Tes intelegensi adalah pengungkapan set kemampuan kognitif yang berbeda-beda dalam segi intelegensinya. Karena perbedaan dalam segi intelegensinya, individu satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan sesuatu masalah yang dihadapinya. Intelegensi sejatinya bukanlah takaran kemampuan atau kecerdasan seseorang yang absolut. Hanya beberapa set keterampilan dan kompetensi kognitif tertentu yang diuji, dan tidak mendefinisikan kemampuan berpikir seseorang seutuhnya.

Intelegensi sifatnya genetik, namun bukan berarti hanya sebagian orang yang dilahirkan dengan DNA unggul saja yang dapat inteligen. Bahkan, genetik yang mempengaruhi intelegensi seseorang adalah gen-gen yang diturunkan melalui lingkungan seperti orang tua dan orang-orang yang dekat dalam kehidupan di mana orang itu tumbuh berkembang. Tidak semua yang bersifat genetis diturunkan dari masa prenatal atau dalam kandungan.

Bouchard & McGue, 1981; Bouchard, dkk, 1990 (dalam Passer & Smith, 2004) mengadakan penelitian mengenai gen yang dibagikan melalui peran dari pembawaan dan lingkungan terhadap IQ atau inteligensi seseorang. Hal tersebut dinyatakan dalam sebuah tabel sebagai berikut.

Relationshiop)Persentasi bagian genetis (Percentage of Shared genes)Correlation of IQ scores
Identical twins reader together10086
Identical twins reader apart10075
Non identical twins reader together5057
Siblings reader together5045
Siblings reader apart5021
Biological parent-offspring reared by parent5036
Biological parent-offspring not reader by parent5020
Cousins2525
Adapted schild-adoptive parent019
Adapted children reader together002

Dengan menggunakan tes intelegensi atau yang biasa disebut juga sebagai Test IQ, kita dapat mengungkap intelegensi seseorang dan akan dapat diketahui mengenai taraf intelegensinya. Tes intelegensi pertama kali dciptakan oleh Binet (Saleh, 2018, hlm. 90).

Tes intelegensi Binet pertama kali disusun pada tahun 1905, yang kemudian mendapatkan bermacam-macam revisi, baik dari Binet sendiri maupun dari para ahli yang lain. Tes yang disusun pada tahun 1905 itu kemudian direvisi oleh Binet sendiri pada tahun 1908 sebagai revisi pertama, dan pada tahun 1911 diadakan revisi lagi sebagai revisi yang kedua.

Pada tahun 1916 tes Binet direvisi dan diadaptasi disesuaikan penggunaannya di Amerika yang dikenal dengan revisi dari Standford University dan dikenal dengan Standford Revision, juga dikenal dengan tes intelegensi Stanford-binet (Morgan, dkk, 1984 dalam Saleh, 2018, hlm. 91).

Rumus Tes Intelegensi

Di samping itu pada masa tersebut juga mulai digunakan istilah intelligence quotient atau disingkat dengan IQ. Formula atau rumus untuk menemukan tes intelegensi seperti yang dikemukakan oleh Ruch (dalam Saleh, 2018, hlm. 54) adalah sebagai berikut.

the formula for the IQ is very easily whirtten as MA/CA x (100). Translated into everyday language, this formula means: devide the mental age of the subject (as obtained by the tests) by his chronological age, and multiply by a hundred. The multiplication eliminates fractions and decimals, making IQ’s expressible as whole number”.

Artinya, untuk memperoleh IQ, digunakan rumus: IQ = MA/CA untuk menghindarkan adanya angka pecahan maka rumus tersebut kemudian dikalikan dengan 100, sehingga rumus tersebut dari Test IQ adalah sebagai berikut.

IQ = MA/CA x 100

Dengan keterangan:

  1. MA adalah merupakan mental age atau umur mental, dan
  2. CA adalah chronological age atau umur kronologis, yaitu umur yang sebenarnya (Anastasya, 1976; Morgan, dkk, 1984 dalam Saleh, 2018, hlm. 91).

Tidak berhenti di sana, tes intelegensi mengalami perkembangan secara kontinu. Pada tahun 1939, David Wechsler menciptakan individual intelligence test, yang dikenal dengan Wechsler Bullevue Intelligence Scale atau juga sering dikenal dengan tes intelegensi WB. Pada tahun 1949 diciptakan tes Wechler Intelligence Scale for Children atau sering dikenal dengan tes intelligence WISC, yang khusus diperuntukkan anak-anak. Klasifikasi IQnya adalah sebagai berikut.

Skor IQ (Intelligence Quotient)Klasifikasi
140 – ke atasJenius
Merupakan kelompok yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun mereka tidak bersekolah. Namun demikian sering kali kelompok ini menemukan kesulitan sosial karena memiliki paradigma yang cenderung berbeda dengan orang lain.
130 – 139Sangat cerdas
Merupakan kelompok yang lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang sangat luas dan cepat memahami pengertian yang abstrak.
120 – 129Cerdas
Merupakan kelompok yang sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah atau akademik. Mereka sering kali terdapat dalam kelas biasa dan mereka menjadi pemimpin di kelas tersebut.
110 – 119Di atas normal
Merupakan kelompok yang normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi.
90 – 109Normal
Merupakan kelompok yang normal atau rata-rata yang terbesar presentasenya dalam populasi penduduk.
80 – 89Di bawah normal
Merupakan kelompok yang agak lambat dalam belajarnya. Mereka dapat menyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tetapi agak kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
70 – 79Bodoh
Kelompok ini dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas akhir sekolah menengah pertama.
50 – 69Terbelakang (moron atau debil)
merupakan kelompok yang sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pelajaran rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan.
49 ke bawahTerbelakang (imbecile dan idiot)
Imbecile dapat belajar bahasa, dan dapat mengurus dirinya sendiri. Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3 sampai 7 tahun. Sedangkan idiot tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Rata-rata perkembangan intelegensinya sama dengan anak normal usia 2 tahun. Badannya kurang tahan terhadap penyakit.

Sumber: Ajhuri (2019, hlm. 31-33)

Macam-Macam Tes Intelegensi

Di samping tes-tes Binet masih banyak lagi testes yang lain, misalnya tes Rorschach, tes kraeplin, TAT dan sebagainya. Dengan demikan ada macam-macam tes yang kesemuanya dapat digunakan untuk mengadakan penelitian dalam lapangan psikologi.

Tes dapat dibedakan atas macam-macam jenis yang akan dijelaskan sebagai berikut.

  1. Menurut banyaknya orang yang tes, tes dapat dibedakan atas:
    Tes perorangan atau juga disebut tes individual, yaitu tes yang diberikan secara perorangan. Misalnya tes Binet, tes Rorschach, tes Wechsler. b. Tes kelompok yaitu merupakan tes yang diberikan secara kelompok. Misalnya Army Betatest, Armi General classification test (AGCT), tes SPM.
  2. Berdasarkan atas peristiwa-peristiwa kejiwaan yang diteliti, maka tes dapat dibedakan atas:
    Tes pengamatan b. Tes perhatian c. Tes ingatan d. Tes inteligensi, dan sebagainya.
  3. Berdasarkan atas cara orang menjawab dan mengerjakan, maka tes dapat dibedakan:
    Tes bahasa (verbal test), yaitu testee (orang yang dites) dalam mengerjakan tes yaitu menggunakan bahasa. Misalnya tes Binet, tes Rorschach, tes TAT b. Tes peraga (performance test), yaitu testee dalam mengerjakan tidak perlu menggunakan bahasa. Cukup dengan perbuatan-perbuatan, misalnya menyusun, menggambarkan dan sebagainya. Misalnya tes William Healy, tes SPM, tes Goodenough (Saleh, 2018, hlm. 55).

Di samping itu apabila tes digunakan untuk meneliti tentang bakat seseorang, tes itu disebut aptitude test atau tes bakat. Jika tes itu digunakan untuk mengetahui tentang kecepatan orang mengerjakan sesuatu, tes itu disebut speed test atau tes kecepatan. Jika tes ini digunakan untuk mengetahui power atau tes kemampuan seseorang, tes itu disebut power test. Selanjutnya jika tes digunakan untuk mengetahui sampai di mana kemampuan individu-individu di dalam mempertahankan performance terhadap suatu training atau sesuatu yang telah pernah diterimanya, maka tes ini merupakan achievement test.

Keunggulan dan Kekurangan Tes Intelegensi

Tes sebagai metode penelitian di samping mempunyai keuntungan juga terdapat kelemahan. Keuntungan yang dapat diperoleh ialah dengan menggunakan tes, kita dapat mengetahui gambaran atau keadaan dari orang yang dites, sehingga mampu memberikan berbagai asumsi dasar yang sedikit banyak telah berguna dalam menentukan langkah-langkah lebih lanjut. Ini yang menjadi poin dari tes, yakni untuk membantu menentukan kebijakan atau langkah yang lebih lanjut, bukan untuk menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang.

Tes intelegensi juga juga terikat atau terkait pada kebudayaan dari mana asal tes itu. Meskipun tes ini dibuat seobjektif dan seuniversal mungkin namun berbagai konteks yang menyelubungi tempat penyelenggaraan tes dan latar belakang testee (peserta Test) tetap memberikan pengaruh. Berdasarkan alasan kelemahan ini, maka para peneliti kemudian mencari atau menciptakan tes yang sedikit banyak ingin mengurangi atau bahkan ingin menghilangkan kelemahan ini yaitu dengan menciptakan tes yang bebas dari kebudayaan khusus.

Tes performance merupakan usaha untuk mengatasi terkaitnya tes terhadap unsur kebudayaan. Karena itu performance test diharapkan merupakan tes yang lebih bebas dari kebudayaan apabila dibandingkan dengan tes verbal. Tetapi apakah tes bebas betul-betul dapat bebas sama sekali dari unsur kebudayaan masih merupakan suatu persoalan. Namun demikian keadaan menunjukkan bahwa banyak hal yang tidak dapat dicapai dengan metode-metode lain, dapat diungkap dengan metode tes. Karena itu tes sebagai metode penelitian banyak digunakan, sehingga tes besar pula peranannya.

Referensi

  1. Ajhuri, K.F. (2019). Psikologi perkembangan pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.
  2. Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *