Revolusi industri 4.0 adalah perubahan besar yang radikal terhadap cara manusia untuk memproduksi dan mengaplikasikan sesuatu berbantuan teknologi informasi yang terintegrasi dengan proses fisik industri (cyber-physical systems) atau internet of things. Revolusi ini juga ditandai oleh semakin kencangnya arus informasi dan menguatnya disrupsi (terganggunya sektor industri yang sudah mapan) oleh teknologi informasi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Dilihat dari sisi perkembangan, revolusi industri 4.0 adalah kelanjutan dari revolusi industri yang sebelumnya hanya berbantuan mesin, menjadi lebih canggih yang dapat dikontrol di mana saja lewat internet, hingga ke pengoperasian dan manajemen otomatis melalui sistem informasi dan bahkan kecerdasan buatan.

Internet of things atau sering disingkat IoT itu sendiri pada intinya adalah internet atau jaringan informasi yang dahulu virtual kini telah mewujud fisik pula (menjadi things), baik itu dalam bentuk pengendalian objek fisik oleh internet, maupun benda yang hampir dapat dianggap fisik oleh manusia meskipun sebetulnya masih berwujud virtual (virtual reality, metaverse, dsb).

Namun, sebelum membahasnya lebih lanjut, ada baiknya jika kita melihat ke belakang terlebih dahulu untuk mencari jejak dampak positif dan negatifnya di era yang sepadan dengan industri 4.0

Sejarah Revolusi Industri

Jika kita menyimak kebelakang maka ihwal sejarah revolusi industri 4.0 sangatlah beririsan dengan masa revolusi-revolusi industri sebelumnya yang sama-sama memberikan dampak luar biasa. Berikut adalah beberapa urutan lini masa mengenai bagaimana revolusi industri 4.0 akhirnya terjadi.

Revolusi Industri 1.0 (1784)

Revolusi industri yang pertama, terjadi pada sekitar akhir abad ke-18. Era revolusi ini ditandai dengan ditemukannya alat tenun mekanik pertama pada 1784. Teknologi mekanik yang dibuat kala itu menggunakan tenaga uap. Mulanya, industri tenun hanya bergantung pada tenaga manusia dan hewan, kemudian digantikan dengan mesin otomatis bertenaga uap. Hasilnya angka pengangguran meningkat, tetapi skala produksi juga meningkat berlipat ganda. Dengan demikian, diciptakannya alat otomasi menjadi pemicu utama revolusi industri 1.0 pada tahun 1784 ini.

Revolusi Industri 2.0 (1870)

Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad 20-an. Di sini manusia mengenal produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Manajemen yang lebih baik atau meningkatnya ilmu manajemen adalah kunci dari revolusi ini. Kisah suksesnya dapat dilacak pada kesuksesan manajamen Rumah Potong Hewan di Cincinnati, Amerika Serikat, pada tahun 1870. Rumah potong hewan tersebut berhasil melipatkgandakan hasil produksi dengan cara membagi pekerjaan dan menyusun langkah pengerjaannya seefsien mungkin. Dengan kata lain, kerangka kerja, kontrol, dan manajemen pekerjaan secara umum yang lebih baik merupakan faktor utama dari tercetusnya revolusi industri ini.

Revolusi Industri 3.0 (1970)

Tahun 1970 dikatakan sebagai kemunculan revolusi industri 3.0. Cirinya adalah penggunaan mesin elektronik dan teknologi informasi sebagai otomasi produksi. Debut revolusi industri ketiga titik nol ini ditandai dengan kemunculan alat pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yaitu modem 084-969.

Sistem otomatisasi berbasis mesin elektronik dan komputer ini mengurangi kebutuhan operator manusia lagi dalam mengoperasikan mesin industri. Lagi-lagi dampaknya memang bagus dari sisi ekonomi, yaitu memangkas biaya produksi. Namun lagi-lagi menambah angka manusia yang dianggurkan.

Revolusi Industri 4.0 (sekarang)

Hari inilah zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-physical atau mesin-mesin fisik dapat dikendalikan melalui jaringan nirkabel yang luas (Internet). Industri mulai menyentuh dunia virtual dalam bentuk konektivitas antara manusia, mesin, dan data. Hal ini dikenal dengan nama internet of things (IoT) yang berarti internet dalam suatu wujud konkret/fisik, tidak hanya virtual.

IoT inilah yang menjadi pemicu utama dari revolusi industri 4.0, yakni internet yang dahulu hanya bersifat virtual, kini dapat dimanfaatkan secara fisik pula. Seperti bagaimana Amazon dapat menggunakan aplikasi mereka untuk mengirimkan paket ke pelanggan menggunakan drone yang dikendalikan untuk terbang secara otomatis menghampiri alamat tujuan paket melalui jaringan internet.

Pemerintah sudah melihat peluang ini dan menganggap dapat menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi. Sehingga dibentuklah roadmap dengan nama “Making Indonesia 4.0”. Tujuannya agar masyarakat dapat merasakan dampak positif dan menghindari malapetaka yang dapat dihasilkannya.

Ya, dari jarak tahun ke tahun perkembangan revolusi Industri, dapat dipastikan bahwa fenomena ini merupakan kesempatan yang langka. Tidak semua generasi bisa mendapatkan kesempatan semacam ini. Kita berada di era yang serupa dengan zaman Renaissans dan Leonardo Da Vinci; Revolusi Industri 4.0 dan Elon Musk.

Dari sejarah singkat perkembangan di atas, kita juga bisa mempelajari bahwa setiap revolusi dapat memberikan dampak negatif pula. Disrupsi akan terjadi di mana-mana, buruh manusia (pekerjaan kasar) terus berkurang. Beberapa jenis usaha juga dapat tiba-tiba menjadi tidak relevan lagi.

Dampak Revolusi Industri 4.0

Lalu apa saja dampak yang dihasilkan dari reovlusi industri 4.0? tentunya terdapat banyak kesempatan besar sekaligus disrupsi yang akan mengganggu segala sektor yang terhubung secara langsung atau tidak langsung terhadap narasi ini. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai dampak positif dan negatif yang dihasilkan oleh era revolusi industri 4.0

Kesempatan Besar Revolusi Industri 4.0

Mengapa topik ini sering dibicarakan dan selalu dibahas di mana-mana? Karena, fenomena ini adalah kesempatan besar yang dapat dimanfaatkan dalam banyak aspek. Kesempatan ini adalah momen langka yang dapat menaikan suatu gagasan atau usaha bagi individu, organisasi atau perusahaan menuju kesuksesan dengan cepat dan dalam skala yang besar.

Penggunaan internet adalah kata kunci terbesar dari revolusi ini. Internet terbukti telah banyak membuka banyak peluang bagi semua bidang. Berbagai raksasa industri baru bermunculan dengan cepat dan mendisrupsi banyak sektor sekaligus.

Berbagai peluang yang dulunya tertutup dapat terbuka dengan mudah melalui teknologi internet yang kini sudah jauh lebih canggih dari sebelumnya. Uber, Grab, dan Gojek mendisrupsi dan memaksa industri transportasi untuk berubah mengikuti aturan main mereka. Tidak hanya berhenti di situ saja, kini mereka juga merambah ke industri lain seperti makanan, jasa pengiriman, kebutuhan pokok, cara pembayaran, dll.

Kesempatan Individu Revolusi Industri 4.0

Selain membuka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan baru, industri 4.0 juga membuka peluang bagi Individu untuk dapat bersaing melalui platform internet. Selama ini dunia entertainment populer didominasi oleh televisi. Tingkat kesulitan menembus dunia ini amatlah tinggi.

Katakanlah orang  yang dapat menjadi selebriti hanyalah orang-orang terbaik dan terpilih yang berhasil menembus koneksi dunia entertainment. Bahkan dapat dikatakan hanya segelintir orang-orang beruntung dan bekerja mati-matian yang dapat masuk ke dunia entertainment. Sekarang, melalui platform sosial media seperti Instagram dan Youtube, kesempatan untuk terkenal menjadi terbuka lebih lebar bagi siapa saja.

Meskipun perlu digarisbawahi bahwa kemungkinannya masih tetap kecil untuk menjadi selebriti. Setidaknya orang-orang dengan special interest dapat menggapai audiensnya dan membentuk komunitas online. Skalanya mungkin tidak besar, tapi tidak masalah karena masih dapat dimonetasi atau setidaknya menjadi komunitas nonprofit yang bermanfaat bagi komunitasnya sendiri.

Jangan lupa bahwa .0 (point o’) adalah penekanan yang mengimplikasikan bahwa akan terdapat versi .1, .2, .3, bahkan ke .3.1. Artinya, revolusi Industri ini sedang terjadi dan semakin kecil angka dibelakangnya, maka semakin banyak pula kesempatan-kesempatan emas yang tersisa.

Menangkal Bahaya Revolusi Industri 4.0

Untuk menangkal dampak negatifnya, kita harus terus ikut berkembang mengikuti perkembangan zaman. Bukan berarti kita semua harus menjadi seorang programmer atau menjadi ahli komputer. Memperkaya literasi teknologi informasi adalah obat penawar yang sebenarnya.

Selalu siap untuk beradaptasi dan tak kenal lelah mencari peluang juga sangat dibutuhkan. Jangan tertutup atau merasa kecil hati dengan hal baru yang muncul di sekitar. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berlatih dan mempelajari hal baru yang muncul di industri 4.0.

Disrupsi itu tidak akan sepenuhnya membunuh sistem tradisional yang masih berjalan. Misalnya, E-commerce tidak akan sepenuhnya membunuh toko-toko offline. Hanya saja, standar yang harus ditetapkan kini harus memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh e-commerce.

Contohnya adalah experience based store. Maksudnya adalah toko offline yang menawarkan pengalaman yang menarik dan menyenangkan bagi pengunjungnya untuk hadir dan datang langsung kesana.

Selanjutnya, kita juga dapat menggunakan strategi best defense is best offense pula, yang berarti berusaha untuk meraih kesempatan-kesempatan emas di revolusi industri 4.0 untuk menangkal dampak negatif dari distrupsi dan perubahan yang terjadi.

Menyambut Revolusi Industri 4.0

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menyambut dan meraih kesempatan-kesempatan besar di revolusi industri 4.0 ini?

Pertama, soft skills tetap menjadi modal utama seseorang dalam menentukan keberhasilannya, bahkan di era revolusi industri 4.0. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita menjaga etos kerja dan produktivitas, lalu menjalin dan dapat berkomunikasi dengan baik pada siapa pun masih menjadi kemampuan nomor satu yang harus dimiliki.

Kedua, terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki agar kita tidak tergerus oleh zaman, sekaligus tidak termakan oleh revolusi yang semakin canggih ini. Kemampuan-kemapuan tersebut meliputi beberapa poin di bawah ini.

Literasi Teknologi Informasi

Mampu mengepul berbagai informasi teknologi terbaru dari sisi produktifnya, bukan hanya unsur komersilnya. Literasi teknologi informasi juga meliputi pengetahuan dampak positif dan negatifnya terhadap kehidupan masyarakat. Sehingga membaca informasi bidang saintek saja tidak cukup,  harus tetap diimbangi ilmu sosial.

Kemampuan Mempelajari Hal Baru

Kemampuan ini berarti mampu menganalisis dalam artian memilah dan memahami sesuatu berdasarkan unsur-unsur pembentuknya. Mampu mempelajari sifat dasarnya dan mengetahui prinsip kebenaran yang menentukan kualitasnya. Mampu mengerti cara kerja suatu  proses teknologi.

Kemampuan Mencipta (Kreativitas)

Dapat memilah berbagai informasi riset dan temuan terbaru hingga mampu menyusunnya menjadi sintesa baru yang unik dan lebih efektif dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Hari ini bisa jadi sesuatu yang baru telah tidak ada, tetapi sesuatu yang lebih efektif itu akan selalu ada. Sehingga ranah kreatif akan lebih bermain di efektivitas dan pengalamannya.

Kemampuan Mengomunikasikan

Mampu mengomunikasikan suatu informasi mengenai hal baru dan karya yang dihasilkan dengan baik dan mampu mempertanggungjawabkannya pada rekan kerja atau pengguna akhir. Bahkan seorang ahli teknologi hebat yang dapat menciptakan aplikasi berharga tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.

Industri 5.0 di Negara Maju

Lalu kemana revolusi industri selanjutnya akan mengarah? Kembali ke ranah sosial dan unsur kemanusiaan dari teknologi itu sendiri; industri 5.0.

Banyak ahli yang memprediksi bahwa kelanjutan dari industri 4.0 akan menuju ke keadaan kembalinya manusia terhadap berbagai aspek yang selama ini kurang “memanusia”. Fenomena ini terutama terjadi di negara maju seperti Jepang yang terhitung  mengalami kegagalan untuk mengembangkan aspek sosial kehidupan masyarakatnya.

Meskipun negara mereka kaya, maju dan memiliki teknologi yang serba canggih, hal itu tidak diimbangi oleh indeks kebahagiaan masyarakat yang cukup. Kurangnya keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan meningkatkan angka depresi. Mereka juga mengalami kekurangan populasi generasi muda, karena kehidupan percintaan masyarakatnya kurang berjalan dengan baik.

Semua hal itu menjadi tamparan besar bagi kemajuan industri 4.0 yang semakin fokus terhadap teknologi. Kekurangan ini diperkirakan akan mulai dapat terselesaikan pada Industri 5.0. Selain itu industri ini juga mengacu pada kemampuan personalisasi konsumen (manusia) terhadap produk yang diproduksi secara otomatis oleh kecerdasan buatan.

Join the Conversation

2 Comments

  1. setuju sekali, revolusi akan terus berkembang, pun mestinya kita harus meningkatkan self ability dengan memperluas literasi teknologi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *