Menyanyikan lagu secara solo/tunggal berarti sesederhana menyanyikan suatu lagu secara perseorangan atau sendiri. Mengapa terdapat jenis ini? Karena seperti yang kita ketahui, kita dapat menyanyikan secara bersama dalam vokal grup seperti choir.

Meskipun terdengar sederhana dan tampak tidak membutuhkan perhatian khusus, justru menyanyikan lagu secara solo/tunggal juga memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, suara kita adalah fokus utama yang akan terdengar, dan kesalahan sekecil apa pun akan langsung terdengar oleh penyimak atau penonton, apalagi jika kita melakukan penampilan ini secara langsung di atas panggung.

Selain itu, terdapat beberapa jenis penampilan menyanyikan lagu secara solo atau tunggal. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparannya.

Jenis Penampilan Vokal Solo atau Tunggal

Terdapat beberapa jenis penampilan bernyanyi yang sering kita lihat di televisi atau pun secara langsung di sebuah panggung, yakni :

  1. ada yang bernyanyi sendiri dengan diiringi musik dari media rekaman seperti CD, flashdisk, komputer, maupun smartphone.
  2. tampil dengan band lengkap secara langsung, lalu
  3. ada juga yang bernyanyi bersama-sama lebih dari dua orang.

Semua jenis penampilan vokal tersebut tentunya memiliki keunikan dan sisi menarik yang berbeda, karena dari banyak segi ketiganya pun berbeda. Misalnya, dari segi persiapan dan sarana pun akan memiliki detail yang berbeda di setiap jenis penampilan.

Jenis penampilan vokal solo/tunggal sering kali dinilai penampilan yang paling sederhana dan tidak banyak membutuhkan banyak sarana dan prasarana, padahal sebenarnya sama saja. Setiap penampilan vokal solo justru memiliki beban yang lebih berat karena seluruh keberhasilan penampilannya sangat tergantung kepada sang vokalis atau penyanyi itu sendiri.

Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang harus dipahami, disiapkan, dan terus dilatih oleh seorang vokalis yang akan menyanyikan lagu secara solo/tunggal.

Materi Vokal

Suara seseorang dengan yang lainnya akan memiliki beberapa perbedaan. Mudahnya, perempuan cenderung memiliki jenis vokal yang tinggi dan ringan, sementara pria akan cenderung memiliki suara yang rendah dan berat. Namun beberapa pria juga memiliki jenis suara yang lebih tinggi dari pria lainnya. Berbagai perbedaan tersebut disebut sebagai materi vokal. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 41) perbedaan mendasar terhadap materi vokal yang dimiliki oleh dua orang yang berbeda, yaitu:

1. Warna suara/timbre

Bunyi atau suara seseorang berbeda dengan orang lain. Hhal ini disebabkan karena getaran-getaran yang dihasilkan bentuk masing-masing pita suaranya berbeda. Dari perbedaan pita suara itulah dihasilkan warna suara yang berbeda pula. Warna suara jika dilatih dengan teknik vokal yang benar akan menghasilkan karakter vokal yang kuat.

2. Wilayah Nada

Kemampuan seseorang dalam mencapai tinggi rendahnya nada menyebabkan seseorang memiliki wilayah ketinggian nada tertentu. Oleh karena itu, setiap orang memiliki wilayah nada yang berbeda-beda sesuai dengan ketebalan pita suara yang dimiliki juga upaya seseorang itu dalam mengolah teknik vokalnya. Dengan kata lain, wilayah nada seseorang bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan intensitasnya dalam berlatih olah vokal. Berikut ini pengelompokan wilayah nada sesuai ambitusnya.

  1. Suara anak-anak:
    Wilayah nada suara laki-laki dan perempuan pada usia anak-anak mempunyai ketinggian yang sama. Perbedaan akan terjadi ketika anak laki-laki beranjak dewasa, ada perubahan wilayah nada berdasarkan perubahan fisik yang mereka alami, misalnya tumbuhnya jakun di leher laki-laki. Batas wilayah nada yang dimiliki anak-anak adalah sebagai berikut.
      1. Suara anak-anak tinggi, wilayah nadanya c’ – f’
      2. Jenis Suara anak rendah, wilayah nadanya a – d’’
  2. Suara wanita:
    Wilayah nada dari suara wanita dibagi menjadi tiga jenis, yakni sopran, memo sopran, dan alto.
      1. Sopran adalah suara tinggi wanita yang wilayah nadanya berkisar antara c’- a’’.
      2. Sementara itu Mezo Sopran adalah suara wanita dengan suara sedang wanita yang wilayah nadanya berkisar antara a – f’’.
      3. Selanjutnya, Alto = Suara rendah wanita, wilayah nadanya f – d’’
  3. Suara pria:
    Wilayah nada dari suara pria dibagi menjadi tenor, bariton, dan Bass dengan detail sebagai berikut.
      1. Tenor suara tinggi pria, wilayah nadanya c – a’’.
      2. Bariton adalah wilayah suara sedang pria yang wilayah nadanya berkisar antara a – f’.
      3. Sementara itu Bass merupakan suara rendah pria dengan wilayah nada antara f – d’.

Mengetahui Wilayah Nada

Pengetahuan tentang wilayah nada ini benar-benar harus diketahui oleh seseorang yang akan bernyanyi. Mengapa? Sebagai penyanyi kita harus sadar akan kemampuan wilayah nada sehingga dapat memaksimalkannya. Jangan sampai kita memaksakan menyanyikan lagu dengan nada dasar yang di luar jangkauan wilayah nada kita. Jika dipaksakan, suara kita akan terdengar sumbang bahkan bisa merusak pita suara. Untuk mengecek wilayah nada kita dapat menggunakan alat musik piano atau keyboard dengan panduan pada gambar di bawah ini.

Gambaran wilayah nada

Teknik Vokal

Warna suara atau timbre dan wilayah nada mungkin salah satu bekal awal yang kuat bagi seorang penyanyi. Namun sejatinya menyanyi juga merupakan suatu keterampilan dan membutuhkan teknik yang baik. Seseorang yang bernyanyi dengan menggunakan teknik vokal yang benar akan menghasilkan suara yang baik dan layak didengar.

Teknik vokal tidak hanya menyangkut cara menyanyi saja, namun meliputi sikap yang baik dan pengaturan pernafasan yang efektif pula. Menurut Tim Kemdikbud (2017, 45-48) berikut adalah beberapa teknik vokal yang harus diperhatikan ketika bernyanyi.

1. Sikap Bernyanyi

Bernyanyi yang baik harus diawali dengan sikap bernyanyi yang baik pula, karena sikap berdiri yang baik ini dapat memaksimalkan tenaga untuk bernyanyi. Berikut ini cara berdiri yang baik pada saat bernyanyi.

  1. Badan tegak dan rileks, kaki dibuka sedikit.
  2. Berat badan bertumpu di kedua kaki dengan seimbang.
  3. Dada dibusungkan tapi tetap rileks.
  4. Pandangan lurus ke depan.
  5. Posisi tangan rileks di samping kiri kanan.

2. Pernapasan Diafragma

Pernapasan yang dianjurkan digunakan pada saat bernyanyi yaitu pernapasan diafragma. Di dalam diafragma ini, terdapat otot yang jika terus dilatih dengan olah napas akan menjadi lebih kuat sehingga dapat memperpanjang durasi keluarnya napas kita pada saat bernyanyi. Otot diafragma ini juga dapat menjadi sumber tenaga yang besar untuk mencapai nada tinggi dan menambah tenaga, pada saat bernyanyi.

Jika pada saat bernyanyi olah pernapasan dan sumber tenaga bermuara di diafragma, maka suara juga akan lebih bulat dan bening. Selain itu, tenggorokkan kita tidak akan terasa sakit dan mudah lelah. Berikut ini tahapan berlatih olah pernapasan diafragma.

  1. Ambil napas melalui hidung atau mulut, bayangkan seperti mencium bau parfum dengan lembut, lalu udara langsung masuk ke ruang diafragma dan seketika otot diafragma akan mendesak ke bagian depan dan seluruh udara menyebar di diafragma sampai ke samping dan bagian belakangnya.
  2. Tahan napas tersebut kira-kira 5 detik, rasakan benar otot diafragma makin kencang.
  3. Lalu, keluarkan napas tersebut dengan lembut, mengeluarkan suara desis halus dan rata sambil dihitung berapa detik siswa dapat menghabiskan napas dengan desis tersebut. Suara desis ini bisa diganti dengan suara menyerupai lebah misalnya zzzz… atau tiupan ffffff…. yang penting keluarnya udara rata dan stabil.
  4. Ulangi beberapa kali latihan di atas sambil berupaya agar banyaknya hitungan desis yang dikeluarkan semakin banyak setiap kali berlatih. Semakin bertambah durasinya, berarti kekuatan otot diafragma siswa pun bertambah kuat.

Setelah terbiasa melakukan olah pernapasan seperti di atas, mulailah untuk memproduksi suara pada saat bernyanyi dengan sumber tenaga dari kekuatan otot diafragma.

3. Resonansi

Dalam bernyanyi, seseorang harus dapat menggemakan suara dengan cara menempatkan sumber suara agar suara lebih keras pada saat dikeluarkan dan sampai kepada pendengar. Proses menggemakan suara ini disebut dengan resonansi.

Terdapat 3 (tiga) jenis resonansi atau tempat memantulkan sumber bunyi sesuai fungsinya, yaitu:

  1. Resonansi Dada,
    yang memantulkan sumber bunyi pada bagian dada akan menghasilkan suara rendah. Jika akan memproduksi suara yang rendah, hendaklah menggunakan resonansi dada agar nada rendah dapat dicapai dengan tepat dan halus.
  2. Resonansi Hidung,
    memantulkan sumber bunyi pada bagian wajah seputar hidung yaitu meliputi tulang rahang mulut sampai ke pipi, akan menghasilkan suara sedang yang tepat dan halus. Selain itu juga, kerja tenggorokkan tidak terlalu berat dan tidak mudah lelah. Suara yang dihasilkan pun akan terdengar lebih bening dan bersih.
  3. Resonansi Kepala,
    Memantulkan sumber bunyi pada bagian kepala akan menghasilkan suara tinggi dan halus. Untuk dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tepat dan halus, resonansi kepala ini harus juga disokong dengan kerja otot diafragma yang maksimal juga. Jangan sekali-kali memaksakan memproduksi suara tinggi di tenggorokkan, karena sudah pasti nadanya tidak akan sampai dengan tepat, suara tidak bening dan akan terasa sakit di tenggorokkan, dan jika hal ini sering dilakukan maka akan merusak kualitas pita suara.

4. Artikulasi dan Gerak Mulut

Bernyanyi yang baik tidak bisa terlepas dari pengucapan kata-kata yang ada pada lirik lagu dengan jelas. Oleh karena itu, selalu gunakan artikulasi yang baik dengan cara melakukan gerakan mulut yang tepat. Setiap lirik harus diucapkan dengan jelas atau justru mungkin dapat diartikulasikan lebih singkat agar lebih terdengar ringan oleh pendengar.

5. Phrasering/Pengalimatan

Phrasering atau pengalimatan (tidak baku: pengkalimatan) merupakan teknik vokal yang mengatur tentang pengelompokan kalimat di mana vokalis dapat mengambil napas pada setiap jeda antarkalimat. Pengalimatan ini hendaknya dilakukan sebelum memulai bernyanyi, beri tanda pada jeda antarkalimat sehingga ketika saat kita bernyanyi, kita dapat mengambil napas yang sesuai dengan makna lagu.

6. Ekspresi (Mimik dan Gestur)

Pada saat bernyanyi, hendaknya siswa memberikan ekspresi sesuai dengan tema lagu. Dengan begitu, makna lagu akan lebih mudah diterima oleh pendengar. Ekspresi meliputi mimik wajah dan gestur atau gerak tubuh.

Penampilan

Coba perhatikan tayangan konser seorang penyanyi di TV, Youtube atau lebih baik lagi secara langsung di sebuah panggung yang besar dan observasi/teliti bagaimana penampilan mereka. Dapat dipastikan seorang penyanyi yang profesional akan mempersiapkan penampilan mereka mulai dari baju atau kostum yang digunakan, gaya rambut, sepatu, asesoris, dan riasan wajah yang akan disesuaikan dengan tema acara, tema lagu, dan tempat yang menjadi tempat tampil untuk bernyanyi. Hal ini dilakukan agar pertunjukkan menyanyi mereka akan lebih indah dilihat dan meninggalkan kesan yang kuat pada audiens.

Latihan Improvisasi Lagu Secara Solo/Tunggal

Secara umum dapat dikatakan bahwa Improvisasi adalah melakukan sesuatu tanpa persiapan. Maksudnya, kita melakukan sesuatu tanpa memastikan apa yang dilakukan lalu secara spontan melakukannya menurut insting dan pengalaman yang telah kita alami. Dalam bernyanyi improvisasi merupakan pengembangan ornamentasi pada sebuah lagu dengan tujuan agar lagu terdengar tidak membosankan dan lebih menarik. Artinya, saat kita melakukan improvisasi, lagu yang kita bawakan tidak akan sama persis dengan aransemen aslinya.

Tentunya improvisasi tidak dilakukan pada semua bagian lagu, hanya pada bagian-bagian tertentu saja agar bentuk lagu yang aslinya tetap jelas. Karena sifatnya untuk memperindah lagu, bayangkan saja improvisasi ini seperti renda yang dipasangkan hanya di sudut-sudut taplak meja sehingga taplak tersebut akan terlihat lebih manis dan indah. Sebaliknya, jika renda tersebut dipasangkan sampai menutupi semua bagian taplak tentu taplak tersebut akan terlihat tidak indah dan terlalu berlebihan.

Improvisasi atau membuat variasi lagu dapat dilakukan dengan mengubah tiga unsur lagu sebagai berikut.

  1. Ritmis,
    yakni perubahan dalam irama lagu, misalnya lagu yang diciptakan dalam irama pop divariasikan dengan cara dibawakan dengan iringan irama jazz atau dangdut.
  2. Melodis,
    biasanya pengubahan melodis berupa penambahan nada dengan jarak nada yang berdekatan.
  3. Dinamika,
    pengubahan dinamika adalah perubahan bunyi keras dan lembut pada bagian lagu sesuai dengan kesan yang akan disampaikan.

Referensi

  1. Tim Kemdikbud. (2017). Seni Budaya VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Gabung ke Percakapan

4tare

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *