah & Mahardhika, 2018, hlm. 317).

Sementara itu, menurut Krisnandi dkk (2019, hlm. 59) tanggung jawab sosial perusahaan adalah hal yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi masyarakat di sekitarnya, misalnya dalam bentuk pemberian bantuan sukarela. Tanggung jawab sosial ialah kewajiban yang ditanggung oleh suatu perusahaan di luar tuntutan hukum dan ekonomi untuk mencapai sasaran jangka panjang bagi masyarakat.

Sebetulnya, tanggung jawab sosial berupa “bantuan sukarela” semacam itu tidak harus dilakukan selama perusahaan sedari awal telah bertanggungjawab secara sosial kepada masyarakat dan lingkungannya. Misalnya, dengan penerapan “pembangunan berkelanjutan”, di mana dalam melaksanakan aktivitasnya, suatu organisasi atau perusahaan harus mendasarkan keputusan tidak berdasarkan aspek keuntungan (ekonomi) semata, melainkan juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusan tersebut, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Salah satu pendekatan CSR adalah kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara menggunakan Manajemen Dampak. Manajemen dampak adalah pengelolaan untuk meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap seluruh pemangku kepentingannya. Dampak yang diperhatikan oleh tanggung jawab sosial perusahaan haruslah berpijak triple bottom lines. Artinya, tujuan organisasi tidak hanya dapat pada berpijak pada singlet bottom line seperti keuntungan atau dividen saja, melainkan pada aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Etika

Salah satu hal utama yang mendasari tanggung jawab sosial perusahaan adalah etika. Etika dan tanggung jawab sosial merupakan dua variabel yang saling melengkapi (Krisnandi dkk, 2019, hlm. 58). Dengan kata lain etika dapat mendasari tanggung jawab sosial. Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki etika yang baik cenderung bertanggung jawab secara sosial.

Kata ethics berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos, yang artinya karakter. Etika ialah sekelompok kepercayaan, pemikiran, ataupun standar yang memenuhi individu, kelompok ataupun masyarakat. Perilaku yang etis diartikan sebagai perilaku baik yang diterima oleh masyarakat.

Tanggung jawab sosial merupakan wujud pelaksanaan etika dalam organisasi. Tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan cara suatu bisnis untuk bertindak terhadap kelompok dan pribadi lainnya dalam lingkungan dan merupakan tanggapan dari perusahaan atau bisnis terhadap kebutuhan sosial.

Etika dan tanggung jawab sosial akan mendasari kualitas dari suatu hubungan. Organisasi yang mengabaikan isu etika dan tanggung jawab sosial akan mengalami kesulitan dalam jangka panjang. Organisasi menggunakan pengalaman masa lalu dan nilai serta perhatian saat ini untuk membentuk visi moral baru demi masa depan.

Etika terdiri atas beberapa unsur yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Nilai-Nilai
    Nilai-nilai mengandung arti sebagai keinginan seseorang atau sekelompok orang yang bersifat baik, baik untuk dirinya dan baik juga untuk semua orang. Bahwa keputusan yang dibuatnya akan memberikan dampak baik bagi orang lain atau masyarakat.
  2. Hak
    Hak adalah kebebasan seseorang untuk bertindak. Setiap orang tentu saja memiliki hak untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya. Akan tetapi, hak seseorang akan dibatasi oleh hak orang lain.
  3. Kewajiban
    Kewajiban yang dimaksudkan di sini adalah Hal yang menjadi keharusan seseorang atau organisasi untuk melakukan kegiatan. Kewajiban seorang suami misalnya adalah memberikan perlindungan terhadap istri dan keluarganya, memberikan nafkah, mengayomi anak istri dan lain sebagainya.
  4. Peraturan Moral
    Peraturan Moral adalah berkaitan dengan pedoman baik dan buruk. Moral lahir dari suatu keyakinan atau kepercayaan tertentu yang mendasari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Bagi seorang penganut agama tertentu, meminum minuman keras adalah hal yang dilarang karena jika dilanggar akan menimbulkan ketidakbaikan, misalnya kesadaran menurun sehingga tidak bisa membedakan hal baik dan buruk, sehingga pada gilirannya akan mengakibatkan masalah sosial (Krisnandi dkk, 2019, hlm. 63).

Dasar Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pada tahun 1889, Andrew Carnegie pendiri U.S Steel dengan bukunya The Gospel of Wealth mengatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan didasarkan pada dua prinsip berikut.

  1. Charity principle (prinsip amal),
    yakni doktrin tanggung jawab sosial yang menuntut orang yang beruntung untuk membantu anggota masyarakat yang kurang beruntung.
  2. Stewardship principle (prinsip kepengurusan harta orang lain),
    yakni doktrin yang mewajibkan bisnis dan individu yang kaya untuk memandang dirinya sebagai pelayan, pengelola ataupun penguasa kekayaan untuk kepentingan masyarakat secara menyeluruh.

Selanjutnya, pada tahun 1970-1980, Milton Friedmen, seorang ahli ekonomi mengatakan argumen bahwa hanya ada satu tanggung jawab sosial dari suatu bisnis, yakni mempergunakan sumber dana dan energinya dalam aktivitas yang dirancang untuk menambah labanya, dengan catatan bahwa bisnis tersebut terlibat dalam persaingan terbuka yang bebas dari penipuan dan tidak menyalahi aturan permainan.

Argumen mengenai tanggung jawab sosial perusahaan ini tidak berhenti di benak Friedmen saja, melainkan masih berlangsung hingga sekarang. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh organisasi di dunia kini mengamini bahwa CSR adalah hal yang harus diperhatikan, terutama oleh perusahaan yang mencari keuntungan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa argumen pendukung dan penentang tanggung jawab sosial perusahaan.

Argumen yang Mendukung Tanggung Jawab Sosial

Beberapa dasar argumen yang mendukung bahwa suatu organisasi harus berkewajiban untuk melaksanakan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Harapan Masyarakat
    Secara sosiologis, masyarakat terdiri dari berbagai lapisan atau tingkatan, kaya dan miskin, kelas atas dan bawah, pemimpin dan karyawan, pejabat dan rakyat biasa, serta orang berpendapatan tinggi, rendah, ataupun tidak berpendapatan sama sekali. Sudah barang tentu karena status sosial yang berkelas-kelas tersebut berdampak pada kemampuan daya beli yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu masyarakat terutama yang kurang mampu berharap akan bantuan atau kepedulian dari perusahaan-perusahaan akan nasib mereka.
  2. Laba Jangka Panjang
    Perhatian dan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan masyarakat, akan membuat keberadaan perusahaan terlindungi dari gangguan-gangguan keamanan, distribusi lancar yang pada akhirnya akan menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang.
  3. Kewajiban Etis
    Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, masalah etika itu menyangkut permasalahan baik atau buruk, serta benar atau salah. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya dapat dinilai sebagai perusahaan dengan kewajiban etis yang baik.
  4. Citra Masyarakat
    Perhatian yang diberikan oleh organisasi terhadap keadaan masyarakat akan memberikan dampak yang baik bagi citra perusahaan. Sebaliknya, organisasi yang tidak memedulikan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya akan memperoleh citra yang buruk.
  5. Lingkungan yang Lebih Baik
    Peran dan bantuan organisasi terhadap masyarakat lingkungannya, menyebabkan lingkungan akan menerima keberadaan organisasi. Dengan kata lain lingkungan akan menjadi lebih baik lagi.
  6. Menghambat Peraturan Pemerintah Lebih Lanjut
    Suatu organisasi berperan penting dalam perkembangan masyarakat, sehingga citra yang baik akan menghambat munculnya berbagai peraturan pemerintah yang dapat merugikan perusahaan.
  7. Keseimbangan Tanggung Jawab dengan Kekuasaan
    Suatu organisasi yang bertanggung jawab sosial biasanya akan memiliki kemampuan untuk membagi kekuasaan secara seimbang.
  8. Kepemilikan Sumber-Sumber
    Organisasi yang memiliki citra yang baik akibat tingginya tanggung jawab sosial yang dimilikinya akan memiliki akses yang luas terhadap berbagai sumber daya.
  9. Keunggulan Pencegahan atas Penanganan Masalah
    Setiap organisasi sering kali dihadapkan dengan masalah-masalah, baik masalah kecil sampai pada masalah yang besar. Dengan peran dan tanggung jawab sosialnya yang tinggi, relatif perusahaan akan mampu mengatasi segala permasalahan dengan lebih baik (Krisnandi dkk, 2019, hlm. 60).

Argumen yang Menentang Tanggung Jawab Sosial

Sementara itu, beberapa argumen yang menentangnya adalah sebagai berikut.

  1. Menghalangi Maksimalisasi Laba
    Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar, seperti sumbangan bencana alam, sumbangan beasiswa, dan peran penting lainnya. Sudah barang tentu biaya-biaya ini akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan, sehingga laba tidak maksimal.
  2. Lunturnya Tujuan
    Seperti diketahui bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan, atau memakmurkan pemilik perusahaan. Dengan semakin besar peran organisasi dalam biaya tanggung jawab sosial, mengakibatkan tujuan perusahaan semula menjadi luntur.
  3. Biaya
    Tanggung jawab sosial membutuhkan biaya yang besar, karenanya sekali organisasi bertanggung jawab sosial, maka biayabiaya akan selalu menyertainya.
  4. Terlampau Banyak Kekuasaan
    Dengan semakin seringnya tanggung jawab sosial dilakukan, akan memunculkan pihak-pihak berkepentingan ikut campur dalam setiap proses pengambilan keputusan, yang pada akhirnya akan semakin banyak kekuasaan yang dapat mempengaruhi operasi perusahaan.
  5. Kurangnya Keterampilan
    Tanggung jawab sosial yang tinggi dianggap sebagai kurangnya keterampilan para pemimpin perusahaan, sehingga untuk menutup kelemahan tersebut dengan melakukan tanggung jawab sosial, dengan harapan akan memperoleh fasilitas lebih dari pemerintah.
  6. Kurangnya Pertanggungjawaban
    Perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial akan mengurangi pertanggungjawaban manajemen akan fungsi utamanya, yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
  7. Kurangnya Dukungan dari Masyarakat Luas
    Tanggung jawab sosial dipandang akan mengurangi dukungan dari masyarakat luas, yaitu masyarakat pengguna (konsumen) yang mengonsumsi produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan (Krisnandi dkk, 2019, hlm. 61).

Tanggung Jawab Perusahaan

Sebetulnya tidak ada patokan pasti mengenai bagaimana suatu perusahaan harus melakukan pertanggungjawaban kepada lingkungannya. Namun demikian, secara umum, masyarakat berhak untuk mengharapkan bahwa tanggung jawab perusahaan mencakup:

  1. Mutu produk;
  2. Keamanan produk;
  3. Harga yang memberikan laba yang wajar;
  4. Promosi penjualan yang jujur;
  5. Pekerjaan yang menarik, memberikan tantangan, dan mengembangkan para pekerja;
  6. Menghindarkan diskriminasi ras, warna kulit, agama, atau jenis kelamin dalam seleksi dan promosi;
  7. Kesehatan dan keamanan para pekerja;
  8. Pensiun bagi karyawan yang mempunyai masa kerja panjang;
  9. Pembayaran upah minimum kepada buruh kasar yang tidak terampil dan gaji layak bagi mereka di atas tingkat yang terendah;
  10. Pembayaran sebagian pajak yang layak;
  11. Perlindungan lingkungan (Firmansyah & Mahardhika, 2018, hlm. 321).

Tujuan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan cara suatu bisnis untuk bertindak terhadap kelompok dan pribadi lainnya dalam lingkungan dan merupakan tanggapan dari perusahaan atau bisnis terhadap kebutuhan sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat diperuntukkan bagi beberapa tujuan sebagai berikut.

  1. Bertanggung jawab terhadap pelanggan,
    bentuk tanggung jawab terhadap pelanggan antara lain dengan memperhatikan hak-hak konsumen, yaitu antara lain hak untuk mendapatkan produk yang aman, memperoleh informasi, didengar dan hak untuk memilih.
  2. Bertanggung jawab terhadap tenaga kerja,
    perusahaan harus menunjukkan tanggung jawabnya terhadap karyawan misalnya dengan memberikan hak atas jaminan keselamatan kerja dan kesehatan serta jaminan mendapatkan upah yang layak.
  3. Bertanggung jawab terhadap lingkungan,
    perusahaan dapat melakukan tanggung jawab sosialnya pada lingkungan misalnya dengan mencegah terjadinya polusi dan menjaga kelestarian alam (Firmansyah & Mahardhika, 2018, hlm. 318).

Manfaat Tanggung Jawab Perusahaan

Manfaat adanya CSR melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun eksternal yang terdiri atas perusahaan, masyarakat, dan pemerintah.

Bagi perusahaan, manfaat adanya CSR adalah:

  1. membangun citra positif perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah;
  2. perusahaan dapat menunjukkan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang diimplementasikan oleh perusahaan tersebut;
  3. perusahaan dapat membagi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan norma-norma moral dan etika, sehingga perusahaan dapat menciptakan produk yang mampu memenuhi kebutuhan para penggunanya.

Bagi masyarakat, manfaat CSR adalah:

  1. kepentingan masyarakat dapat terakomodasi oleh perusahaan;
  2. Mempererat hubungan masyarakat dengan perusahaan dalam situasi win-win solution.

Sementara itu, manfaat tanggung jawab sosial perusahaan bagi pemerintah adalah:

  1. memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dan misi pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial;
  2. ikut serta dalam mengakomodasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan mutlak dan kebutuhan primer.

Referensi

  1. Firmansyah, Anang dan Mahardhika, Budi W. (2018). Pengantar manajemen. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
  2. Krisnandi H., Efendi S., Sugiono E. (2019). Pengantar manajemen. Jakarta: LPU-UNAS.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *