Kesadaran adalah kesiagaan seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungan sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik (Suparwi, 2020, hlm. 72). Lebih lanjut menurut Suparwi, 2020, hlm. 72) definisi kesadaran ini memiliki dua sisi, yakni:

  1. Pertama kesadaran meliputi suatu pemahaman terhadap stimuli lingkungan sekitar. Contohnya, kita mungkin tiba-tiba menyadari suara kicauan seekor burung, rasa sakit gigi;
  2. Kedua, kesadaran juga meliputi pengenalan seseorang pada peristiwa-peristiwa mentalnya sendiri, seperti pikiran-pikiran yang ditimbulkan oleh memori dan oleh kesadaran pribadi akan jati dirinya. Sebagai contoh, kita mungkin memikirkan jenis burung tersebut, betapa pemalunya kita dalam suatu kelompok besar yang baru kita kenali.

Secara leksikal, kesadaran diartikan sebagai tahu dan mampu mengekspresikan dampak dari suatu perilaku, serta tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian. Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). Alam yang berisi hasil-hasil pengamatan kita terhadap dunia luar tersebut disebut sebagai alam sadar.

Sedangkan menurut Matlin (2018, hlm. 45-46) kesadaran adalah kemampuan untuk menyadari berbagai hal yang ada di lingkungan kita baik hal abstrak maupun konkret yang dilakukan secara otomatis atau melalui preattentive processing. Dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah kesiagaan, kesiapan individu dalam menyadari dan menanggapi hal abstrak dan kognitif termasuk peristiwa-peristiwa kognitif seperti berpikir, merasakan sensasi fisik, merasakan suatu afeksi, dsb.

Kategori Kesadaran

Topik tentang kesadaran (consciousness) merupakan topik yang bersifat kontroversial karena adanya berbagai definisi yang berbeda tentang istilah tersebut. Apakah kesadaran yang dimaksud adalah alam sadar (conciouseness)? atau justru awareness? Bahkan bisa kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran individu untuk menyadari pentingnya ideologi penting seperti kesadaran berbangsa dan bernegara?

Dalam Psikologi, terutama Psikologi Kognitif, kesadaran berhubungan erat dengan atensi, akan tetapi proses yang berlangsung tidaklah identik, dan perbedaan utamanya adalah dalam kesadaran, kita tidak menyadari mengenai tugas yang kita lakukan secara otomatis atau melalui preattentive processing (Maltin, 2018,  hlm. 45). Sementara itu atensi dilakukan dengan kesadaran penuh akan tugas atau hal yang ingin kita sadari.

Untuk memperuncing studi mengenai kesadaran ini, Zeman (2007 dalam Suparwi, 2020, hlm. 73) membagi kesadaran menjadi empat kategori yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Kondisi terjaga,
    yakni kondisi saat kita mempersepsi dan berinteraksi.
  2. Pengalaman,
    merupakan kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-peristiwa yang berlangsung disekitar kita.
  3. Kondisi mental kita,
    meliputi keyakinan, harapan, niat dan hasrat.
  4. Kesadaran diri kita,
    yang meliputi rekognisi-diri, pengetahuan- diri, perasaan kepemilikan atas pikiranpikiran, ide-ide dan perasaan-perasaan kita sendiri.

Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respons seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan. Menurut Suparwi (2020, hlm. 81-82) tingkat kesadaran dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat di bawah ini.

  1. Compos Mentis (conscious),
    yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekitar.
  2. Apatis,
    yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
  3. Delirium,
    yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Orang yang mengalami ini (biasanya beberapa pasien di rumah sakit) tampak gelisah, disorientasi (sesama orang, tempat dan waktu) memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal.
  4. Somnolen (Obtundasi, letargi),
    yaitu kesadaran menurun, respons psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang; tetapi jika rangsangan dihentikan, pasien akan tertidur lagi, mampu memberikan jawaban verbal. Pada somnolem, jumlah jam tidur meningkat dan reaksi psikologis terlambat.
  5. Stupor (spoor koma),
    yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respons terhadap nyeri. Pasien atau orang yang mengalami ini masih dapat dibangunkan dengan rangsangan kuat, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik. Pada soporous/stupor reflek kornea dan pupil baik, kegiatan BAB dan BAK tidak terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.
  6. Semi Coma,
    yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberi respon terhadap rangsangan verbal dan tidak dapat dibangunkan sama sekali tapi refleks kornea dan pupil masih baik.
  7. Coma (comatose),
    yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun refleks muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Fungsi-Fungsi Kesadaran

Pierson & Trout (2005 dalam Suparwi, 2020, hlm. 80) mengungkapkan bahwa satu-satunya alasan kita memiliki alam sadar adalah karena kesadaran memungkinkan kita melakukan pergerakan atas kemauan sendiri (volitional movement) yang dibuat berdasarkan keputusan, bukan berdasarkan insting atau refleks. Dengan mampu melakukan pergerakan atas kemauan sendiri, kita dapat mengarahkan atensi dan perilaku kita kepada aspek-aspek dalam lingkungan yang akan menimbulkan hasil akhir yang lebih baik.

Para pakar psikolog juga terus mengajukkan opini bahwa proses-proses neural semata tidak dapat memenuhi fungsi-fungsi tersebut sama efektifnya dengan proses-proses neural yang dikombinasikan dengan kesadaran. Misalnya, Baars & McGovern (1996) mengajukan sejumlah fungsi-fungsi kesadaran yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Fungsi konteks-setting.
    Yakni fungsi kesadaran di mana sistem-sistem bekerja untuk mendefinisikan konteks dan pengetahuan mengenai sebuah stimuli yang datang ke dalam memori. Fungsi ini berperan untuk menjernihkan pemahaman mengenai stimulus yang bersangkutan.
  2. Fungsi adaptasi dan pembelajaran.
    Fungsi untuk mengendalikan keterlibatan sadar yang diperlukan untuk menangani informasi baru dengan sukses.
  3. Fungsi prioritisasi dan fungsi akses.
    Di mana kesadaran diperlukan untuk mengakses besarnya jumlah informasi yang tersedia di tingkat ketidaksadaran.
  4. Fungsi rekrutmen dan kontrol.
    Di mana kesadaran memasuki sistem-sistem motorik untuk menjalankan tindakan-tindakan sadar.
  5. Fungsi pengambilan keputusan dan fungsi eksekutif.
    Yang berperan membawa informasi dan sumber daya keluar dari ketidaksadaran untuk membantu pengambilan keputusan dan penerapan kendali.
  6. Fungsi deteksi dan penyutingan.
    Yakni fungsi yang berfokus pada kesadaran yang memasuki sistem norma kita (yang berada di tataran ketidaksadaran) sehingga (kita yang sadar) dapat mengetahui saat kita membuat suatu kekeliruan.
  7. Fungsi monitor-diri.
    Fungsi untuk memonitor diri dalam bentuk refleksi diri, percakapan internal, dan imagery, membantu kita mengendalikan fungsi-fungsi sadar dan fungsi-fungsi tidak sadar dalam diri kita.
  8. Fungsi pengorganisasian dan fleksibilitas.
    Fungsi ini memungkinkan kita mengandalkan fungsi-fungsi otomatis dalam situasi-situasi yang telah dapat diprediksikan, namun sekaligus memungkinkan kita memasuki sumber-sumber daya pengetahuan yang terspesialisasi dalam situasi yang tak terduga.

Kerangka Kerja/Elemen Kesadaran

Kesadaran adalah suatu kerangka kerja yang melibatkan beberapa elemen dalam menjalankannya. Awareness framework atau kerangka kerja kesadaran terdiri atas elemen-elemen berikut ini.

  1. Attention
    Yakni pemusatan sumber daya mental kepada hal-hal eksternal maupun internal. Oleh sebab itu kesadaran pun dapat diarahkan ke peristiwa-peristiwa eksternal maupun internal. Bagian dari kesadaran ini diacu sebagai lampu sorot dan serupa dengan metafora atensi sebagai lampu sorot yang memusatkan berkas sinar ke arah yang menarik minat kita.
  2. Wakefulness (kesiagaan, keterjagaan)
    Kesadaran, sebagai suatu kondisi kesiagaan, memiliki komponen arousal. Dalam bagian kerangka kerja awareness ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya, dalam setiap harinya yang disebut sebagai “kontinum dari tidur hingga terjaga”. Sebagai contoh, kemarin malam anda tidur dan sekarang ini anda terjaga (seharusnya) itulah dua kondisi (state) kesadaran yang berbeda secara secara radikal.
  3. Architecture (Arsitektur)
    Dalam awareness framework, arsitektur adalah lokasi fisik struktur-struktur fisiologis (dan prosesproses yang berhubungan dengan struktur-struktur tersebut) yang menyokong kesadaran. Sebuah aspek definitive dari kesadaran adalah bahwa kesadaran memiliki sejumlah struktur fisiologis (suatu struktur arsitektural). Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat diidentifikasikan melalui penyelidikan terhadap korelasi neural.
  4. Recall of Knowledge (Mengingat Pengetahuan)
    Proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia di sekelilingnya. Kesadaran memampukan manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui proses recall (dan rekognisi) terhadap informasi mengenai diri pribadi dan mengenai dunia ini. Proses tersebut dilaksanakan terutama dengan bantuan prosesproses atensional yang dilaksanakan secara internal dan eksternal. Bagian definisi tentang kesadaran ini memiliki 3 komponen: recall pengetahuan tentang diri pribadi, recall informasi-informasi umum, dan recall pengetahuan kolektif individu yang bersangkutan.
  5. Emotive (Emotif)
    Emotif adalah komponan-komponen afektif yang diasosiasikan dengan kesadaran. Dalam setiap peristiwa, persepsi-persepsi kita menghasilkan suatu impresi internal yang dapat kita ceritakan kepada orang lain, namun sulit diukur secara empiric. Emosi- emosi ditimbulkan oleh kondisi-kondisi internal saat kita berusaha merespon peristiwa-peristiwa eksternal, seperti perasaan saat jempol kaki orang tersandung batu atau saat mahasiswa mendapatkan nilai A secara tidak terduga. Saat kita berusaha mendeskripsikan emosi- emosi subjek tersebut kepada orang lain, mustahil menggambarkan perasaan-perasaan tersebut sama persis sebagaimana yang kita rasakan (Suparwi, 2020, hlm. 75-79).

Referensi

  1. Suparwi, S. (2020). Pengantar psikologi kognitif. Salatiga: LP2M IAIN Salatiga.
  2. Matlin, M.W. (2018). Kognitif. Bandar Lampung: Harakindo Publishing.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *