Menyanyi adalah salah satu aktivitas seni yang sering dilakukan oleh manusia. Melalui aktivitas bernyanyi, manusia dapat mengungkapkan perasaan melalui nada dan irama serta kata-kata. Ada yang menyanyi dilakukan secara unisono tetapi ada juga yang dilakukan dengan membentuk vokal grup. Jenis musik yang dilantunkan pun bermacam-macam, mulai dari lagu modern hingga lagu daerah yang hingga kini masih tetap bertahan.

Ya, bernyanyi merupakan hal yang telah dilakukan manusia dari sejak dulu. Musik dan lagu adalah bagian dari masyarakat yang tidak pernah lepas dari kesehariannya. Hal itu dibuktikan dengan beragamnya lagu dan masuk daerah di Indonesia.

Setiap daerah di Indonesia memiliki lagu dan musik adat yang hingga kini masih dinyanyikan. Gaya dan teknik yang digunakan pun amat beragam. Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari berbagai gaya, teknik, fungsi, dan berbagai konsep lainnya dari lagu daerah atau musik tradisi. Dimulai dari kedudukan dan fungsi musik dalam tradisi masyarakat Indonesia terlebih dahulu.

Kedudukan dan Fungsi Musik dalam Tradisi Masyarakat Indonesia

Lagu daerah memiliki kedudukan dan fungsi kuat pada tradisi masyarakat Indonesia. Salah satu wujudnya adalah melalui penampilan musik tradisi. Selain menjadi penampilan seni musik sebagai hiburan seni tunggal, penampilan musik tradisi di daerah juga sering menyatu juga dengan tradisi lain. Contohnya, musik tradisi sering menjadi musik iringan pertunjukan tari, terkadang juga digunakan sebagai pengiring dalam upacara-upacara adat, dan sering menjadi ilustrasi pergelaran seni teater tradisi pula.

Oleh karena itu musik daerah pada umumnya memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat pendukungnya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa musik daerah berfungsi sebagai media rekreatif/hiburan untuk menghilangkan sejenak segala kepenatan dan keletihan dalam aktivitas sosial budaya sehari-hari. Selain itu, menurut Tim Kemdibud (2017, hlm. 35) beberapa fungsi musik tradisi atau lagu daerah adalah sebagai berikut.

1. Sarana Upacara Adat

Musik daerah bukanlah objek yang otonom atau berdiri sendiri. Musik daerah biasanya merupakan bagian dari kegiatan lain. Contohnya, di berbagai daerah di Indonesia bunyi-bunyian tertentu dianggap memiliki kekuatan yang dapat mendukung kegiatan magis. Itulah sebabnya, music di nusantara banyak terlibat dalam berbagai upacara adat. Sebagai contoh, upacara Merapu di Sumba menggunakan irama bunyi-bunyian untuk memanggil dan menggiring kepergian roh ke pantai merapu (alam kubur). Begitu pula pada masyarakat suku Sunda menggunakan musik angklung pada waktu upacara Seren Taun (panen padi).

2. Musik Pengiring Tari

Irama musik dapat berpengaruh pada perasaan seseorang yang mendengarkannya untuk melakukan gerakan-gerakan indah dalam tari. Bahkan berbagai macam tari daerah yang kita kenal, pada dasarnya hanya dapat diiringi dengan musik daerah tersebut agar tampak serasi, meskipun masih tidak menutup kemungkinan masih dapat dikreasikan. Contoh karya tari diiringi musik daerah yaitu tari Kecak (Bali), tari Pakarena (Sulawesi), tari Mandalika (Nusa Tenggara Barat), tari Ngaseuk (Jawa Timur), tari Mengaup (Jambi), dan tari Mansorandat (Papua).

3. Media Bermain

Lagu-lagu rakyat atau dikenal dengan istilah folksongs tumbuh subur di daerah pedesaan dan banyak digunakan sebagai media bermain anak-anak. Beberapa di antar kita tentunya akan masih menging berbagai permainan dengan lagu ketika kita duduk di bangku Sekolah Dasar. Banyak judul lagu sering dijadikan nama permainan anak-anak. Contoh lagu rakyat yang dijadikan permainan meliputi lagu Cublak-Cublak Suweng dari Jawa Tengah, Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan, Ambil-ambilan dari Jawa Barat, Tanduk Majeng dari Madura, Sang Bangau dan Pok Ame-Ame dari Betawi.

4. Media Penerangan

Lagu-lagu ringan yang mudah diikuti dan diingat dalam iklan layanan masyarakat merupakan contoh fungsi musik sebagai media penerangan. Contoh lagu sebagai media penerangan misalnya dapat berisi informasi mengenai pelestarian lingkungan dan adat istiadat.

Pada masyarakat modern, lagu sebagai media penerangan bisa berisi tentang pemilu, Keluarga Berencana dan ibu hamil, penyakit AIDS, atau informasi sekaligus penerangan pandemi, dsb. Selain dalam iklan layanan masyarakat, lagu-lagu yang bernapaskan agama juga dapat dikategorikan menjadi media penerangan, musik qasidah, terbangan, dan zipin dengan syair-syair lagu dari Al-qur’an.

Teknik dan Gaya Bernyanyi dalam Musik Tradisi

Salah satu pesona terbesar musik tradisi terletak pada tantangannya: bagaimana seorang penyanyi, dengan berbagai keterbatasan fisik, mampu menyajikan penampilan vokal yang prima.

Bayangkan seorang pesinden yang bernyanyi dengan pakaian ketat, lilitan stagen (kain ikat pinggang), dan dalam posisi bersimpuh berjam-jam, namun suaranya tetap terdengar merdu dan memukau. Ini adalah sebuah anomali yang menakjubkan.

Kontras Stamina: Dari Papua hingga Jawa

Kontras dengan ini, kita melihat masyarakat asli Papua yang menari sekaligus bernyanyi dan bermain Tifa; alat musik pukul khas Papua yang dimainkan secara berkelompok. Stamina mereka tetap terjaga, karena kondisi fisik mereka sudah terlatih sejak kecil, bahkan didukung oleh asupan kaya protein seperti ulat sagu.

Dua contoh ini menunjukkan betapa berbedanya tuntutan fisik dan teknik vokal di setiap daerah.

Perbedaan Teknik Vokal Tradisi: Sunda, Jawa, dan Bali

Lalu, apakah teknik dan gaya bernyanyi musik tradisi di masyarakat Sunda, Jawa, dan Bali juga berbeda?

Jawabannya adalah: ya, sangat berbeda. Musik vokal dalam tradisi Indonesia memang sangat beragam.

Sebagai contoh, pada masyarakat Sunda di wilayah Cianjur, dikenal istilah mamaos atau mamaca. Mamaos adalah seni tembang yang telah lama hidup jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pada awalnya, mamaos dinyanyikan oleh kaum laki-laki. Namun, seiring waktu, seni ini juga dipelajari dan dipopulerkan oleh kaum perempuan. Banyak penyanyi perempuan legendaris yang terkenal dalam menyanyikan mamaos, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.

Apa yang Menciptakan “Gaya Musikal” Daerah?

Setiap suku di Indonesia memiliki lagu-lagu daerah yang khas, lengkap dengan bahasa daerah setempat. Tentu saja, gaya bernyanyinya pun berbeda-beda.

Lagu-lagu daerah ini biasanya diiringi oleh seperangkat alat musik yang disebut karawitan. Istilah karawitan merujuk pada ansambel atau seperangkat alat musik tradisional yang dimainkan secara bersamaan.

Jangankan perbedaan wilayah, komposisi karawitan di satu daerah saja dapat terus berkembang dan menciptakan perbedaan gaya dari waktu ke waktu. Inilah yang menyebabkan munculnya “gaya” yang unik.

Gaya musikal adalah ciri khas atau karakteristik musikal yang dihasilkan dari beberapa kondisi. Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi perbedaan teknik dan gaya bernyanyi dalam musik tradisi.

1. Gaya Lokal

Gaya lokal adalah karakteristik cara menyanyikan lagu daerah yang berbeda dengan daerah lainnya. Contohnya adalah bagaimana para sinden di Jawa Barat memiliki gaya khas yang berbeda dengan gaya menyanyi di pulai lain di Indonesia. Pada isu globalisasi, gaya lokal juga disebut sebagai entitas local genius.

2. Gaya Individual

Gaya individual adalah tipologi karakteristik seorang tokoh pencipta lagu-lagu yang membedakannya dengan pencipta lagu lainnya. Setiap pencipta lagu atau penyanyi akan memiliki gaya yang berbeda, bahkan meskipun di daerah yang sama.

3. Gaya Periodikal

Gaya periodikal adalah tipologi karakteristik zaman tertentu yang menghasilkan gaya musikal tertentu. Misalnya gaya dalam bentuk musikal, adalah tipologi karakteristik yang dapat dibedakan dari berbagai bentuk karya musikal yang ada, misalnya pada berbagai karya musik Betawi. Musik Betawi di antaranya dalam gambang kromong lagu sayur, dengan lagu phobin, atau dalam kroncong tugu antara kroncong asli, langgam, dan stambul. Dalam karawitan Betawi gaya atau musical style dikenal dengan istilah Liaw.

Pertunjukan atau pagelaran lagu-lagu daerah tentunya akan dibawakan oleh seorang penyanyi. Penyanyi lagu daerah yang diiringi musik Tradisional di Jawa disebut dengan Sinden, demikian juga di Sunda dan juga Bali. Sementara itu, di daerah Sumatra Utara penyanyi lagu daerah sering disebut dengan Perkolong-kolong. Di Kalimantan disebut dengan Madihin yaitu menyanyikan pantun-pantun dengan diiringi tabuhan gendang. Setiap daerah memiliki nama tersendiri bagi seorang penyanyi yang diiringi dengan orkestrasi musik tradisional.

Bernyanyi Lagu Daerah secara Unisono

Banyak masyarakat dari beberapa suku di Indonesia yang hanya terbiasa bernyanyi dalam satu suara, yaitu sesuai dengan melodi pokoknya saja. Meskipun begitu, beberapa lagu daerah juga ada yang dilakukan secara berkelompok. Madihin misalnya yang menyanyikan pantun seorang diri sekaligus sebagai pemusiknya. Sinden dapat dilakukan secara berkelompok tetapi dapat juga dilakukan seorang diri. Menyanyi secara unisono membutuhkan kerja sama antara anggota kelompok karena jika berbeda sendiri suaranya akan terdengar kurang harmonis dan tidak bagus.

Menyanyi pada masyarakat sering dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Terdapat lagu-lagu yang dinyanyikan pada saat upacara tertentu seperti pernikahan, kelahiran, kematian, atau permainan. Ada pula lagu-lagu yang berisi nasihat atau sanjungan terhadap makhluk sesama. Ibu-ibu di daerah masih sering menyanyikan lagu nasihat saat menidurkan anaknya. Demikian juga anak-anak dan remaja masih sering menyanyi sambil melakukan permainan. Hal ini membuktikan bahwa menyanyi secara unisono baik secara perseorangan maupun berkelompok sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Berikut adalah beberapa lagu daerah yang dapat digunakan untuk berlatih secara unisiono maupun secara berkelompok.

bernyanyi lagu daerah ampar ampar pisang unisono

bernyanyi lagu daerah jali jali

bernyanyi lagu daerah secara unisono yamko rambe yamko

bernyanyi lagu daerah lilir lilir

Referensi

  1. Tim Kemdikbud. (2017). Seni Budaya VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *