Saat berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, setiap orang pasti pernah mengalami kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terjadi secara tidak sengaja (khilaf), keliru, maupun memang tidak sesuai dengan tata bahasa ya2ng bersangkutan. Dampak yang dihasilkan dari kesalahan ini juga tentunya memiliki spektrum tertentu, dari kecil hingga cukup besar sehingga mengaburkan proses komunikasi.

Proses komunikasi terhambat oleh kesalahan berbahasa dapat menyebabkan kesalahpahaman yang merugikan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Belum lagi jika dibiarkan terus-menerus, maka kesalahan berbahasa dapat menjadi kebiasaan dan merusak tata bahasa yang telah disusun sedemikian rupa untuk meningkatkan proses penuturannya. Hal ini juga berisiko menghasilkan kesalahan berbahasa yang sudah memfosil dan berujung pada penyempitan hingga kekaburan makna bahasa.

Oleh sebab itu, para ahli bahasa melakukan berbagai upaya untuk menghindari permasalahan ini. Salah satu upaya tersebut adalah analisis kesalahan berbahasa. Mengapa? Karena untuk menyelesaikan permasalahan kesalahan berbahasa dengan tuntas, kita harus mengetahui betul kesalahan seperti apa yang terjadi, apa penyebabnya, dan bagaimana cara menghindari atau mengoreksinya.

Selain itu, analisis kesalahan berbahasa juga dapat menjadi salah satu pisau penelitian kuat yang memiliki potensi hebat untuk menghasilkan temuan-temuan penting dalam bidang kebahasaan maupun mengenai keterkaitannya dengan berbagai sudut pandang keilmuan lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai pemaparan teori, konsep, dan penerapan analisis kesalahan berbahasa, mulai dari pengertian hingga langkah-langkah analisisnya.

Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Analisis” merupakan kegiatan menyelidiki suatu kejadian atau peristiwa, seperti perbuatan, karangan, dan sebagainya, agar dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya, baik duduk perkaranya, sebab-musabab, dan sebagainya. Artinya, dalam analisis kesalahan berbahasa kita akan menyelidiki suatu kesalahan berbahasa yang terjadi untuk mengetahui keadaan, duduk perkara, dan berbagai aspek lain yang ada di dalamnya.

Kesalahan berbahasa sendiri merupakan penyimpangan bahasa dari kaidah tata bahasa atau dari faktor-faktor cara berkomunikasi dan berbahasa lainnya yang telah ditentukan atau telah tertentukan dengan sendirinya. Sejauh ini, dapat dikatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah penyelidikan mengenai penyimpangan bahasa dari kaidah tata bahasa atau faktor-faktor kebahasaan lainnya untuk mengetahui keadaan, duduk perkara, penyebab, dan berbagai aspek lain yang ada di dalamnya.

Sementara itu, menurut Tarigan (2021, hlm. 123) Analisis kesalahan berbahasa (AKB) adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdiri dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Artinya, prosedur ini akan merinci dengan seksama berbagai sampel kesalahan berbahasa dengan seksama untuk mengklasifikasikan dan mengevaluasi kesalahan tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh Setyawati (2017, hlm. 15) bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan tersebut, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur penyelidikan mengenai  kesalahan berbahasa yang dilakukan dengan mengumpulkan sampel sampel kesalahan, identifikasi kesalahan, pendeskripsian kesalahan, hingga pengelompokan keseriusan kesalahan-kesalahan tersebut agar dapat dievaluasi secara seksama.

Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa dapat terjadi karena beberapa alasan, mulai dari ketidaksengajaan karena performasi, kekeliruan yang bersifat acak karena kurangnya pemahaman konteks, hingga kesalahan murni yang melanggar kaidah dan tata bahasa. Corder (1974) membedakan kesalahan berbahasa menjadi tiga macam, jenis-jesni kesalahan berbahasa tersebut adalah sebagai berikut

  1. Lapses (Penyimpangan)
    Lapes atau penyimpangan adalah kesalahan berbahasa akibat penutur bahasa beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk bahasa lisan, kesalahan ini disebut dengan “slip of the tongue” sedangkan untuk bahasa tulis, kesalahan ini disebut “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
  2. Error (Kesalahan)
    Error atau kesalahan adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh penutur yang melanggar kaidah atau aturan tata bahasa yang telah ditetapkan (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga hal tersebut berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
  3. Mistake (Kekeliruan)
    Mistake atau kekeliruan adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.

Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa

Sementara itu, Setyawati (2017, hlm. 11-12) membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) berbahasa.

  1. Kesalahan Berbahasa
    Dalam kaitannya dengan kesalahan berbahasa, kata salah diantonimkan dengan betul, artinya apa yang dilakukan tidak betul, tidak sesuai norma, tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh pemakai bahasa yang belum mengetahui norma atau kaidah yang berlaku.
  2. Kekeliruan Berbahasa
    Sedangkan kekeliruan berbahasa merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya, khilaf menyebabkan sikap keliru dan kurang cermat dalam menggunakan norma atau kaidah yang ada.

Selain itu, menurut Tarigan (2021) perbedaan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) disajikan pada tabel berikut.

No.Kategori Sudut PandangKesalahan BerbahasaKekeliruan Berbahasa
1.SumberKompetensiPerformasi
2.SifatSistematis, berlaku secara umumAcak, tidak sistematis, secara individual
3.DurasiPermanenSementara/Temporer
4.Sistem LinguistikSudah dikuasaiBelum dikuasai
5.ProdukPenyimpangan kaidah bahasaPenyimpangan kaidah bahasa
6.SolusiDibantu oleh guru melalui latihan pengajaran remedialDiri sendiri (siswa): mawas diri, pemusatan perhatian

Jenis Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut Tarigan (2021, hlm. 145) terdapat empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa, yakni:

  1. taksonomi kategori linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon);
  2. taksonomi siasat permukaan;
  3. taksonomi komparatif; dan
  4. taksonomi efek komunikatif.

Taksonomi Kategori Linguistik

Taksonomi kategori linguistik adalah kesalahan berbahasa yang berdasarkan pada butir linguistik. Artinya, kesalahan berbahasa pada taksonomi ini dapat dikategorikan menjadi kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.

Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi antara lain dapat terjadi pada fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Beberapa sumber kesalahan berbahasa dalam tataran tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.
  2. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.
  3. Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
  4. Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/.
  5. Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
  6. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.
  7. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/.
  8. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.
  9. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal.
  10. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
  11. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/.
  12. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.
  13. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.
  14. Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/.
  15. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.
  16. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/.
  17. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/.
  18. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/.
  19. Penghilangan fonem /k/.
  20. Penyimpangan pemenggalan kata.

Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi bahasa Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Salah penentuan bentuk asal.
  2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
  3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
  4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan nge-.
  5. Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-.
  6. Penulisan morfem yang salah.
  7. Pengulangan yang salah.
  8. Penulisan kata majemuk serangkai.
  9. Pemajemukan berafiksasi.
  10. Pemajemukan dengan afiks dan sufiks.
  11. Perulangan kata majemuk.

Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis, antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk.
  2. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain: Kalimat tidak efektif, Kalimat tidak normative, Kalimat tidak logis, Kalimat rancu, Kalimat ambigu, Kalimat pengaruh struktur bahasa asing.

Kesalahan Berbahasa Tataran Leksikon (Semantik)

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik, antara lain:

  1. Akibat gejala hiperkorek.
  2. Akibat gejala pleonasme.
  3. Akibat bentukan ambiguitas.
  4. Akibat diksi (pemilihan kata).

Taksonomi Siasat Permukaan

Dalam taksonomi siasat permukaan, terdapat empat pengklasifikasian kesalahan berbahasa, yakni sebagai berikut.

  1. Omission (Penghilangan)
    Yakni kesalahan yang ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang benar. Contohnya: kami membeli makanan yang enak di warung malah menjadi kami membeli makanan enak di warung.
  2. Addition (Penambahan)

Dalam kesalahan berbahasa ini, penutur menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frasa atau kalimat. Akibatnya, terjadi penyimpangan konstruksi frasa atau kalimat. Contohnya: Para pemimpin-pemimpin negara itu seharusnya Para pemimpin negara itu.

  1. Misformation (Kesalahbentukan)
    Penutur membentuk suatu frasa atau kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frasa atau kalimat menyimpang dari kaidah bahasa. Contohnya: Ibu sedang mensapu rumah seharusnya Ibu sedang menyapu rumah.
  2. Misordering (Kesalahurutan)
    Dalam kesalahan berbahasa ini, penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi farasa atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya, frasa atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa. Contohnya: aku tidak tahu apa itu seharusnya aku tidak tahu yang dimaksud dengan hal itu (Tarigan, 2021, hlm. 133).

Taksonomi Komparatif

Taksonomi komparatif merupakan klasifikasi kesalahan berbahasa yang didasarkan pada perbandingan antara struktur-struktur kesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya. Salah satu kasus yang terjadi dalam kesalahan ini biasanya terjadi pada penggunaan bahasa Inggris pada orang yang bukan penutur aslinya (termasuk orang Indonesia).

Contohnya:

I not crying seharusnya I am not crying atau i’m not crying

Taksonomi Efek Komunikatif

Kesalahan pada taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca. Pusat perhatian tertuju pada pembedaan antara kesalahan-kesalahan yang seolah-olah menyebabkan salah komunikasi.

Contohnya: bahasa Indonesia banyak orang disenangi seharusnya bahasa Indonesia banyak disenangi orang-orang.

Penyebab Kesalahan Berbahasa

Menurut Setyawati (2017, hlm. 13-14) ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya.
    Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau Bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
  2. Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
    Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep.
  3. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
    Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran.

Langkah-Langkah Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut Tarigan dan Tarigan (2021, hlm. 63-64) langkah-langkah analisis kesalahan berbahasa adalahsebagai berikut.1

  1. Mengumpulkan data
    yaitu proses mengumpulkan sampel kesalahan berbahasa yang dilakukan peserta didik, bisa berupa karangan, hasil ulangan, dan sebagainya.
  2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan
    yaitu proses mengenali dan memilih kesalahan berbahasa pada sampel, dengan mengategorikan kesalahan-kesalahannya, contohnya kesalahan pelafalan, pengabungan kata, pembentukan kata, atau pun penyusunan kalimat.
  3. Mengurutkan kesalahan
    yaitu proses menyusun kesalahan, mulai dari penyebab kesalahannya, kemudian memberikan contoh yang benarnya.
  4. Menjelaskan kesalahan
    yaitu proses memberikan gambaran terkait letak kesalahan, kemudian menjelaskan penyebab kesalahannya, dan diakhiri dengan memberikan contoh yang benar.
  5. Memprakirakan atau memprediksi
    yaitu memperkirakan daerah kebahasaan yang tengah dipelajari, dan berpotensi memunculkan kesalahan berbahasa.
  6. Mengoreksi kesalahan
    yaitu membetulkan serta meminimalisir terjadinya kesalahan, dengan cara menyiapkan bahan yang tepat, buku yang baik sebagai pegangan, dan kesesuaian teknik pengajaran.

Referensi

  1. Setyawati, Nanik. (2017). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.
  2. Tarigan dan Tarigan. ( 2021). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *