Pengertian Majas Alegori

Majas alegori adalah gaya bahasa yang menggunakan sesuatu untuk mewakili suatu hal yang lain (simbolik) secara keseluruhan dalam suatu cerita atau teks umum. Mudahnya, jika metafora atau simile adalah majas yang digunakan dalam suatu kalimat, alegori menggunakan satu paragraf bahkan seluruh wacana atau teks untuk mengumpamakan sesuatu.

Contohnya adalah bagaimana fabel, yakni kisah-kisah binatang sebenarnya menceritakan watak manusia melalui perumpamaan binatang yang dapat bicara dan memiliki akal. Keseluruhan teks fabel adalah simbol, keseluruhan teks fabel adalah perumpamaan, keseluruhan fabel adalah majas alegori.

Pengertian Alegori menurut Para Ahli

Nurgiantoro (2017, hlm. 239) mengungkapkan bahwa alegori adalah sebuah cerita kiasan yang maknanya tersembunyi pada makna literal. Sehingga terkandung dua makna sekaligus dalam sebuah teks alegori. Yakni makna literal (bukan sebenarnya) dan makna sebenarnya yang tersembunyi dan harus ditafsirkan.

Penggunaannya dapat dilakukan dengan cara melakukan personifikasi (memanusiakan) sesuatu yang bukan manusia, seperti pada fabel. Selain itu, alegori juga dapat diterapkan dengan cara membuat cerita pembanding terhadap cerita yang sedang dibawakan, sehingga terbentuk alegori metafora.

Sementara itu, menurut Keraf (2010, hlm. 140) alegori adalah cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik (ditafsirkan) dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak (seperti hewan yang dapat berbicara) untuk mewakili pelaku sebenarnya yang konkret (manusia).

Selanjutnya menurut Tarigan (2013, hlm. 24) majas alegori adalah cerita yang dikisahkan melalu lambang-lambang yang merupakan majas yang diperluas secara berkesinambungan sebagai tempat atau wadah objek-objek atau gagasan yang diperlambangkan.

Intinya, alegori adalah majas dalam bentuk wadah, bukan sekedar kalimat seperti majas lainnya. Melanjutkan penjelasannya, Tarigan (2013) mengatakan biasanya alegori merupakan cerita-cerita panjang yang rumit dengan maksud dan tujuan terselubung, namun jika pembacanya jeli, justru maksud tersebut akan sangat jelas (konkret) dan nyata.

Contoh Majas Alegori

Teks di bawah ini adalah contoh penggunaan majas alegori.

Lubang

Ayah tampak sedang berusaha untuk menutupi lubang di atap rumah kami. Entah mengapa lubang itu seakan tak pernah dapat ditutupi. Minggu kemarin, ketika hujan deras, meskipun lubang itu telah diperbaiki, kebocoran tetap terjadi.

Ibu terus berusaha untuk menampung kebocoran dan mengepel cipratan airnya. Aku juga turut membantu dengan mengganti ember yang sudah penuh oleh air hujan secara berkala. Kami hanya bisa terus berusaha untuk menutupi atau menangkal kebocoran dari lubang itu.

Kali ini, tampaknya Ayah menutup lubang itu dari dua sisi, dari bagian dalam dan luar atap rumah. Seharusnya kali ini lubang itu sudah benar-benar tertutup. Hari ini juga tidak hujan, namun anehnya, rintikan air tetap turun dari lubang itu.

Seakan lubang itu tak pernah dapat diperbaiki dan tak peduli hujan ataupun tidak, ia tetap meneteskan air. Seperti bagaimana kami yang masih terus meneteskan air mata dan belum dapat menerima bahwa Ia telah pergi. Adikku tercinta, yang menjadi lubang di atas rumah kami.

Lubang pada potongan kisah di atas menjadi simbol yang dibawakan secara keseluruhan dalam satu narasi. Lubang yang tidak hanya berada dalam satu kalimat, tapi menjadi perumpamaan yang berada dalam keseluruhan cerita merupakan contoh penggunaan majas alegori.

Tikus dan Gajah

Tikus itu terus menggerogoti kacang yang sebenarnya adalah milik para gajah. Gajah yang besar itu justru seakan tidak pernah sadar akan kekuatannya sendiri. Mereka mempercayakan harta benda mereka pada tikus yang hanya mempedulikan perutnya sendiri.

Namun, bukan tanpa alasan para gajah melakukannya. Mereka tidak pernah menggunakan kelebihannya untuk merugikan orang lain. Justru, sang gajah ingin hidup berdampingan dengan semua makhluk di dunia, termasuk tikus.

Sayangnya, tikus-tikus itu masih saja menyia-nyiakan kepercayaan para gajah dan binatang lainnya. Gajah tidak akan berbuat sembrono, mereka tahu betul bahwa kucing tidak akan diam. Kucing yang memang berwenang untuk mengatur keseimbangan alam perihal tikus. Semua binatang percaya bahwa para kucing akan memburu para tikus jika tak kunjung melakukan kewajibannya dengan baik.

Cuplikan fabel di atas sebetulnya mewakili berbagai pergolakan kemanusiaan yang dapat terjadi dalam suatu tatanan pemerintahan. Di ibaratkan bahwa gajah adalah rakyat yang dikhianati oleh para oknum pemimpinnya sendiri yang korup.

Meskipun demikian, rakyat tetap tidak gegabah dan main hakim sendiri. Mereka lebih memilih untuk mengikuti hukum yang berlaku dan mempercayakan proses penindakannya kepada pihak yang berwajib; para kucing.

Maka, berdasarkan wadah yang dibuat untuk mewakili atau menjadi bandingan bagi kisah sebenarnya yang terselubung, cerita di atas adalah contoh majas alegori.

Referensi

  1. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Nurgiyantoro, Burhan. (2017). Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  3. Tarigan, Henry Guntur. (2013). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Gabung ke Percakapan

6tare

  1. Mas ada lagi contoh alegori seperti di cerita “Lubang” itu? Atau artikel lain, atau buku, referensi dsb? Susah banget nyarinya di google yang sejnis itu. Nyari di google gk tau kata kunci yang pasnya.

      1. Oh oke mas, terima kasih sebelumnya. Ilmunya sangat bermanfaat, dari berbagai artikel di situs lain yang lumayan membukakan wawasan saya baru disini. 🙂

    1. ada contoh bukunya, Kak. karya ziggy di ipusnas, judulnya Semua Ikan di Langit

  2. Saat penerimaan mahasiswa baru ITB th 1960 an.( saat sy masih balita ).biasanya ada acara Pawai Alegoris…..baru kepikir skg apa sih arti Alegoris ?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *