Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan hal yang akan terus terjadi karena pada dasarnya hal tersebutlah yang membuat alam dapat bertahan. Sistem organisasi kehidupan pada makhluk juga tidak akan dapat berjalan tanpa interaksi yang baik dengan lingkungan.

Misalnya, lebah membutuhkan makanan dari bunga, oleh karena itu mereka akan selalu hinggap di sana. Dalam prosesnya secara tidak sengaja lebah akan membantu tumbuhan tersebut untuk menyebarkan benang sari dari bunga satu ke bunga yang lain untuk berkembang biak.

Pada contoh tersebut sangat jelas tampak bagaimana interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sangatlah krusial. Ya, kehidupan umat manusia juga sangat bergantung pada interaksi ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahaminya. Berikut adalah pemaparan-pemaran mengenai interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, dimulai dari penjelasan mengenai lingkungan itu sendiri.

Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu di luar individu atau makhluk hidup berupa sistem kompleks yang dapat memengaruhi satu sama lain. Kata lingkungan berasal dari kata environment (bahasa inggris) yang berarti “kondisi fisik, kimiawi, biotik, dan kondisi di sekitar organisme”. Berdasarkan istilah tersebut, lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu di luar individu/organisme (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 29).

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, segala sesuatu di luar individu merupakan sistem yang kompleks, sehingga dapat memengaruhi satu sama lain. Kondisi yang saling memengaruhi itu membuat lingkungan dinamis dan dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi.

Komponen lingkungan dapat saling memengaruhi dengan sangat kuat. Ada kalanya kualitas lingkungan berubah menjadi baik dan ada kalanya berubah menjadi buruk. Perubahan itu dapat disebabkan oleh makhluk hidup yang berada dalam lingkungan tersebut.

Komponen Lingkungan

Setiap makhluk hidup memerlukan lingkungan tertentu sebagai tempat hidupnya. Lingkungan tempat hidup suatu makhluk hidup tersebut disebut dengan habitat. Dalam suatu habitat, terdapat berbagai jenis makhluk hidup (biotik) dan makhluk tidak hidup (abiotik). Dalam suatu habitat juga akan terjadi interaksi antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup.

Jadi dapat disimpulkan pula bahwa lingkungan terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan abiotik.

  1. Komponen biotik, terdiri atas makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik.
  2. Komponen abiotik, terdiri atas benda-benda tidak hidup di antaranya air, tanah, udara, dan cahaya (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 30).

Interaksi dalam Ekosistem

Berdasarkan pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa akan terdapat banyak interaksi dan hubungan antar komponen ekosistem. Misal dalam ekosistem yang luas seperti lautan, setiap organisme tersebut tidak dapat hidup sendiri dan selalu bergantung pada organisme yang lain dan lingkungannya.

Saling ketergantungan itu akan membentuk pola interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik, dan terjadi interaksi antarsesama komponen biotik. Berikut adalah pemaparan macam-macam interaksi dalam ekosistem.

Interaksi Makhluk Hidup dalam Ekosistem

Interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain atau interaksi antar komponen biotik dapat terjadi melalui rangkaian peristiwa makan dan dimakan. Contoh hubungan interaksi antara makhluk hidup yang mendiami habitat dalam suatu ekosistem adalah rantai makanan (jaringan makanan).

Rantai makanan adalah kondisi di mana suatu organisme memakan satu sama lain untuk mendapatkan energi dan nutrisi dari organisme yang dimakan.

Misalnya, tikus yang memakan tumbuhan untuk mendapatkan nutrisi agar dapat tumbuh dan bertahan hidup. Kemudian tikus itu dimakan oleh ular yang memakannya agar tetap hidup. Pada akhirnya ular itu pun dimakan oleh Elang agar mampu bertahan hidup.

Namun tidak semua bentuk interaksi antar makhluk hidup seperti itu. Misalnya, interaksi makhluk hidup dapat berupa hidup bersama antar dua individu yang berbeda jenis.

Simbiosis

Simbiosis adalah bentuk hidup bersama antara dua individu atau makhluk hidup yang berbeda jenis (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 34). Dua organisme berbeda yang hidup bersama ini dapat saling menguntungkan, hanya menguntungkan satu pihak, atau justru merugikan, tergantung dari jenis simbiosisnya.

Macam-Macam Simbiosis

Terdapat 3 (tiga) macam simbiosis, yakni simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme.

  1. Simbiosis mutualisme adalah suatu hubungan dua jenis individu yang saling memberikan keuntungan satu sama lain. Contohnya Jamur mendapatkan makanan dari pohon pinus, sedangkan pohon pinus mendapatkan garam mineral dan air lebih banyak jika bersimbiosis dengan jamur.
  2. Simbiosis komensalisme adalah hubungan interaksi dua jenis individu yang memberikan keuntungan kepada salah satu pihak, tetapi pihak lain tidak mendapatkan kerugian. Contohnya adalah tanaman anggrek mendapatkan keuntungan berupa tempat hidup, sedangkan pohon mangga tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian dari keberadaan tanaman anggrek tersebut.
  3. Simbiosis parasitisme adalah hubungan dua jenis individu yang memberikan keuntungan kepada salah satu pihak dan kerugian pada pihak yang lain. Contohnya kutu rambut memperoleh keuntungan dari manusia berupa darah yang diisap sebagai makanannya, sedangkan manusia akan merasakan gatal pada kulit di kepalanya.

Interaksi antar Komponen Biotik dan Abiotik

Interaksi antara komponen biotik dan abiotik misalnya terjadi antara semua makhluk hidup dengan air, udara, dan sinar matahari. Contohnya adalah bagaimana matahari sangat berguna dalam proses fotosintesis tanaman. Selain itu, cahaya matahari juga membantu beberapa hewan dalam mencari makan.

Sebaliknya, matahari juga membantu beberapa hewan untuk menghindari pemangsa, hingga akhirnya banyak binatang pemangsa yang khusus mencari makan di malam agar mangsanya tidak terbantu oleh cahaya matahari.

Udara juga menjadi salah satu abiotik yang penting bagi seluruh komponen biotik. Semua makhluk hidup bernapas dan membutuhkan oksigen. Udara yang mengandung CO2 juga digunakan oleh semua tanaman untuk proses fotosintesis. Hal tersebut juga merupakan salah contoh nyata dari interaksi makhluk hidup dengan lingkungan.

Peran Organisme Berdasarkan Kemampuan Menyusun Makanan

Berdasarkan kemampuan menyusun atau memproduksi makanan, peran organisme dibagi dua, yakni autotrof dan heterotrof.

Autotrof

Organisme autotrof adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menyusun/memproduksi makanannya sendiri dari berbagai macam bentuk bahan makanan organik maupun anorganik.

Terdapat dua jenis organisme, yakni:

  1. fotoautotrof, adalah organisme yang dapat menggunakan sumber energi cahaya untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik (makanannya). Contohnya meliputi bakteri ungu, bakteri hijau;
  2. kemoautotrof, merupakan organisme yang dapat memanfaatkan energi dari reaksi kimia untuk membuat makanannya sendiri dari bahan organik. Contohnya bakteri nitrogen, bakteri belerang, bakteri besi.

Heterotrof

Organisme heterotrof adalah makhluk hidup yang tidak dapat menyusun/membuat makanannya sendiri. Makhluk hidup heterotrof dibagi lagi menjadi tiga, yakni:

  1. herbivora, adalah organisme yang memakan tumbuh-tumbuhan. Contohnya adalah sapi, kambing, kuda, dsb;
  2. karnivora, merupakan makhluk pemakan daging. Contohnya adalah harimau, singa, buaya, dsb;
  3. omnivora, adalah organisme pemakan segala (tumbuh-tumbuhan dan daging). Contohnya ayam, tikus, beruang, dsb.

Pola Interaksi Manusia Memengaruhi Ekosistem

Alam yang awalnya sebagai sahabat bagi manusia, dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia. Mengapa? Karena pola interaksi manusia terhadap alam sangat memengaruhi ekosistem.

Contohnya, perilaku tidak bertanggungjawab membuang sampah ke sungai dapat merusak ekosistemnya. Setelah ekosistem rusak, manusia juga yang sebetulnya kehilangan sumber makanan.

Selain itu, lingkungan di sekitarnya juga dapat menjadi banjir karena sampah sungai tidak dapat mengalir dengan baik. Pada akhirnya, semua makhluk hidup yang tinggal di habitat tersebut akan terganggu oleh pencemaran lingkungan yang terjadi.

Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *