Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang kecenderungannya menyampaikan pesan dengan menggunakan kata-kata (Panuju, 2018, hlm. 244). Namun demikian, “kata-kata” yang dimaksud masih belum sepenuhnya mampu merepresentasikan komunikasi verbal karena kata tersebut dapat disampaikan secara langsung maupun tertulis. Seperti yang diungkapkan oleh Mukarom (2020, hlm. 16) bahwa komunikasi verbal atau verbal communication merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan.

Senada dengan pendapat di atas, Yusuf (2021, hlm. 78) berpendapat bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan ucapan dan tulisan yang merupakan simbol verbal yang terdiri dari satu kata atau lebih. Umumnya simbol verbal itu sengaja dan secara sadar digunakan untuk berbicara, baik secara lisan maupun tulisan.

Sementara itu menurut Karyaningsih (2018, hlm. 126) komunikasi verbal adalah suatu bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal ini menempati porsi besar dalam jenis atau konteks komunikasi. Hal tersebut karena, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non-verbal.

Selanjutnya menurut Hariyanto (2021, hlm. 57) komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal seperti kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Suatu sistem kode verbal disebut sebagai bahasa. Bahasa sendiri dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas (Hariyanto, 2021, hlm. 57).

Berdasarkan pengertian komunikasi verbal menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan melalui simbol-simbol verbal seperti kata-kata atau bahasa yang dilakukan secara lisan maupun tulisan.

Aspek-Aspek Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal memiliki aspek-aspek unik yang membentuknya. Menurut Hariyanto (2021, hlm. 58) aspek-aspek komunikasi tersebut yaitu sebagai berikut.

  1. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata).
    Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
  2. Racing (kecepatan).
    Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
  3. Intonasi suara.
    Intonasi akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
  4. Humor (lelucon).
    Humor adalah suatu hal yang dapat meningkatkan keluwesan komunikasi karena mampu memberikan rasa bahagia. Dugan (1989, dalam Hariyanto, 2021, hlm. 58) memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stres dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
  5. Singkat dan jelas.
    Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
  6. Timing (waktu yang tepat).
    Timing adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena dalam komunikasi, seseorang telah bersedia untuk berkomunikasi yang artinya harus dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan. Selain itu, memahami kapan harus berkomunikasi juga menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik agar komunikasi dapat dilakukan dengan efektif dan tidak di luar waktu atau konteks yang tepat sehingga dapat menghasilkan dampak negatif.

Prinsip-Prinsip Komunikasi Verbal dan Bahasa

Wood (dalam Samsinar & Rusnali, 2017, hlm. 43) bahwa terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam interaksi bahasa dan komunikasi verbal, yakni: interpretasi menciptakan makna, komunikasi adalah aturan yang dipandu, dan penekanan mempengaruhi makna yang akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Interpretasi menciptakan makna

Ada banyak interpretasi yang muncul atas sebuah pernyataan yang dikemukakan secara verbal. Interpretasi sebuah pesan membawa konsekuensi makna yang dipahami. Boleh jadi makna atas sebuah pesan yang sama dipahami secara berbeda oleh diri sendiri dan orang lain.

Perbedaan interpretasi terjadi karena dipengaruhi oleh pengetahuan, latar belakang, kepentingan, tujuan berkomunikasi atau aspek psikologis seseorang. Semua faktor ini mempengaruhi bagaimana makna ditangkap berdasarkan hasil interpretasi yang dibangun dalam pikirannya. Contoh : “Selamat, anda hebat”. Makna kata-kata ini bisa secara tulus memberikan ucapan selamat, bisa juga karena iri disebabkan tidak mampu namun latah ikut-ikutan mengucapkan selamat, menyindir, dan interpretasi lainnya.

2. Komunikasi adalah aturan yang dipandu

Aturan komunikasi (communication rule) adalah pemahaman bersama terhadap makna komunikasi dan macam komunikasi yang cocok atau tidak untuk berbagai situasi. Sebagian besar aturan tidak secara eksplisit atau dibangun dengan sengaja.

Pada sekelompok masyarakat tertentu, ada kesepakatan atau bahasa rahasia yang hanya kelompok itu mengetahuinya. Ini adalah contoh pemahaman bersama. Misalnya, saat saya kuliah, untuk mengatakan mengajak pergi menonton bioskop teman-teman saya punya bahasa khusus. Jika mereka mengatakan, ke perpustakaan yuk? itu artinya teman itu mengajak untuk menonton bioskop. Dalam pergaulan teman sebaya, biasanya mereka akan mempunyai pemahaman bersama tentang makna komunikasi.

Ada dua aturan yang memandu komunikasi yakni aturan regulatif (regulative rule) dan aturan pokok (constitutive rule).

  1. Aturan regulatif merinci kapan, bagaimana, di mana, dan dengan siapa harus berbicara mengenai hal-hal tertentu.
  2. Sedangkan aturan pokok menjelaskan apa arti komunikasi dengan mengatakan pada kita bagaimana menilai jenis komunikasi tertentu.

3. Penekanan mempengaruhi makna

Penekanan menjadi sebuah kesepakatan umum dalam komunitas. Dalam berbahasa juga demikian. Bahasa adalah kesepakatan komunitas masyarakat tertentu yang mengakibatkan adanya perbedaaan makna antarkomunitas. Contohnya, ketika kita menyebut makan, maka bahasa makan adalah bahasa Indonesia, ketika saya menyebut manre, maka itu adalah bahasa Bugis-Bone dan ketika saya menyebut eat, maka itu adalah bahasa Inggris.

Sementara itu, dalam bahasa tertulis, tanda baca merupakan sebuah penekanan. Tanda titik misalnya, dalam kaidah bahasa tanda titik diartikan sebagai isyarat berhentinya kalimat. Tanda titik juga berarti menjelaskan ide-ide ketika kita memulai dan mengakhiri suatu tulisan. Tanda titik juga berate penekanan pada kalimat yang ditulis. Dengan demikian, penekanan dalam komunikasi akan memberi dan menciptakan makna, sama dengan tanda titik atau tanda baca.

Jenis-Jenis Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal ini memiliki jenis yang amat beragam dan hampir semua jenisnya sudah akrab dalam kehidupan sehari-hari kita. Menurut Karyaningsih (2018, hlm. 127) jenis-jenis komunikasi verbal di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Berbicara,
    merupakan suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak, yang dilakukan minimal oleh dua orang atau lebih.
  2. Berdiskusi,
    yaitu sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/ kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
  3. Kuliah,
    adalah sebuah proses satu arah dalam transfer ilmu pengetahuan/nasihat, dari yang memberi kuliah, guru/dosen atau orang tua, kepada murid/anak. Kuliah bisa jadi adalah pintu masuk pertama dari sebuah pembelajaran. Kuliah ada terbagi menjadi dua macam yaitu, kuliah secara formal dan kuliah secara non-formal.
  4. Dialog,
    yakni kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di Negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
  5. Percakapan-percakapan,
    yaitu komunikasi dua arah yang dilakukan oleh minimal dua orang, yang di dalamnya terdapat topik pembicaraan, bisa tuntas ataupun tidak.
  6. Debat argumentasi,
    debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Sementara itu argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa,sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal benar atau tidak. Dan dalam ilmu pengetahuan, argumentasi tidak lain adalah usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
  7. Berbincang-bincang,
    yaitu mengobrol atau percakapan yang sifatnya lebih santai dan hanya digunakan untuk mengisi waktu luang.

Hambatan Komunikasi Verbal

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi verbal lebih banyak bersumber dari proses pengiriman pesan dari komunikator ke komunikan. Hambatan-hambatan ini disebut dengan istilah distorsi kognitif yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Polarisasi
    Polarisasi adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan-kata dan menguraikannya dalam bentuk dua ekstrim yang tidak realistis, misalnya hitam dan putih, atau baik dan buruk, atau cantik dan jelek.
  2. Orientasi intensional
    Ini terjadi bila kita menanggapi apa yang sebagai suatu kenyataan, suatu kecenderungan untuk menanggapi sesuatu lebih sebagai apa adanya dan bukan menurut apa yang dikatakan orang.
  3. Kekacauan karena menyimpulkan fakta
    Ini terjadi bila kita memperlakukan kesimpulan sebagai fakta.
  4. Potong kompas
    Ini terjadi bila komunikator dan komunikan saling salah paham akan makna yang mereka maksudkan. Selain itu, terjadi bila kata yang berbeda digunakan untuk makna yang sama atau kata yang sama digunakan untuk makna yang berbeda.
  5. Kesemuan
    Kesemuan mengacu pada kecenderungan untuk menganggap bahwa orang yang mengetahui hal tertentu pasti menguasai segalanya, atau bahwa apa yang telah dikatakan sudah pasti seluruhnya.
  6. Evaluasi statis
    Ini terjadi bila kita mengabaikan perubahan dan menganggap bahwa realitas merupakan hal yang statis.
  7. Indiskriminasi
    Ini terjadi bila kita mengelompokkan hal-hal yang tidak sama ke dalam satu kelompok dan menganggap bahwa mereka berada dalam kelompok yang sama, dan mereka semua sama (Samsinar & Rusnali, 2017, hlm. 41).

Aplikasi Komunikasi Verbal

Menurut Karyaningsih (2018, hlm. 126) dalam praktiknya, komunikasi verbal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  1. Berbicara dan menulis.
    Umumnya untuk menyampaikan bussines message, orang cenderung lebih menyukai berbicara (speaking) dibandingkan dengan menulis (writing), selain karena alasan praktis, speaking dianggap lebih mudah dan lebih menyentuh sasaran dari komunikan. Namun bukan berarti pesan tertulis tidak penting. Untuk menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan memerlukan pemahaman serta pengkajian matang, diperlukan pula penyampaian tertulis.
  2. Mendengarkan dan membaca.
    Kenyataan menunjukan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi ketimbang menyampaikan informasi. Dan aktivitas penerimaan informasi seperti pesan bisnis ini dilakukan lewat proses reading dan listening Sehingga pesan penting sering hanya berlalu begitu saja, dan sebagian kecil yang tercerna dengan baik.
  3. Selain itu, komunikasi verbal juga digunakan pada saat: bertemu dengan orang lain dan menyapa, menjelaskan arah, memberi perintah, menjawab permintaan, melayani konsumen, menjelaskan barang-barang dan pelayanan, menangani keluhan tamu, membuat permintaan maaf, berkomunikasi dengan rekan kerja.

Referensi

  1. Hariyanto, D. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo: Umsida Press.
  2. Karyaningsih. (2018). Ilmu komunikasi. Yogyakarta: Samudra Biru.
  3. Mukarom, Z. (2020). Teori-teori komunikasi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
  4. Panuju, R. (2018). Pengantar studi (ilmu) komunikasi: komunikasi sebagai kegiatan, komunikasi sebagai ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group.
  5. Samsinar & Rusnali. (2017). Komunikasi antarmanusia. Watampone: STAIN Watampone.
  6. Yusuf, F.M. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ilmu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *