Pengertian Fabel

Fabel adalah cerita fiksi berupa dongeng yang menggambarkan budi pekerti manusia yang diibaratkan pada binatang (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 201). Secara etimologis fabel berasal dari bahasa latin, yakni fabulat yang berarti “bercakap” atau “bercerita”. Boleh dikatakan juga bahwa apa itu fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia yang berkaitan erat untuk memberikan pesan moral dan nilai-nilai luhur lainnya (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 194).

Fabel termasuk jenis cerita fiksi, yang artinya bukan diangkat dari kehidupan nyata, tapi tetap mencerminkan realita. Karakter binatang dalam cerita fabel dianggap mewakili karakter manusia dan diceritakan mampu bertindak seperti manusia tapi tetap tidak menghilangkan karakternya sebagai binatang.

Struktur Fabel

Fabel juga merupakan salah satu turunan dari teks narasi, sehingga struktur, ciri, unsur, dan kaidah kebahasaannya memiliki banyak kesamaan. Hanya saja, terdapat beberapa aspek khusus yang menjadi ciri khas dal Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi),

  1. Orientasi,
    pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan tokoh, dan hubungan antartokoh, latar tempat, dan waktu, hingga menata adegan yang akan membawa mereka pada alur peristiwa.
  2. Komplikasi,
    bagian di mana konflik atau permasalahan antara satu dengan tokoh yang lain mulai muncul dan bergerak menuju klimaks atau puncak konflik.
  3. Klimaks,
    puncak konflik atau bagian yang paling mendebarkan dari komplikasi yang telah terjadi.
  4. Resolusi,
    bagian yang merupakan penyelesaian dari masalah yang telah terjadi.
  5. Koda,
    bagian opsional yang berupa kesimpulan dan komentar terhadap pelajaran yang dapat dipetik dari dongeng fabel.

Ciri Ciri Fabel

Sebagai salah satu genre atau jenis teks, fabel memiliki karakteristik atau ciri yang membedakan jika dibandingkan dengan teks-teks yang lain. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 199) ciri-ciri fabel adalah sebagai berikut.

  1. Fabel mengambil tokoh para binatang.
  2. Watak tokoh para b natang digambarkan ada yang baik dan ada yang buruk (seperti watak manusia).
  3. Tokoh para binatang bisa berbicara seperti manusia.
  4. Cerita memiliki rangkaian peristiwa yang menunjukkan kejadian sebab-akibat. Rangkaian sebab- akibat diurutkan dari awal sampai akhir.
  5. Fabel menggunakan latar alam (hutan, sungai, kolam, dll).

Kaidah Kebahasaan Fabel

Selain ciri, teks fabel juga memiliki kaidah kebahasaan yang unik dari kaidah kebahasaan teks yang lain. Ciri atau kaidah kebahasaan yang digunakan dalam fabel adalah sebagai berikut.

  1. Dalam teks cerita fabel biasanya juga digunakan kata keterangan tempat dan kata keterangan waktu dirangkai dengan kata depan, penulisan kata depan dipisah dengan kata yang mengikutiny seperti: di hutan berbeda dengan dimakan (bukan kata depan).
  2. Menggunakan kata sandang si dan sang seperti pada kata sang gagak atau si bebek, kata sandang merupakan sejenis kata penentu atau pembatas yang letaknya di depan kata benda atau kata sifat. Kata sandang tidak mempunyai makna tersendiri (Kemdikbud, 2017, hlm. 230).
  3. Kalimat naratif/peristiwa (Katak mendatangi Ikan yang sedang kehujanan, Semut menyimpan makanan di lubang).
  4. Kalimat langsung yang berupa dialog para tokoh.
  5. Menggunakan kata sehari-hari (bahasa percakapan) dalam situasi tidak formal (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 199).

Unsur Fabel

Seperti turunan teks narasi lainnya, fabel juga memiliki unsur-unsur pembentuk yang menjadi ciri dari teks fabel. Berikut adalah unsur-unsur pembentuk dongeng fabel (Kemdikbud, 2017, hlm. 200).

  1. Tokoh,
    merupakan tokoh (hewan) yang menjadi pelaku dalam cerita (tokoh protagonis, atau antagonis, tokoh utama atau tokoh pembantu). Ciri tokoh utama adalah: (1) sering dibicarakan; (2) sering muncul; dan (3) menjadi pusat cerita (menggerakkan jalan cerita). Tokoh pembantu adalah tokoh tambahan.
  2. Penokohan,
    adalah pemberian karakter pada tokoh. Karakter bisa bersifat protagonis/yang disukai atau tokoh antagonis/yang tidak disukai. Watak tokoh dapat disimpulkan dari penggambaran fisik, penggambaran tindakan tokoh, dialog tokoh, monolog, atau komentar/narasi penulis terhadap tokoh.
  3. Setting atau latar,
    merupakan tempat dan waktu kejadian serta suasana dalam cerita. Ada tiga jenis latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
  4. Tema,
    adalah gagasan yang mendasari cerita. Tema dapat ditemukan dari kalimat kunci yang diungkapkan tokoh, atau penyimpulan keseluruhan peristiwa sebab-akibat pada cerita.
  5. Amanat,
    pesan yang disampaikan penulis secara tidak langsung. Amanat disimpulkan dari sikap penulis terhadap permasalahan yang diangkat pada cerita.

Jenis Fabel

Jika ditinjau dari pemberian watak dan latarnya, fabel dapat dibedakan menjadi:

  1. Fabel alami,
    jenis ini menggunakan watak tokoh binatang seperti pada kondisi alam nyata. Misalnya, kura-kura diberi watak lamban, singa buas dan ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan alam sebagai latar (hutan, sungai, kolam, dsb);
  2. Fabel adaptasi,
    adalah fabel yang memberikan watak tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia nyata dan menggunakan tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan raya). Misalnya, landak yang pemalu berulang tahun di rumah makan.

Sementara itu, jika ditinjau dari kemunculan pesan, maka fable dapat dibedakan menjadi:

  1. Fabel dengan koda,
    berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit atau diberikan pesan pengarang di akhir cerita;
  2. Fabel tanpa koda,
    sebaliknya, fabel tanpa koda tidak memberikan secara eksplisit atau tidak ada pesan pengarang di akhir cerita, pembaca dibiarkan menyimpulkan sendiri pesan dan amanat yang terdapat dalam cerita.

Contoh Fabel

Tim Kemdikbud (2017, hlm. 209) menyatakan bahwa salah satu contoh fabel adalah sebagai berikut.

Gajah yang Baik Hati

Orientasi

Siang hari itu suasana di hutan sangat terik. Tempat tinggal si Kancil, Gajah, dan lainnya seakan terbakar. Kancil kehausan. Dia berjalanjalan mencari air.

Komplikasi – Klimaks

Di tengah perjalanan dia melihat kolam dengan air yang sangat jernih. Tanpa pikir panjang dia langsung terjun ke dalam kolam. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia tidak berpikir bagaimana cara ia naik ke atas. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak bisa sampai ke atas.

Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh Si Gajah yang kebetulan melewati tempat itu. “Hai, siapa yang ada di kolam itu?”

“Aku.. si Kancil sahabatmu.” Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya.

“Tolong aku mengangkat ikan ini.”

“Yang benar kau mendapat ikan?”

’Bener..benar! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar.”

Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah tetapi bagaimana jika naiknya nanti. “Kau mau memanfaatkanku, ya Cil? Kau akan menipuku untuk kepentingan dan keselamatanmu sendiri?” Tanya Gajah.

Kancil hanya terdiam.

“Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,” kata Gajah sambil meninggalkan tempat itu.

Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus asa. Semakin lama berada di tempat itu Kancil mulai merasa kedinginan. Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.

“Aduh gawat! Aku benar-benar akan kaku di tempat ini.” Dia berpikir apa ini karma karena dia sering menjaili teman-temannya.

Resolusi

Tidak lama, tiba-tiba Gajah muncul lagi. Kancil meminta tolong kembali.

“Bagaimana Cil?”

“Tolong aku, aku berjanji tidak akan iseng lagi” “Janji?” gajah menekankan.

“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan perbuatan yang merugikan binatang lain?”

“Benar Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.”

Gajah menjulurkan belalainya yang panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas. Begitu sampai di atas Kancil berkata.

“Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini.”

Koda

Sejak itu Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti yang pernah ia lakukan pada beruang dan binatangbinatang yang lainya. Memang kita harus berhati-hati kalau bertindak. Jika tidak hati-hati akan celaka. Jika kita ha i-hati kita akan selamat. Bahkan bisa menyelamatkan orang lain.

Contoh Lainnya

Contoh fabel beserta strukturnya dengan berbagai jenis dan tema lainnya dapat dibaca pada link di bawah ini.

Baca juga: Contoh Cerita Fabel beserta Strukturnya (Berbagai Jenis & Tema)

Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gabung ke Percakapan

2tare

  1. Sangat bermanfaat. Semua artikel Tuan, saya ikuti dan baca. Banyak yang menarik. Saya mendapat perkongsian dan banyak juga yang membantu menambahkan serta memperkaya pengetahuan saya. TERIMA KASIH & SALAM HORMAT.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *