Pengertian Psikologi Klinis

Psikologi klinis adalah suatu metode yang digunakan untuk memodifikasi dan mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen (Witmer dalam Sulistiyowati, 2021, hlm. 4). Definisi tersebut adalah pengertian yang disampaikan oleh ahli pertama yang menggunakan istilah psikologi klinis pada tahun 1907, yakni Lightner Witmer.

Lebih lanjut Witmer (dalam Lestari, 2021, hlm. 4) menjelaskan bahwa psikologi klinis adalah disiplin ilmu dan praktik yang akan berkaitan dengan kedokteran, pekerja sosial, dan pendidikan. Akan tetapi, dokter, pekerja sosial, dan guru tidak memenuhi syarat untuk melakukan praktik psikologi klinis, karena psikologi klinis memerlukan seorang professional yang secara khusus telah terlatih dan mampu bekerja sama dengan para anggota sejawat lainnya.

Dokter dianggap tidak memenuhi syarat sejatinya hanya karena mereka memiliki spesialisasi yang berbeda dari psikolog, yaitu psikiatri. Psikiatri merupakan salah satu spesialisasi yang dapat ditempuh setelah seseorang menyelesaikan sekolah kedokteran. Keduanya berbeda namun saling melengkapi.

Di Indonesia sendiri, wujud konkret dari seseorang yang memenuhi syarat untuk melakukan praktik psikologi klinis adalah orang yang telah menempuh pendidikan S-1 psikologi, dilanjutkan dengan S-2 psikologi profesi, dan mendapatkan izin praktik dari asosiasi yang berwenang serta mematuhi undang-undang yang berlaku mengenai tenaga psikolog.

Selanjutnya, menurut Tim A.P.A divisi 12 (dalam Lestari dkk, 2016, hlm. 9) psikologi klinis adalah ilmu yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teori, dan praktek untuk memahami, memprediksi dan mengurangi maladjusment, disabilitas dan rasa tidak nyaman seperti meningkatkan adaptasi, penyesuaian manusia dan perkembangan pribadi manusia.

Dapat disimpulkan bahwa psikologi klinis adalah ilmu dan metode yang digunakan untuk memodifikasi atau mengembangkan proses mental dan kepribadian manusia berdasarkan ilmu pengetahuan, teori, dan praktik yang dilakukan untuk melakukan berbagai penelitian klinis dalam rangka mengurangi perasaan (afeksi) yang tidak nyaman, perilaku yang kurang sesuai dengan norma lingkungan, atau meningkatkan perilaku dan kepribadian seseorang ke taraf yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan mentalnya.

Perbedaan Psikolog dan Psikiater

Banyak yang mengira dan menerka bahwa seorang psikologi dan psikiater adalah profesi yang sama. Padahal, keduanya adalah profesi yang berbeda. Mudahnya, seorang psikiater adalah seorang dokter, psikologi bukan.

Selanjutnya Perbedaan dari seorang psikolog dan psikiater yang paling mencolok adalah bahwa seorang psikiater dapat memberikan resep obat. Keduanya dapat melakukan psikoanalisis, akan tetapi psikiater memiliki spesialisasi yang lebih mengerucut, seperti penyakit gangguan jiwa yang membutuhkan terapi obat-obatan. Sementara seorang psikolog berfokus pada perilaku dan proses mental manusia secara umum.

Biasanya seseorang yang dianggap membutuhkan bantuan kesehatan mental akan dirujuk pada konselor, seperti guru BK di sekolah atau mental health counselor di universitas dan perusahaan terlebih dahulu. Setelah itu, jika permasalahannya dianggap belum dapat tertangani, ia akan dirujuk pada seorang psikolog. Jika dirasa belum mendapatkan pertolongan yang paling tepat, maka sang psikolog akan merujuk pada rekan sejawatnya yang memiliki keterampilan khusus atau merujuk pasien langsung pada seorang psikiater jika dianggap membutuhkan bantuan obat-obatan medis.

Syarat untuk Menjadi Psikolog Klinis

Pendidikan bagi psikologi klinis yaitu setiap orang yang telah lulus dari pendidikan psikologi klinis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan berhak memberikan pelayanan psikologi klinis kepada masyarakat. Namun demikian, siapa yang berhak disebut sebagai seorang psikolog klinis? Kualifikasi pendidikan psikolog klinis paling rendah adalah lulusan pendidikan program profesi psikologi klinis yaitu Sarjana (S1) Psikologi yang telah mengikuti pendidikan profesi psikologi dan telah dikukuhkan sebagai psikolog klinis oleh organisasi profesi, selanjutnya Magister (S2) Profesi Psikologi di Bidang Psikologi Klinis.

Kurikulum baru yang diberlakukan di Indonesia untuk menjadi seorang Psikolog Klinis harus menuntaskan pendidikan sarjana psikologi (S1) dengan gelar S.Psi dan melanjutkan pada jenjang magister psikologi profesi (S2) dengan gelar M.Psi., Psikolog yang telah dikukuhkan sebagai psikolog oleh organisasi dan telah mendapatkan Surat Izin Praktik Psikologi (SIPP) dan memiliki Sertifikat Sebutan Psikolog (SSP) yang dikeluarkan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).

Perlu diingat bahwa terdapat dua gelar magister (S2) yang berbeda dalam psikologi. Gelar psikologi profesilah yang dapat mengukuhkan seseorang menjadi seorang psikolog, sementara itu gelar magister psikologi reguler hanya berfokus pada ilmu psikologi secara umum untuk kebutuhan riset dan pengajaran.

Rincian syarat atau atribut yang dibutuhkan untuk menjadi seorang psikolog klinis di antaranya adalah sebagai berikut.

Atribut Diri:

  1. Penggunaan pengetahuan dari penelitian untuk asesmen.
  2. Memiliki empati.
  3. Integritas, kestabilan emosi, dan kejujuran.

Pendidikan:

  1. S2 atau S3 Psikologi Klinis (psikologi profesi).
  2. Pengalaman Klinis (pelatihan praktikum, magang klinis).
  3. Kompetensi (harus lulus ujian komprehensif).
  4. Memiliki lisensi sebutan psikolog dan ijin praktik.

Persyaratan Etis:

  1. Pemahaman tentang Kode Etik.
  2. Mematuhi kode etik serta undang-undang yang berlaku.

Sumber: Lestari dkk (2016, hlm. 11).

Karir Psikologi Klinis

Meskipun psikolog klinis identik dengan melakukan terapi atau psikoterapi pada klien, penting untuk dicatat bahwa bukan hanya menjadi psikolog terapis saja yang menjadi pilihan karier psikologi klinis. Pilihan lainnya termasuk mengajar di tingkat universitas, melakukan penelitian, mengelola program masyarakat, dan beberapa profesi di bawah ini.

  1. Counseling Psychologists/School Psychologists
    Berfokus pada transisi normal (penyesuaian pendidikan, masalah sehari-hari).
  2. Social Worker
    Memberikan pelayanan/ meningkatkan kondisi sosial sampai memberikan terapi (di Lembaga Sosial Masyarakat).
  3. Psychiatric Nurses
    Merawat dan mengobati klien dengan gangguan jiwa (baik di Rumah Sakit Jiwa maupun Rumah Sakit Umum).
  4. Marriage/Family Therapists
    Berfokus pada gangguan psikologis yang berkaitan dengaan pernikahan, keluarga dan pasangan. (Lestari dkk, 2016, hlm. 11).

Peran (Ruang Lingkup) Psikologi Klinis

Psikologi Klinis adalah bidang yang luas praktik dan penelitian dalam disiplin ilmu psikologi, yang menerapkan prinsip-prinsip psikologis untuk penilaian, pencegahan, upaya perbaikan, dan rehabilitasi tekanan psikologis, disabilitas, perilaku disfungsional, dan kesehatan, perilaku berisiko, pencegahan gangguan mental, dan peningkatan psikologis dan kesejahteraan fisik (Sulistiyowati, 2020, hlm. 6).

Psikologi Klinis adalah pendekatan luas yang memiliki ruang lingkup yang luas pula untuk masalah manusia (baik individu dan interpersonal) yang terdiri dari penilaian, diagnosis, konsultasi, perawatan, administrasi, dan penelitian berkaitan dengan banyak populasi, termasuk anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, keluarga, kelompok, dan orang-orang yang kurang beruntung.

Ada tumpang tindih antara beberapa daerah psikologi klinis dan bidang psikologi profesional lainnya seperti psikologi konseling dan neuropsikologi klinis, serta beberapa bidang profesional di luar psikologi, seperti psikiatri dan bidang pekerjaan sosial. Sebagaimana psikologi klinis berkembang, menjadi sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip pengobatan psikoanalisis yang menempatkan penekanan besar pada fungsi sadar.

Selanjutnya, menurut Kendall (dalam Sulistiyowati, 2020, hlm. 7-6) ruang lingkup dan peran psikologi klinis antara lain  adalah sebagai berikut.

  1. Pelaksanaan asesmen dan Psikodiagnosa
    Proses yang dilakukan psikolog klinis menggali data masalah psikologis dan sosial klien, kemampuan dan keterbatasannya. Asesmen tersebut dilakukan untuk menentukan terapi yang akan disesuaikan dengan kendala yang dialami oleh klien.
  2. Intervensi: terapi dan konseling
    Pelaksanaan intervensi dapat berupa pemberian terapi oleh psikolog klinis untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami baik berupa konseling, modifikasi perilaku, atau berbagai pendekatan psikologi yang lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dari klien.
  3. Pengajaran dan supervise
    Psikolog klinis dapat melakukan pengajaran dengan memberikan informasi dan pelatihan mengenai topik yang dibidangi baik dalam pendidikan formal maupun informal.
  4. Konsultasi
    Psikolog klinis dapat membantu orang dengan memberikan konsultasi atau bimbingan kepada individu, keluarga, kelompok maupun organisasi untuk menjalani kehidupan ke depannya lebih efektif.
  5. Administrasi
    Peran tersebut dapat dilakukan oleh psikolog klinis yang bekerja di bidang manajerial dalam menggunakan keterampilan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan.
  6. Penelitian
    Psikolog klinis dapat melakukan penelitian baik penelitian hubungan, pengkajian keefektifan pada auatu terapi, dan penelitian eksperimen.

Penerapan Psikologi Klinis

Banyak yang menanyakan tempat bekerja pada psikolog klinis, dan dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana bahwa psikolog klinis dapat bekerja di berbagai lingkungan, karena psikologi klinis merupakan ilmu terapan yang memiliki peran dalam bidang kesehatan secara luas.

Kendall (dalam Sulistiyowati, 2021, hlm. 8) menjeleskan terdapat beberapa tempat penerapan psikologi klinis yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Rumah Sakit Jiwa
    Psikolog klinis bekerja dengan memberikan asesmen, terapi, dan eveluasi pada klien baik secara individu maupun kelompok, serta merencanakan dan mengadakan program latihan pada anggota rumah sakit dan klien.
  2. Rumah Sakit Umum
    Psikolog klinis dapat melakukan praktek di rumah sakit umum dengan memberikan pelayanan pada masyarakat yang membutuhkan tenaga profesional baik berupa konsultasi maupun terapi.
  3. Pusat Kesehatan Mental Masyarakat
    Psikolog klinis memiliki peran yang penting baik sebagai terapis, asesor, supervisor, pengajar bahkan peneliti yang dapat diberikan pada klien dan dapat dilakukan dipusat kesehatan mental untuk memberikan dampak yang positif bagi masyarakat.
  4. Praktik Pribadi
    Praktik pribadi juga dapat dilakukan oleh psikolog klinis baik di kantor sendiri maupun bekerja sama dengan kolega berdasarkan lisensi.
  5. Sekolah dan Perguruan Tinggi
    Psikolog klinis juga dapat memberikan pengajaran, pendidikan, bimbingan, asesmen, dan terapi dalam sekolah maupun perguruan tinggi untuk membantu penyesuaian diri pada siswa maupun mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta mengembangkan motivasi belajar pada siswa maupun mahasiswa.
  6. Lembaga Pemsayarakatan, Pengadilan, dan Depertemen Kepolisian
    Psikolog klinis dapat memberikan pelayan di lembaga pemasyarakatan dan kepolisian dengan memberikan psikotes, konseling, memberikan konsultasi, mengembangkan program rehabilitasi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Membantu meningkatkan kesehatan mental pada narapidana dan kesiapan dalam menghadapi kehidupan setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, di samping itu juga dapat membantu hakim dalam membuat keputusan di pengadilan dan memberikan bantuan dalam identifikasi klien.
  7. Badan Pemerintahan
    Peran psikolog klinis lebih ditekankan pada program evaluasi, pemberian psikotes, latihan keterampilan, dan konsultasi.

Referensi

  1. Lestari, M.D., dkk. (2016). Bahan ajar psikologi klinis. Badung: Universitas Udayana.
  2. Sulistiyowati, A. (2021). Psikologi klinis. Jember: IAIN Jember.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *