Pengertian Satire

Satire adalah gaya bahasa yang membuat sindiran atau ledekan diiringi oleh kritik tajam secara tidak langsung atau melalui ungkapan teretentu yang mengolok namun disampaikan dengan cara yang halus, cerdas, kocak, atau varian emosi lannya, sehingga menghasilkan kesan yang membuat pembaca atau pendengar tertawa dan pihak yang dikritik meringis (tertawa getir).

Sekilas satire ini mungkin mirip dengan majas sindiran. Kunci perbedaan satire dari majas sindiran lain adalah bagaimana gaya bahasa ini selalu berusaha untuk menghibur secara intelek pembacanya lewat humornya yang berisi kritik tajam. Contohnya adalah bagaimana Sujiwo Tejo dan Butet Kertaradjasa sering memberikan pendapat dalam bentuk satire terhadap berbagai isu hangat yang tengah terjadi di negeri ini.

Gaya bahasa ini juga dapat berupa keseluruhan teks serupa alegori yang menyimpan simbol di keseluruhan ceritanya. Beberapa panggung sandiwara sering menyajikan satire dalam bentuk drama. Biasanya tunggangan satire adalah parodi, yakni memelesetkan sesuatu yang benar-benar ada. Misalnya, bisa jadi suatu panggung sandiwara menyajikan kisah mengenai anggota dewan perwakilan rakyat negeri Wakanda, namun ternyata para tokoh-tokhnya sangat mirip dengan tokoh politik di negara Indonesia.

Pengertian Satire Menurut para Ahli

Nurdin, Maryani & Mumu (2002, hlm. 29) mengemukakan bahwa satire ialah gaya bahasa yang berbentuk penolakan dan mengandung kritik dengan maksud agar sesuatu yang salah dicari solusi atau kebenarannya.

Sementara itu, Keraf (2010, hlm. 144), berpendapat bahwa  satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa satire adalah gaya bahasa yang cenderung menolak suatu gagasan dan mengkritiknya dengan cara yang lucu atau mengoloknya.

Karakteristik

Satire tidak mudah untuk diaplikasikan dan harus disusun secara baik agar pihak yang dikritik tidak malah berbalik menyerang. Maksudnya, gaya bahasa ini harus diungkapkan dengan cara yang elegan dan tidak hanya menghakimi semata seperti sarkasme.

Satire yang baik akan membuat semua orang tertawa, termasuk pihak yang dikritik meskipun mungkin tertawanya agak berbeda. Namun hal tersebut justru memberikan indikator bahwa gaya bahasa ini telah berhasil menekankan kritik agar yang menerima kritikan terpengaruhi untuk mempertimbangkannya.

Contoh Satire

Sindiran dalam satir cenderung dibawakan dengan cara yang membuat kita tertawa miris dan dapat mengaplikasikan berbagai majas lain seperti majas ironi, sinisme, dan sarkasme. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan satire dalam kalimat.

  1. Saya punya saran untuk pak Kepala perihal cara memecahkan masalah internal lembaga, bagaimana kalau lembaga pak Kepala ini dibubarkan saja?
  2. Gunung bungkusan plastik hitam di sungai itu adalah mahakarya seni kontemporer yang mahal karya anak bangsa.
  3. Netizen itu reporter yang andal, peristiwa yang sebenarnya tidak pernah terjadi saja dapat menjadi berita.
  4. Betapa megahnya Senayan, rumah rakyat Indonesia yang terdiri dari 24 lantai dan sangat nyaman untuk dipakai tidur.
    *sindiran dan kritik terhadap oknum anggota yang tertidur saat sidang di gedung DPR
  5. Lahap sekali makannya, ayo lanjutkan biar tubuhmu makin sehat dan perutmu membuncah mengeluarkan mengeluarkan pupuk organik untuk kelestarian alam ini.
  6. Bisnis Anda itu sedang di atas angin, tak usah mempedulikan apa yang ada di bawah sana, terbanglah seperti Icarus.
    *Icarus adalah salah satu tokoh dalam legenda yang terbang terlalu tinggi sehingga lilin yang merekatkan sayapnya meleleh oleh terik matahari dan akhirnya ia terjatuh.
  7. Tidak sekalian dibungkus saja sisa makanan yang lainnya? Jangan khawatir anak yatim di yayasan ini sudah terbiasa untuk menahan lapar.
  8. Kota ini adalah puncak dari kejayaan Negeri yang bahkan sudah lebih tinggi dari rakyatnya sendiri.
  9. Nyaman sekali makan di sini, sampai tikus dan kecoa saja ikut bergabung dengan kita.
  10. Menurut saya warga di sini sangatlah kompak, buktinya mereka bekerja sama membuat air sungai meluap.
    *Meluap tentunya memiliki konotasi negatif: membuat banjir karena membuang sampah sembarangan di sungai.

Referensi

  1. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Ade Nurdin, Yani Maryani, dan Mumu. (2004). Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *