Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memerintah memberikan rangsangan (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 61). Seluruh kegiatan tubuh manusia diatur oleh pusat susunan saraf yakni otak dan sumsum tulang belakang. Dengan demikian otak dan sistem saraf adalah dua poros utama dalam tubuh yang akan mengatur segala penerima rangsang atau stimulus yang akan mengendalikan tingkah laku individu.

Spesifiknya, sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama, yaitu:

  1. menerima informasi,
  2. menerima rangsangan, dan
  3. memberikan tanggapan (respons) terhadap rangsangan (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 63).

Sistem saraf terdiri atas dua bagian utama, yaitu sebagai berikut.

  1. Sistem saraf pusat (central nervous system)
    Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak terdiri dari tiga bagian yaitu, otak depan, tengah dan belakang. Sumsum tulang belakang terdiri dari dua bagian yaitu, sumsum lanjutan, dan sumsum tulang belakang.
  2. Sistem saraf tepi (peripheral)
    Sistem saraf tepi terdiri dari dua bagian, yaitu: somatik dan otonom. Sistem saraf otonom terdiri atas saraf simpatik dan parasimpatik. Sistem saraf tepi tersusun atas penerima dan penyalur pesan sensoris dari organ sensoris ke otak dan tulang belakang, dan penyalur pesan baik dari otak atau tulang belakang ke otot maupun kelenjar (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 64).

Sistem saraf juga terdiri atas berbagai unit atau satuan-satuan yang memiliki karakteristik serta tugas masing-masing yang berbeda. Berbagai satuan pembentuk sistem saraf tersebut di antaranya meliputi: sel saraf, sel penunjang sistem saraf, sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, sistem saraf somatik, sistem saraf otonom, dan sistem endokrin yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut.

Sel Saraf/Neuron

Sel saraf atau disebut juga neuron adalah unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf yang sangat berperan dalam iritabilitas tubuh (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 61). Iritabilitas tubuh sendiri adalah aktivitas yang memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Singkat kata, iritabilitas adalah kemampuan tubuh untuk menanggapi rangsangan (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 61). Neuron atau sel saraf juga berperan dalam menghantarkan impuls (rangsangan).

Sel saraf atau neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk seperti tabung, disebut dengan akson dan berakhir pada ujung yang membentuk tonjolan kecil yang disebut dengan terminal sinaptik. Suatu sel saraf terdiri atas 3 bagian utama, yakni badan sel, dendrit, dan neurit (akson). Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai elaborasi dari masing-masing bagian utama sel saraf.

  1. Badan Sel
    Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa rangsangan.
  2. Dendrit
    Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma. Pada umumnya sebuah neuron mempunyai banyak dendrit dan ukuran dendrit pendek. Dendrit berfungsi membawa rangsangan ke badan sel.
  3. Neurit (akson)
    Neurit atau akson adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma yang panjang. Sebuah neuron memiliki satu akson. Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut myelin yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Antara neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat sempit. Celah antara ujung neurit suatu neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis. Pada bagian sinaps inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls dari ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 62-63).

Macam Jenis Sel Saraf (Neuron)

Sel Saraf (Neuron) berdasarkan bentuk dan fungsinya neuron dibedakan menjadi tiga macam yaitu neuron sensorik, motorik, dan koneksi (asosiasi). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis sel saraf.

  1. Neuron sensorik,
    adalah neuron yang membawa impuls dari reseptor (indra) ke pusat susunan saraf (otak dan sumsum tulang belakang). Neuron sensorik ini neuron yang peka terhadap berbagai stimulus non-saraf. Ada neuron sensorik di kulit, otot, persendian, serta organ-organ yang mengindikasikan adanya tekanan, temperatur, dan rasa sakit. Ada neuron yang lebih khusus di hidung dan lidah yang peka terhadap bentuk-bentuk molekuler yang kita pahami sebagai rasa dan bau. Neuron-neuron pada bagian dalam telinga memberi informasi tentang bunyi-bunyian kepada kita. Sedangkan batang dan corong retina memungkinkan kita untuk melihat.
  2. Neuron motorik,
    adalah neuron yang membawa impuls dari pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar). Neuron motorik ini neuron yang mampu menstimulasi sel-sel otot di seluruh tubuh, termasuk otot-otot jantung, diafragma, usus, kandung kemih, dan kelenjar.
  3. Neuron konektor (asosiasi),
    adalah neuron yang membawa impuls dari neuron sensorik ke neuron motorik. Neuron-neuron pada sistem saraf pusat, termasuk otak, semuanya adalah neuron konektor (Warsah & Daheri, 2021, hlm. Hlm. 62).

Sel Penunjang Sistem Saraf

Neuron hanya merupakan sebagian dari susunan saraf pusat, sebagian lainnya adalah sel penunjang. Neuron merupakan sel dengan metabolisme tinggi namun tidak menyimpan cadangan energi. Berbeda dengan sel lain, sel saraf tidak dapat diganti apabila rusak atau mati. Beberapa sel penunjang sistem saraf di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Glia
    Glia terletak di tengah neuron pada susunan syaraf yang diperkirakan perbandingan jumlahnya satu neuron sama dengan sepuluh glia, yang jumlahnya lebih banyak daripada neuron. Yang bertugas mengikat atau menghubungkan jaringan-jaringan neuron, juga mempunyai fungsi akhir, memegang peranan dalam mengendalikan kegiatan neuron. Sel ini juga melindungi neuron, memberikan zat kimia yang diperlukan untuk meneruskan pesan dalam sel syaraf, menghancurkan dan membersihkan sel mati di sekitarnya.
  2. Sel Schwann
    Sel schwann berfungsi sama dengan sel glia di susunan syaraf tepi (SST). Pada kerusakan sel otak, sel ini mampu menghancurkan sel mati dan pertumbuhan sel baru (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 68).

Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak merupakan organ kecil yang tersimpan didalam batok kepala yang merupakan pusat sistem syaraf dan berfungsi sebagai pusat kendali dan koordinasi seluruh aktifitas biologis, fisik, dan sosial dari seluruh tubuh (Asrori, 2020, hlm. 19). Otak berkembang dari sebuah tabung yang pada mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal yang meliputi:

  1. otak depan (otak besar) menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, talamus serta hipotalamus.
  2. otak tengah, tekmentum, korpus serebrum, korpus kuadrigeminus.
  3. otak belakang(otak kecil), menjadi pons varoli, medula oblongata dan serebrum.

Bagian-Bagian Otak

Otak terdiri atas otak besar, otak tengah, otak belakang, talamus, hipotalamus, dan sistem limbik yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Otak Besar

Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbsar dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian rongga tengkorak. Otak besar terdiri dari 2 belahan(hemisfer) yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Otak besar yang juga dikenal dengan otak besar merupakan pusat dari beberapa kegiatan yang terpusat pada beberapa lobus, yaitu lobus frontal, lobus occipital, lobus temporal, dan lobus parietal.

  1. Lobus frontal bertanggung jawab untuk kegiatan berpikir, perencanaan dan penyusunan konsep. Lobus frontal yang terletak di belakang dahi yang terlibat dalam pengendalian otot-otot volunter, kecerdasan, dan kepribadian. Kerusakan pada lobus frontal otaknya secara dramatis mengubah kepribadian seseorang.
  2. Lobus occipital berada di belakang kepala, merespons terhadap rangsangan visual. Wilayah lobus occipital yang berbeda-beda dihubungkan untuk mengolah informasi mengenai aspek-aspek rangsangan visual, seprti warna, bentuk, dan gerakan. Luka pada bagian lobus occipital dapat menyebabkan kebutaan atau paling tidak kehilangan sebagian bidang penglihatan.
  3. Lobus temporal bertanggung jawab terhadap persepsi suara dan bunyi. Bagian lobus terletak tepat di atas telinga, terlibat dalam pendengaran, pengolahan bahasa, dan ingatan. Lobus temporal memiliki sejumlah hubungan dengan sistem limbik. Orang yang mengalami kerusakan lobus temporal tidak dapat mengarsip berbagai pengalaman ke dalam ingatan jangka panjang. Beberapa ahli penelitian berpendapat bahwa lobus temporal adalah tempat kemampuan manusia untuk mengolah informasi mengenai wajah. Lobus pengaturan memori, bekerja sama dengan lobus occipital, ia turut mengatur kerja penglihatan.
  4. Lobus Parietal terletak pada bagian atas dan menghadap bagian belakang kepala. Lobus parietal terlibat dalam pencatatan lokasi ke ruangan, perhatian dan pengendalian motorik. Misalnya, lobus parietal akan bekerja ketika kita menilai seberapa jauh kita melempar bola agar masuk ke keranjang dalam olahraga bola basket (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 69).

Otak Tengah

Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum) (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 71). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.

Otak belakang

Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas.

Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk.

Talamus

Talamus merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap penyaluran informasi yang masuk ke bagian-bagian penting dalam otak. Ketika seseorang membaca tulisan, maka informasi itu akan melewati talamus terlebih dahulu sebelum sampai pada kulit otak. Selanjutnya talamus akan meyalurkan informasi itu ke bagian otak yang berkompeten. Adakalanya talamus tidak menyampaikan informasi itu ke kulit otak, tetapi 73 langsung ke amigdala, sehingga informasi itu ditanggapi secara cepat dan emosional.

Hipotalamus

Hipotalamus adalah bagian dari otak yang merupakan pusat lapar, kenyang, perilaku seksual, pengatur keseimbangan tubuh seperti suhu, tekanan darah dan detak jantung. Bagian ini berada di depan dari talamus. Hipotalamus juga memiliki peran penting dalam emosi dan respons terhadap stres, sehingga hipotalamus dalam memobilisasi tubuh untuk bereaksi terhadap stres.

Sistem limbik

Sistem ini berhubungan erat dengan hipotalamus dan tampak memberikan pengendalian tambahan beberapa perilaku instinktif yang diregulasi oleh hipotalamus dan batang otak. Dua bagian penting dari sistem limbik adalah hipokampus dan amigdala yang memiliki peran penting dalam memori. Sistem limbik memainkan peran dalam ingatan dan mengatur dorongan yang lebih dasar, mencakup rasa lapar, haus dan agresi. Sistem limbik juga terlibat dalam perilaku emosional.

Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan otak dengan dunia luar yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonomik. Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal).

Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak, sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat.

Sistem Saraf Somatik

Sistem saraf somatik menyalurkan pesan-pesan tentang penglihatan, suara, bau, suhu, posisi tubuh dan lain-lain ke otak. Pesan-pesan dari otak dan tulang belakang pada sistem saraf somatik mengatur gerakan tubuh yang bertujuan, seperti mengangkat lengan, berkedip, berjalan, bernapas dan gerakan-gerakan halus yang menjaga postur dan keseimbangan tubuh.

Saraf sensorik dari sistem somatik mengirimkan informasi tentang stimuli eksternal dari kulit, otot, dan sendi ke sistem saraf pusat. Dengan demikian, seseorang bisa menyadari adanya nyeri, tekanan, dan variasi temperatur. Saraf motorik dari sistem somatik membawa impuls dari sistem saraf pusat ke otot-otot tubuh dimana gerakan dimulai. Semua otot yang digunakan dalam membuat gerakan volunter serta penyesuaian involunter dalam postur dan keseimbangan tubuh dikendalikan oleh saraf somatik.

Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran.

  1. Saraf kranial
    12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan motorik.
  2. Saraf spinal
    Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebut (Warasah & Daheri, 2021, hlm. 75).

Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro-intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya. Ada sebagian yang diatur penuh oleh saraf otonom, ada pula yang hanya diatur sebagian saja.

Sistem saraf otonom diaktifkan terutama oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian mempengaruhi pengaturan otonomik.

Sistem saraf otonomik (Autonomic nervous system) mengatur kelenjar dan aktivitas-aktivitas involunter seperti detak jantung, pernapasan, pencernaan serta banyak berhubungan dengan respons emosional. Sistem saraf otonomik memiliki dua cabang yaitu saraf simpatis dan parasimpatis.

  1. Saraf simpatis lebih banyak terlibat dalam memberikan respons emosional.
  2. Sedangkan saraf parasimpatis sering kali merupakan kebalikan dari saraf simpatis.

Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar yang mengatur aktivitas organ tertentu dengan melepaskan produk kimia mereka ke dalam aliran darah. Dahulu, sistem endokrin dianggap terpisah dari sistem saraf. Namun demikian, kini para ilmuwan neurosains mengetahui bahwa kedua sistem tersebut sering kali berhubungan.

Kelenjar endokrin mampu menghasilkan hormon, yakni kurir pengantar kimia. Hormon beredar lebih lambat dari pada impuls saraf. Aliran darah mengangkut hormon ke seluruh bagian tubuh dan membran setiap sel memiliki reseptor untuk satu atau lebih hormon. Sistem endokrin dengan hormonnya ini berfungsi untuk menghasilkan sejumlah reaksi fisiologis yang penting bagi emosi-emosi yang kuat seperti marah dan takut. Tindakan kelenjar endokrin terus-menerus dipantau dan diubah oleh sinyal-sinyal saraf, hormon, dan kimia.

Kelenjar endokrin terdiri atas kelenjar pituitari dan kelenjar adrenal.

  1. Kelenjar Pituitari,
    memiliki ukuran sebesar kacang polong yang terletak di dasar tengkorak kepala, mengendalikan pertumbuhan dan mengatur kelenjar lainnya. Bagian depan kelenjar ini dikenal sebagai kelenjar induk karena hampir semua hormonnya mengarahkan aktivitas kelenjar sasaran di lain tempat dalam tubuh.
  2. Kelenjar adrenal,
    bekerja dan berpengaruh dalam mengatur suasana hati, tingkat energi, dan kemampuan mengatasi stres. Tiap-tiap kelenjar ini mengeluarkan epinefrin dan noropinefrin. Tidak seperti kebanyakan hormon lain, efinefrin dan noropinefrin bertindak dengan cepat. Epinefrin membantu seseorang untuk situasi darurat dengan bertindak pada otot halus, jantung, usus, dan kelenjar keringat. Epinefrin juga merangsang formasi retikulasir yang kemudian menggugah sistem saraf simpatesis, dan sistem ini kemudian membangkitkan kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih banyak epinefrin. Sementara itu norepinefrin memberikan tanda kepada individu mengenai situasi darurat dengan berinteraksi dengan kelenjar pituitari dan hati.

Referensi

  1. Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.
  2. Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *