Pendekatan pembelajaran induktif-deduktif adalah pendekatan pembelajaran yang memadukan pendekatan pembelajaran induktif dengan pendekatan pembelajaran deduktif. Pendekatan pembelajaran induktif-deduktif diawali dengan contoh-contoh yang bertujuan supaya siswa mengidentifikasi, membedakan, kemudian menginterpretasi, menggeneralisasi dan akhirnya mengambil kesimpulan, kemudian secara deduktif siswa dapat memberikan contoh dari generalisasinya (Sumaryati & Sumarmo, 2013, hlm. 31).

Pengertian Pendekatan Induktif-Deduktif

Rochmad (2007, hlm. 114) menyatakan bahwa proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari suatu konsep yang rumit untuk dipelajari hanya dengan satu pendekatan, seperti mempelajari persamaan atau rumus dalam matematika. Kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan induktif dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat-sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam pembelajaran.

Perbedaan Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif

Untuk memperjelas bagaimana pendekatan ini bekerja, maka kita harus mengetahui perbedaan utama dari penalaran induktif dan penalaran deduktif. Hal tersebut karena pendekatan induktif-deduktif sejatinya menggunakan dan memaksimalkan kedua jenis penalaran tersebut. Untuk lebih jelasnya, tabel dibawah ini akan menjelaskan perbedaan antara penalaran induktif dan penalaran deduktif.

Penalaran InduktifPenalaran Deduktif
Dari yang khusus ke yang umumDari yang umum ke yang khusus
Dari yang konkrit menuju abstrakDari abstrak menuju konkrit
Dari dunia empiris menuju dunia rasionalDari dunia rasional menuju dunia empiris
Harus dapat melihat, memilih dan menentukan fakta yang relevanHarus menguasai ilmu yang bersangkutan

Selain memiliki perbedaan penalaran, pendekatan induktif dan deduktif juga memiliki beberapa peredaan lainnya. Perbedaan tersebut akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Pendekatan InduktifPendekatan Deduktif
Menggunakan penalaran induktifMenggunakan penalaran deduktif
Mulai dari yang mudah dan konkritMulai dari yang sulit dan abstrak
Konsep/prinsip yang dituju diberikan terakhirKonsep/prinsip yang dituju diberikan pada permulaan
Definisi tidak mengikatDefinisi mengikat
Tujuan dapat dijelaskan baikTujuan kurang dapat dijelaskan dengan baik
Siswa terlibat dalam mendapatkan konsep/prinsipSiswa terlibat dalam penjelasan konsep/prinsip
Siswa lebih bermotivasi mengikuti proses pembelajaranSiswa kurang termotivasi mengikuti proses pembelajaran
Fakta/data diamati berulang-ulangDefnisi diperhatikan dan disebut berulang-ulang

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, pendekatan induktif-deduktif merupakan pengkombinasian/penggabungan antara pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Hal tersebut dapat terjadi karena keduanya saling berkaitan satu sama lain. Pendekatan induktif-deduktif bermula dengan memberikan pembelajaran dengan pendekatan induktif baru kemudian pembelajaran dilakukan dengan cara deduktif.

Karakteristik pendekatan induktif-deduktif

Pendekatan pembelajaran induktif-deduktif yang efektif harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut.

  1. Siswa aktif dalam pembelajaran dan selalu mengekspresikan ide atau gagasannya.
  2. Proses berpikir siswa berkembang dari yang sifatnya spesifik (khusus) menuju generalisasi (umum).
  3. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya.
  4. Siswa secara tidak langsung termotivasi untuk menemukan konsep dan memberikan bukti atau penjelasan dari konsep tersebut.
  5. Siswa menemukan pengalaman yang banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
  6. Siswa mampu melakukan penalaran dengan baik.
  7. Guru mengendalikan unsur-unsur yang terlihat, misalnya suasana kelas, dan guru sebagai pengendali kelas.
  8. Dalam pengorganisasiannya dapat dilakukan secara klasikal, individual dan kooperatif.
  9. Pembelajaran secara kooperatif menciptakan suasana yang demokratis di kelas, untuk jangka panjang kondisi seperti ini membawa siswa pada kehidupan nyata di masyarakat (sekolah/kelas dijadikan sebagai miniatur masyarakat).
  10. Siswa terlibat dalam kegiatan yang behubungan dengan data yang ada, bahan dan objek sehingga merasa ada pola tertentu dari data yang diperolehnya.
  11. Guru memberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil generalisasi yang diperoleh di kelas.

Langkah-langkah pendekatan induktif-deduktif

Pada dasarnya, pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif dapat dilakukan melalui empat tahapan berikut ini.

1. Tahap Pendahuluan

Terdapat dua kegiatan yang harus dilakukan pada tahap pendahuluan, yaitu kegiatan revisi/apersepsi dan kegiatan motivasi. Kegiatan revisi/apersepsi adalah kegiatan mengingatkan dan memperbaiki pengetahuan bekal siswa mengenai pelajaran terdahulu yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diberikan. Sementara itu motivasi memberikan alasan atau rasa ingin belajar bagi siswa.

Artinya, kegiatan yang dilakukan pada tahap pendahuluan termasuk menumbuhkan motivasi, mengkondisikan siswa terhadap apa yang harus dikuasainya setelah berakhir kegiatan belajar mengajar, dan mengkondisikan kesiapan siswa dalam belajar hal yang baru. Kedua kegiatan ini biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan metode tanya-jawab.

2. Tahap eksplorasi

Pada tahap ini, konsep disajikan dengan memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep itu. Siswa harus membuat abstraksi dari suatu konsep. Siswa menyelidiki suatu fenomena, peristiwa, karakteristik-karakteristik, pola-pola dengan bimbingan minimal dari guru. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam menerapkan pengetahuan awalnya untuk membentuk minat dan prakarsanya serta tetap menjaga adanya keingintahuan terhadap topik yang sedang dipelajari.

Selama pengalaman ini, siswa akan memantapkan hubungan-hubungan, mengamati pola-pola, mengidentifikasi variable-variabel, dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dipecahkan dengan gagasan atau pola-pola penalaran yang biasa digunakan oleh siswa. Kemungkinan miskonsepsi dapat tejadi pada tahap ini, dengan demikian akan timbul pertentangan dan suatu analisis tentang gagasan yang dikemukakan sebagai hasil eksplorasi mereka.

Siswa diberi kesempatan untuk menjelajahi ide-ide lama, mengembangkan ide-ide baru, mendeskripsikan fenomena yang mereka alami menurut bahasa yang paling sederhana yang mereka pahami. Analisis tersebut mengarahkan siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dari setiap fenomena yang diselidiki.

3. Tahap pengenalan dan pembentukan konsep

Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk menemukan definisi secara tepat dan menemukan bukti konjektur yang diperoleh pada tahap eksplorasi atau guru mengarahkan perhatian siswa pada aspek-aspek tertentu dari pengalaman eksplorasi. Pembuktian dilaksanakan secara deduktif. Pada mulanya pelajaran tersebut harus dijelaskan berdasarkan hasil eksplorasi siswa. Siswa didorong untuk menemukan pengertian konsep secara tepat.

Kunci dari tahap ini adalah menampilkan konsep-konsep secara sederhana, jelas, dan langsung. Penjelasan diberikan dari suatu tindakan atau proses. Setelah siswa dibimbing guru menemukan konsep yang tepat, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki konsep lebih lanjut.

4. Tahap Aplikasi Konsep

Pada tahap ini ditanamkan pola pikir deduktif. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep dan teorema yang telah ditemukan dan disepakati oleh siswa pada tahap pembentukan konsep. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep atau teorema yang telah disepakati oleh seluruh siswa pada fase sebelumnya.

Dalam fase ini pula siswa dapat diberi kesempatan untuk mengidentifikasi fenomena, pola-pola, problem-problem baru yang diberikan melalui soal-soal. Selama diskusi dan pertanyaan-pertanyaan, kelompok dan individu diyakinkan untuk menunjukkan konsep-konsep inti yang diterapkan dalam konteks yang berbeda.  Tujuan pengajaran ini adalah untuk mengasah kemampuan mentransfer ide-ide, pada contoh-contoh lain dengan menggunakan konsep inti.

Maka dapat disimpulkan bahwa, dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap pendahuluan, tahap eksplorasi, tahap pembentukan konsep, dan tahap penerapan konsep. Pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif dimulai dengan pemberian masalah kepada siswa, dengan harapan siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri, mencari bentuk umum dari masalah tersebut, dan dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bentuk umum tersebut.

Pemberian masalah hendaknya diikuti dengan beberapa pertanyaan yang akan menuntun siswa mencari penyelesainnya, dalam pembelajaran hendaknya siswa diberi petunjuk pengerjaan tidak langsung untuk mencari penyelesaiannya begitu saja, siswa diarahkan sehingga dapat mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Kemudian, siswa berlatih menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep dan teorema yang telah ditemukan dan disepakati bersama.

Referensi

  1. Busrah, M. 2012. “Pembelajaran Deduktif pada Pembelajaran Alkana”. Sulawesi Selatan. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). hal. 5, http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/145_pembelajaran%20deduktif.pdf
  2. Eggen, Paul. D. (1979). Strategies For Teacher. New York :_Eaglewood CliffS, Prentice-Hall r’nc.
  3. Rahmawati, Daryanto. (2015). Teori Belajar dan Proses Pembelajaran Yang Mendidik. Yogyakarta : Penerbit Gavamedia
  4. Sutrisman dan G. Tambunan. (1987). Pengajaran Matematika. Jakarta: Penerbit Karunika Universitas Terbuka.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *