Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, wilayah Indonesia telah berkembang maju sebagai pusat ekonomi, sosial, dan politik bangsa-bangsa Asia. Hubungan politik kerajaan-kerajaan telah terjalin sejak masa perkembangan kerajaan bercorak Hindu-Buddha dan Islam di nusantara.

Hubungan sosial dan politik tersebut tercatat dalam sejarah dengan banyaknya duta-duta asing di Indonesia untuk urusan agama, pengetahuan, dan teknologi. Kegiatan ekonomi antarbangsa juga telah terjalin begitu erat antara Indonesia dan bangsa-bangsa asing. Kerajaan-kerajaan yang makmur dan merdeka berkembang di berbagai penjuru wilayah nusantara yang kini menjadi negara kesatuan republik Indonesia.

Namun kondisi tersebut berubah ketika bangsa-bangsa Eropa datang ke Indonesia. Hubungan dengan bangsa-bangsa asing tidak hanya berdampak positif, tetapi juga negatif. Salah satu dampak negatif hubungan Indonesia dengan bangsa asing adalah terjadinya penjajahan pada masa lalu. Penjajahan telah menyebabkan perubahan dalam aspek geografi, sosial, budaya, dan politik Indonesia.

Penjajahan juga menyebabkan penderitaan bagi bangsa Indonesia. Rakyat di berbagai daerah berusaha mengusir penjajah dari bumi pertiwi, tetapi sering kali gagal. Lalu sebetulnya apa saja yang melatarbelakangi kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia? Berikut adalah pemaparannya.

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat

Indonesia adalah negara yang besar dengan wilayah yang sangat luas. Negeri ini juga memiliki kekayaan melimpah, dan kaya akan berbagai budaya. Kondisi inilah yang menjadi salah satu daya tarik bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia.

Bukan hanya bangsa-bangsa Asia, tetapi bangsa-bangsa Eropa yang letaknya ribuan kilometer dari Indonesia pun tertarik dan berdatangan ke Indonesia. Menurut Tim Kemkdikbud (2017, hlm. 197-200) adapun beberapa daya tarik dan faktor pendorong yang menjadi latar belakang kedatangan bangsa barat ke Indonesia adalah sebagai berikut.

Daya Tarik Indonesia bagi Bangsa-Bangsa Barat

Salah satu daya tarik Indonesia bagi bangsa-bangsa barat adalah kekayaan tanahnya akan rempah-rempah. Pada masa itu rempah-rempah adalah salah satu komoditas paling berharga di dunia. Oleh karena itu, berbagai komoditas perdagangan yang dihasilkan bangsa Indonesia menjadi incaran bangsa-bangsa Barat.

Mengapa bangsa-bangsa Barat sangat membutuhkan rempah-rempah? Indonesia dan bangsa-bangsa di Eropa memiliki perbedaan kondisi alam. Indonesia hanya mengenal musim hujan dan kemarau yang memungkinkan berbagai tanaman mudah tumbuh berkembang dan ditanam setiap waktu.

Sementara di negara-negara Eropa, hal tersebut tidak mungkin terjadi karena mereka memiliki empat musim, yakni panas, dingin, semi, dan gugur. Tanaman hanya dapat tumbuh pada musim-musim tertentu, bahkan sebagian besar tanaman tropis tidak dapat tumbuh di sana.

Berdasarkan uraian fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa bangsa-bangsa Barat membutuhkan rempah-rempah karena mereka tidak dapat menghasilkannya di negaranya sendiri. Hal tersebut membuat persediaan rempah-rempah di Eropa sangat terbatas.

Rempah-rempah bagi bangsa-bangsa Eropa dapat digunakan untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, dan obat-obatan. Negara-negara tropis seperti Indonesia kaya akan rempah-rempah sehingga bangsa-bangsa Barat berusaha memperolehnya dengan cara apa pun, termasuk penjajahan.

Motivasi 3G (Gold, Gospel, Glory)

Gold, Gospel, Glory merupakan salah satu motivasi besar Bangsa-bangsa Barat melakukan penjelajahan samudra. Terkenal dengan sebutan 3G karena semboyan terdiri dari tiga kata yang berawalan dengan huruf “G”, yakni Gold, Glory, dan Gospel. Apa yang dimaksud dengan Gold, Glory, dan Gospel?

  1. Gold
    Arti kata Gold adalah “emas”, yang simbolismenya identik dengan kekayaan. Semboyan ini menggambarkan bahwa tujuan bangsa Barat ke Indonesia adalah untuk mencari kekayaan. Itu pula yang membuat mereka melakukan ekspedisi dan penjelajahan bumi.
  2. Glory
    Kata Glory berarti kejayaan, kemenangan, atau kebanggaan. Dalam konteks 3G ini, Glory bermakna kejayaan bangsa.
  3. Gospel
    Gospel artinya ajaran, pewarta wahyu atau dapat dimaknai sebagai Injil pula. Hal ini mewakili keinginan bangsa Barat untuk menyebarluaskan atau mengajarkan agama Nasrani khususnya agama Kristen ke bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

3G berhubungan dengan paham imperialisme di Barat yang menjadi salah satu alasan mereka melakukan penjelajahan samudra.

Imperialisme

Imperialisme adalah paham untuk mengkolonialisasi daerah-daerah yang dianggap belum terjamah oleh peradaban “maju”. Beberapa negara Barat memegang teguh prinsip-prinsip kolonialisme yang berniat ingin berbagi kesejahteraan bangsanya. Sebagian hanya tertarik untuk memperkaya negerinya sendiri dan akan melakukan apa saja termasuk kekerasan untuk mendapatkannya.

Terdapat dua bentuk imperialisme, yakni imperialisme kuno dan imperialisme modern.

  1. Imperialisme kuno (ancient imperialism)
    adalah imperialisme yang berkembang pada masa sebelum Revolusi Industri dengan semboyan Gold, Gospel, and Glory (Kekayaan, Penyebaran Agama, dan Kejayaan). Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan, dan menambah kejayaannya. Negara pelopornya adalah Spanyol dan Portugal. Kedatangan bangsaa Barat di Indonesia pada masa awal seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda, adalah bentuk imperialisme kuno. Fungsi tanah jajahan pada masa tersebut adalah untuk murni dikeruk keuntungannya saja.
  2. Imperialisme modern (modern imperialism)
    bertujuan memperoleh kemajuan ekonomi. Timbul sesudah Revolusi Industri dalam rangka mencari bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah sekaligus pasar bagi hasil-hasil industri, dan sebagai tempat penanaman modal bagi kapital surplus. Oleh karena itu sebagian imperialisme jenis ini berdampak baik pada negara jajahannya. Seperti bagaimana beberapa negara bekas jajahan Inggris mampu menjadi negara maju sekarang. Adapun di Indonesia, imperialisme modern baru berkembang setelah tahun 1870, pasca kebijakan Politik Pintu Terbuka.

Politik Pintu Terbuka

Politik Pintu Terbuka memberikan hak kepada kaum pribumi untuk memiliki dan menyewakan tanah kepada pengusaha swasta. Pengusaha dapat menyewa tanah dari Gubernemen dalam jangka waktu 75 tahun.

Sejak tahun 1870, Indonesia menjadi negeri bahan-bahan mentah untuk pabrik Eropa. Indonesia juga menjadi negeri tempat menjual hasil produksi dan tempat penanaman modal asing, Indonesia dibuka untuk kepentingan modal asing.

Banyak negara menanamkan modalnya, seperti Belanda, Inggris, Amerika, Jepang, Belgia, dan masih banyak lagi. Modal asing terutama ditanamkan dan dikembangkan dalam sektor pertanian, karet, teh, tembakau, kopi, dan pertambangan minyak bumi.

Revolusi Industri

Revolusi industri merupakan salah satu pendorong imperialisme modern. Sebetulnya, bangsa-bangsa Eropa sudah lama mengetahui bahwa Indonesia (Nusantara) adalah sumber rempah-rempah. Hal tersebut bahkan sudah mereka ketahui sebelum masehi.

Lalu mengapa mereka tidak mengincar Indonesia dari sejak dulu? Pada masa tersebut, mereka masih mengalami banyak kesulitan, terutama masalah transportasi, kondisi politik, dan keamanan. Oleh karena itu, revolusi Industri yang terjadi sekitar tahun 1750-1850 merupakan salah satu pendorong kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia.

Apa yang dimaksud dengan Revolusi Industri? Revolusi Industri adalah pergantian atau perubahan secara menyeluruh dalam memproduksi barang dari sebelumnya menggunakan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga mesin. Penggunaan mesin dalam industri menjadikan produksi lebih efisien, ongkos produksi dapat ditekan, serta barang dapat diproduksi dalam jumlah besar dan cepat.

Berkembangnya revolusi industri menyebabkan bangsa-bangsa Barat memerlukan bahan baku yang lebih banyak. Mereka juga memerlukan daerah pemasaran untuk menjual hasil-hasil industrinya. Hal itulah yang memicu menjelajah untuk menaklukkan negara-negara lain untuk mencari bahan baku sekaligus tempat pemasaran barangnya.

Kedatangan Bangsa-bangsa Barat ke Indonesia

Belanda adalah negara yang paling lama menjajah Indonesia. Namun demikian, bukan hanya Belanda saja yang berdatangan ke Nusantara. Bangsa-bangsa Barat yang datang ke Indonesia pada masa penjajahan juga meliputi Portugis, Spanyol, dan Inggris. Berikut adalah uraian pemaparan kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia beradasarkan pemaparan Tim Kemdikbud (2017, hlm. 202).

Kedatangan Bangsa Portugis di Maluku

Perjalanan bangsa Portugis mencari sumber rempah-rempah berawal dari kota Lisabon. Pada tahun 1486, Bartolomeus Diaz melakukan pelayaran pertama menyusuri pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan pelayaran ke India, namun gagal.

Portugis akhirnya berhasil mencapai Malaka pada tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Ia berhasil menguasai Malaka dan Myanmar. Selanjutnya Portugis menjalin hubungan dagang dengan Maluku. Pada tahun 1512, bangsa Portugis telah berhasil sampai di Maluku di bawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao.

Ekspedisi Bangsa Inggris

Persekutuan dagang milik Inggris diberi nama EIC (East Indian Company). Di dalamnya bergabung para pengusaha Inggris. Walaupun Inggris tiba di Kepulauan Nusantara, pengaruhnya tidak terlalu banyak seperti halnya Belanda.

Hal ini disebabkan EIC terdesak oleh Belanda yang telah berada di sana. Pada akhirnya Inggris terpaksa menyingkir ke India/Asia Selatan dan Asia Timur dan mengurungkan niatnya untuk menguasai nusantara.

Kedatangan Bangsa Belanda di Jayakarta (Jakarta)

Jayakarta adalah pelabuhan penting di Pulau Jawa yang kemudian menjadi markas VOC. Bagaimana proses kedatangan Belanda di Indonesia? Adalah seorang pelaut Belanda bernama Cornelis de Houtman yang memimpin ekspedisi ke Indonesia.

Pada tahun 1595, armada de Houtman mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus menuju ke arah timur melewati Samudra Hindia. Pada tahun 1596, armada de Houtman tiba di Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda.

Dibentuknya VOC

Kedatangan Houtman di Indonesia kemudian disusul oleh ekspedisi-ekspedisi susulan lainnya. Dengan banyaknya pedagang Belanda di Indonesia maka munculah persaingan di antara bangsa mereka sendiri. Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pada tahun 1602 didirikan Vereenigde Oost Indische Compagnie atau disingkat sebagai VOC. VOC berarti “Perserikatan Maskapai Hindia Timur” yang merupakan penggabungan (merger) dari beberapa perusahaan dagang Belanda.

Gubernur Jenderal pertama VOC adalah Pieter Both. Ia mendirikan pusat perdagangan VOC di Ambon, Maluku. Kemudian, pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta) karena VOC memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu-lintas perdagangan. Selain itu, Belanda ingin menyingkirkan saingan mereka, yaitu Portugis di Malaka.

Pangeran Jayawikarta (penguasa bagian wilayah Banten) memberi izin kepada VOC untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Selain memberikan izin kepada VOC, Pangeran Jayawikarta juga memberikan izin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris). Kebijakan tersebut membuat Belanda geram, dan tidak menyukai Pangeran Jayakarta.

Dominasi Belanda (VOC)

Gubernur Jendral VOC Jan Pieterszoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten untuk memecat Pangeran Jayawikarta, sekaligus memohon agar izin kantor dagang Inggris EIC dicabut. Pada tanggal 31 Mei 1619, keinginan VOC dikabulkan raja Banten.

Momentum itulah yang kemudian menjadi mata rantai kekuasaan VOC dan Belanda pada masa berikutnya. VOC menikmati keleluasaan dan kelonggaran yang diberikan penguasa Banten. Jayakarta oleh VOC diubah namanya menjadi Batavia.

Selanjutnya VOC bahkan mendirikan benteng sebagai tempat pertahanan, pusat kantor dagang, dan pemerintahan. Pengaruh ekonomi VOC semakin kuat dengan dimilikinya hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi sandaran perluasan kekuasaan Belanda pada perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya.

Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *