Belajar merupakan aktivitas yang dapat mengubah dan mengembangkan seluruh potensi manusia, meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan, perasaan, dan sebagainya. Kegiatan belajar dapat dilakukan di mana saja, baik secara sengaja yang selanjutnya disebut sebagai pembelajaran atau pendidikan seperti di sekolah, maupun secara tidak sengaja seperti di lingkungan masyarakat.

Hal tersebut dapat terjadi karena belajar merupakan salah satu gejala jiwa atau proses mental manusia. Bahkan saat kita belum mampu memahami konsep belajar sendiri atau saat baru saja terlahir di dunia, secara otomatis sejatinya telah mulai belajar agar bisa dapat bertahan hidup dan menjalani kehidupan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika persoalan mengenai belajar ini menjadi perhatian banyak orang. Bahkan belajar juga dianggap sebagai hak mendasar dari setiap manusia yang menjadi alasan mengapa sekolah cenderung diberikan secara gratis atau setidaknya tidak boleh komersial, karena harus dijangkau oleh siapa saja.

Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai belajar sebagai salah satu gejala jiwa mendasar yang sangat penting dan mendapatkan banyak sorotan ahli baik di bidang psikologi maupun di bidang lainnya seperti pendidikan, manajemen sumber daya manusia, dan sebagainya.

Pengertian Belajar

Menurut Skinner (dalam Saleh, 2018, hlm. 94) Belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Artinya, sebagai akibat dari tindakan belajar maka kita akan mengalami adaptasi progresif yang berarti memiliki tendesi berubah ke arah yang lebih sesuai atau lebih sempurna dari keadaan sebelumnya.

Sementara itu menurut Hilgrad & Bower (dalam Asrori, 2020, hlm. 128) pengertian belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar juga berkaitan dengan suatu aktivitas atau kegiatan untuk menguasai suatu hal yang dapat termasuk pengetahuan dan keterampilan.

Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Nurjan, 2016). Dengan demikian, belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selanjutnya Asrori (2020, hlm. 128) menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja dari individu, di mana kegiatan tersebut merupakan interaksi yang dilakukan individu. Belajar memang sejatinya merupakan istilah sehari-hari yang seakan sudah diketahui dan dimengerti oleh semua orang. Akan tetapi, saat dipertanyakan kembali akan menimbulkan banyak persepsi dan interpretasi dari masing-masing orang.

Pengertian Belajar Menurut Para Ahli

Untuk melengkapi dan meluruskan batasan pemahaman kita mengenai belajar, ada baiknya kita juga mengetahui pendapat-pendapat dari para ahli lain yang telah mendefinisikan belajar. Berikut adalah beberapa pengertian belajar menurut para ahli.

  1. Menurut Hamalik, (1992) belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.
  2. Sardiman (1990: 22) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
  3. Barlow (1996: 61-63) menyatakan bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaptation (proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
  4. Hintzman (1978) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
  5. Reber (1989) membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan (the process of acquiring knowlegde).Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice) (Nurjan, 2016, hlm. 15-16).

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas untuk beradaptasi atau mengubah perilaku baik secara sengaja maupun tidak sengaja ke arah yang lebih sesuai terhadap tujuan belajar atau lebih baik dan lebih potensial dari keadaan sebelumnya. Selain itu, terdapat titik pertemuan utama pula antara berbagai pendapat para ahli mengenai apa itu hakikat atau esensi dari perbuatan belajar, yaitu perubahan perilaku dan pribadi, dengan mempertimbangkan kondisi psikis individu akibat konstruksi sosialnya.

Hasil Belajar

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil atau output yang diinginkan dalam aktivitas belajar adalah perubahan. Namun tentunya perubahan seperti apa yang dapat diberikan oleh belajar perlu menjadi perhatian pula. Berdasarkan berbagai uraian mengenai pengertian belajar, dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip, hukum atau, kaidah, dan sebagainya;
  2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir, mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan sebagainya) perilaku psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif; dan
  3. Menyebabkan perubahan dalam sifat-sifat kepribadian (Nurjan, 2016, hlm. 24).

Ciri-Ciri Belajar

Berdasarkan berbagai uraian pengertian dan ouput yang diberikannya pula, kita dapat menarik batasan karakteristik apa saja yang dapat mengonstruksi sesuatu hal menjadi kegiatan atau aktivitas belajar. Karakteristik atau ciri-ciri dari belajar tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
  2. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
  3. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar.
  4. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara, integral.
  5. Belajar adalah proses interaksi.
  6. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks.
  7. Belajar adalah membentuk inklusifitas sosial dan gender sebagai konstruktsi sosial di masyakat (Nurjan, 2016, hlm. 24).

Belajar sebagai Suatu Proses

Dari bermacam-macam definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya para ahli melihat belajar itu sebagai suatu proses. Prosesnya sendiri tidak menampak, yang tampak adalah hasil dari proses. Karena belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar ada yang namanya masukan, yaitu akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut.

Belajar merupakan suatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan dari latihan atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku. Ini berarti bahwa proses belajar merupakan intervening variable yang merupakan penghubung atau pengkait antara independent variable dengan dependent variable. Seperti yang digambarkan oleh Hergenhahn dan Olson (1997, hlm. 3 dalam Saleh, 2018, hlm. 98).

variabel belajar

Dengan demikian akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri terdapat dalam diri individu yang belajar, yang kemudian menghasilkan perubahan dalam perilakunya.

Belajar sebagai Suatu Sistem

Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar. Masukan apabila dianalisis lebih lanjut, akan didapati beberapa jenis masukan, yaitu masukan mentah (raw input), masukan instrumen (instrumental input) dan lingkungan (enviromental input). Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar.

Apabila salah satu faktor terganggu, maka proses akan terganggu dan hasil juga akan terganggu. Masing-masing faktor tersebut saling kait-mengait satu dengan yang lain, karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan instrumental terganggu, maka proses akan terganggu, hasil akan terganggu. Oleh karena itu, sebagian ahli psikologi berpendapat bahwa belajar merupakan sebuah sistem, bukan hanya proses.

Belajar sebagai suatu sistem dapat digambarkan dengan skematik sebagai berikut.

skema sistem belajar

Dengan keterangan:

  1. Masukan mentah adalah individu atau organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau individu yang akan belajar seperti siswa atau mahasiswa.
  2. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar, gedung, peraturan-peraturan. Peraturan merupakan masukan instrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan masukan instrumen yang keras.
  3. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar, dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non-fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh atau ramai merupakan merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar.
  4. Hasil merupakan ouput yang ditimbulkan setelah belajar dilakukan. Persoalan belajar biasanya ditentukan oleh hasil. Apabila hasil belajar baik, maka pada umumnya tidak akan menimbulkan masalah. Akan tetapi, apabila hasil belajar tidak memuaskan, persoalan akan segera timbul. Setelah hasil belajar tampak, kita dapat mencermati atau melihat bagaimana prosesnya dan kemudian bagaimana masukannya.

Prinsip Belajar

Persoalan mengenai bagaimana sesungguhnya belajar dapat dilakukan secara efektif dan efisien menjadi salah satu sorotan utama ihwal gejala jiwa belajar ini. Misalnya, beberapa ahli telah mengemas beberapa prinsip-prinsip atau asas yang dipegang untuk memaksimalkan potensi belajar. Menurut Nurjan (2016, hlm. 28) terdapat tujuh prinsip belajar yang harus diperhatikan, yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Perhatian dan motivasi terkait dengan minat.
  2. Keaktifan terkait dengan fisik dan psikologis.
  3. Keterlibatan langsung (berpengaIaman) dialami sendiri oleh pembelajar, seperti: mengamati, menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, bertanggung jawab terhadap hasilnya (keterlibatan fisik dan mental-emosional).
  4. Pengulangan seperti mengerjakan latihan dan menjawab pertanyaan merupakan salah satu cara belajar yang akan ditemui pada metode atau model apa pun.
  5. Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat siswa/siswi bergairah untuk mengatasinya
  6. Balikan dan penguatan berupa ujian atau penguatan positif dan negatif.
  7. Perbedaan individual misalnya: karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat yang berbeda karena perbedaan-perbedaan rasial dan gender.

Teori Belajar

Tentunya prinsip di atas merupakan salah satu hasil dari bermacam teori-teori belajar lainnya yang telah dihasilkan oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Teori belajar biasanya sejalan dengan perkembangan psikologi pula karena sejatinya dapat dikatakan bahwa bidang pendidikan sejatinya adalah cabang ilmu psikologi berupa ilmu terapan. Beberapa teori-teori belajar dapat disimak pada link di bawah ini.

Baca juga: Teori-Teori Belajar Menurut Para Ahli

Referensi

  1. Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.
  2. Nurjan, Syarifan. (2016). Psikologi Belajar. Ponorogo: Wade Group.
  3. Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *