Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti pada rapat, pertemuan, konferensi, dll (Arifin, dalamHariyanto, 2021, hlm. 76). Sementara itu, menurut Mukarom (2020, hlm. 91) kelompok merupakan sekumpulan orang-orang yang terdiri atas tiga orang atau lebih yang memiliki keterkaitan psikologis terhadap sesuatu hal yang saling berinteraksi satu sama lain.

Suatu kelompok memiliki suatu tujuan dan organisasi serta cenderung melibatkan interaksi antara anggota-anggotanya. Berkaitan dengan hal itu, salah satu interaksi yang terjadi tentunya adalah komunikasi. Komunikasi kelompok biasanya digunakan untuk bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran (Mukarom, 2020, hlm. 91).

Sementara itu, menurut Burgoon (dalam Mukarom, 2020, hlm. 91) komunikasi kelompok adalahinteraksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Karakteristik pribadi anggota dapat diketahui karena komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Oleh karena itu, kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Sedangkan dari sisi akademis, Godberg (dalam Hariyanto, 2021, hlm. 76) berpendapat bahwa komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi penelitian dan terapan yang berfokus bukan pada proses kelompok pada umumnya melainkan pada tingkah laku komunikasi individu-individu di dalam kelompok diskusi kecil yang bersifat tatap muka.

Selanjutnya, Mulyana (dalam Mukarom, 2020, hlm. 92) mendefinisikan kelompok sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Dalam definisi ini, kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga individu atau lebih dengan tujuan yang sudah diketahui sebelumnya seperti telah diorganisasikan menjadi rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya untuk membagikan pengetahuan, bertukar informasi, mengubah sikap, atau perilaku lain yang menjadi tujuannya.

Jenis Komunikasi Kelompok

Effendy (dalam Hariyanto, 2021, hlm. 77) membagi komunikasi kelompok menjadi dua jenis, yakni:

  1. Komunikasi Kelompok Kecil,
    apabila situasi komunikasi antara komunikator dengan setiap komunikannya dapat terjadi dialog (lebih rasional);
  2. Komunikasi Kelompok Besar,
    Jika situasi komunikasi antara komunikator dengan setiap komunikannya sukar terjadi dialog (lebih emosional).

Karakteristik Komunikasi Kelompok

Menurut Hariyanto (2021, hlm. 78) karakteristik dari komunikasi kelompok adalah sebagai berikut.

  1. Kepribadian Kelompok.
    Setiap individu dalam kelompok mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Pribadi seseorang disaat sendirian dan jika ia berada di tengah kelompoknya biasanya berbeda.
  2. Norma Kelompok.
    Mengidentifikasi cara-cara anggota kelompok itu bertingkah laku serta cara-cara yang menurut pertimbangan kelompok adalah baik.
  3. Kohesivitas Kelompok.
    Kekuatan saling tarik-menarik antara anggotanya atau kekuatan yang menahan mereka agar tetap tinggal dalam suatu kelompok. Kohesivitas kelompok ditentukan olah dua hal, yaitu: a) Tingkah laku normatif yang cenderung kuat ketika anggota tertarik dan diidentifikasi dengan kelompok; b) Lamanya menjadi anggota suatu kelompok. Semakin lama menjadi anggota suatu kelompok, maka semakin terikat pula seseorang dengan kelompok.
  4. Komunikasi kelompok berusaha untuk mencapai tujuan tertentu.
    Misalnya, beberapa tujuan yang dicapai meliputi: berkeinginan untuk mencapai keberhasilan kelompok, atau berkeinginan untuk menghindari kegagalan kelompok.

Sementara itu, menurut Mukarom (2020, hlm. 92) karakteristik komunikasi kelompok di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Norma,
    Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya; ada tiga kategori norma yaitu norma sosial, prosedural, dan norma tugas.
  2. Peran,
    Peran adalah pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok; ada dua fungsi peran dalam kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan). Karakteristik dari kelompok kecil, yaitu : ditujukan pada kognisi komunikan, prosesnya berlangsung secara dialogis, sirkular, komunikator menunjukkan pesan atau pikiran kepada komunikan, umpan balik berbentuk verbal.

Sedangkan karakteristik dari kelompok besar, yaitu:

  1. Ditujukan kepada efek komunikan, prosesnya berlangsung secara linear, dialogis namun berbentuk tanya-jawab. Suatu kelompok disadari atau tidak berpengaruh sangat besar terhadap cara suatu individu dalam bertindak, bersikap, berperilaku, dan pola pikir.
  2. Komunikasi kelompok biasanya digunakan untuk bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran.

Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya

Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya menurut para ahli yang dirangkum oleh Mukarom (2020, hlm. 93).

1. Kelompok primer dan sekunder

Pada tahun 1909, Charles Horton Cooley (dalam Mukarom, 2020, hlm. 93) mengungkapkan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita (Mukarom, 2020, hlm. 93).

Rakhmat (dalam Mukarom, 2020, hlm. 93) membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, yaitu sebagai berikut.

  1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
  2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
  3. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
  4. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
  5. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan

Theodore Newcomb (1930 dalam Mukarom, 2020, hlm. 94) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group) dengan penjelasan sebagai berikut.

  1. Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggotaanggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
  2. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurutnya, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif.

3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980, dalam Mukarom, 2020, hlm. 94) membagi kelompok menjadi dua, yaitu deskriptif dan preskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga, yakni: kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar yang akan dipaparkan sebagai berikut.

  1. Kelompok tugas,
    bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.
  2. Kelompok penyadar,
    mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.
  3. Kelompok preskriptif,
    mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh setiap anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.

Cragan dan Wright mengategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

  1. Diskusi meja bundar adalah format berdiskusi dengan cara melingkar di mana tidak ada seorang moderator yang ditunjuk secara khusus.
  2. Diskusi panel adalah format khusus yang anggota-anggota kelompoknya berinteraksi, baik berhadap-hadapan maupun melalui seorang mediator, di antara mereka sendiri dan dengan hadirin, tentang masalah yang kontroversial.
  3. Simposium adalah serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap masalah yang kontroversial, dalam format diskusi yang sudah direncanakan sebelumnya.
  4. Forum ceramah adalah format diskusi yang dilakukan terutama sekali untuk saling berbagi informasi.
  5. Kolokium adalah sejenis format diskusi yang memberikan kesempatan pada wakil-wakil khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seorang (atau beberapa orang) ahli.
  6. Prosedur parlementer adalah format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat (Mukarom, 2020, hlm. 95).

Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

Menurut Maryam & Paryontri (2021, hlm. 61) terdapat tiga macam pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi individu, yaitu konformitas, fasilitasi sosial, dan polarisasi yang akan dipaparkan sebagai berikut.

  1. Konformitas (conformity)
    Konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas ini meliputi faktor personal dan situasional.
  2. Fasilitasi Sosial
    Fasilitasi sosial berkaitan dengan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga terasa lebih mudah. Namun, Allport menemukan bahwa fasilitasi sosial tidak selalu memudahkan pekerjaan. Robert Zajonc mencoba menjelaskan dengan teori drive. Menurut teori ini, kehadiran orang lain, menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu yang akan meningkatkan munculnya respons dominan. Respons dominan merupakan perilaku yang dikuasai individu. Jika respons dominan adalah respons yang benar, terjadi peningkatan prestasi, sebaliknya jika respons dominan adalah respons yang salah, terjadi penurunan prestasi.
  3. Polarisasi
    Peneliti menyimpulkan bahwa diskusi kelompok cenderung meningkatkan atau melebih-lebihkan kecenderungan (preferensi) awal kelompok. Jika sebagian besar anggota kelompok pada awalnya condong ke posisi berisiko pada masalah tertentu, posisi kelompok menjadi lebih berisiko setelah diskusi. Tetapi jika anggota kelompok secara umum pada awalnya condong ke posisi hati-hati, diskusi kelompok mengarah ke kehati-hatian yang lebih besar. Efek ini disebut polarisasi kelompok, yaitu membesar-besarkan kecenderungan awal dalam pemikiran anggota kelompok melalui diskusi kelompok (Moscovici & Zavalloni, dalam Maryam & Paryontri, 2021, hlm. 64).

Referensi

  1. Hariyanto, D. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo: Umsida Press.
  2. Maryam, E.W.,& Paryontri, R.A. (2021). Psikologi komunikasi. Sidoarjo: UMSIDA Press.
  3. Mukarom, Z. (2020). Teori-teori komunikasi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *