Tata surya adalah susunan benda-benda angkasa yang terdiri atas Matahari sebagai pusat tata surya, planet-planet, komet, meteoroid, dan asteroid yang mengelilingi matahari (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 150). Salah satu benda yang mengintari matahari adalah planet yang kita tinggali, yakni Bumi.

Bumi berputar pada porosnya sendiri sekaligus mengintari  matahari sebagai pusat tata surya. Mengapa Bumi dan planet-planet lain dalam Tata surya mengintari Matahari? Bagaimana sebetulnya perputaran tersebut dapat tersusun sedemikian rupa?

Berikut akan dibahas materi mengenai Tata Surya, mulai dari mekanisme sistem tata surya, penjelasan benda-benda yang mengintarinya, kondisi bumi, bulan, serta dampak dan akibatnya.

Sistem Tata Surya

Dalam sistem tata surya, seluruh benda yang berada di dalamnya mengorbit pada Matahari. Selain itu Matahari juga memengaruhi pergerakan benda-benda dalam sistem tata surya seperti bagaimana gravitasi Bumi memengaruhi pergerakan bulan yang mengorbit padanya.

Johannes Kepler (dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 150) menemukan bahwa bentuk orbit planet tidak melingkar atau bulat, tapi berbentuk oval atau elips (lonjong seperti telur). Perhitungan lebih lanjut juga menemukan bahwa matahari tidak benar-benar berada di pusat orbit, namun sedikit melenceng (offset).

Kepler juga menemukan bahwa planet bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda di dalam orbitnya. Berikut adalah urutan planet yang berada dalam Tata Surya berdasarkan kecepatannya mengintari Matahari.

  1. Merkurius 48 km/detik
  2. Venus 35 km/ detik
  3. Bumi 30km/ detik
  4. Mars 24 km/ detik
  5. Jupiter 13 km/ detik
  6. Saturnus 9,7 km/ detik
  7. Uranus 6,8 km/ detik
  8. Neptunus 5,4 km/ detik

Tampak bahwa Merkurius, yakni planet yang paling dekat dengan Matahari adalah planet yang berputar paling cepat dalam tata surya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan berputarnya benda dalam tata surya tergantung dari jaraknya terhadap pusat orbit (Matahari).

Susunan tata surya terdiri atas Matahari, Planet Dalam, Planet Luar, Komet, Meteorid, dan Asteroid. Planet dalam dan planet luar terdiri dari beberapa planet yang mengisinya. Sehingga, sebetulnya urutan lengkap tata surya kita adalah sebagai berikut:

  1. Matahari
  2. Planet Dalam: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars
  3. Planet Luar: Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus
  4. Komet
  5. Meteoroid
  6. Asteroid

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bagian tata surya.

Matahari

Matahari adalah bintang yang berbentuk bola gas panas dan bercahaya yang menjadi pusat sistem tata surya. Matahari adalah sumber kehidupan di bumi, tanpa energi intens dan panas Matahari, tidak akan ada kehidupan di Bumi. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 151) matahari memiliki 4 lapisan dan urutan lapisan matahari adalah: Inti matahari, fotosfer, kromosfer, korona. Berikut adalah penjelasannya.

  1. Inti Matahari,
    memiliki suhu sekitar 1,5 x 10.000.000 derajat selsius yang cukup untuk mempertahankan fusi termonuklir sebagai sumber energi. Energi dari inti akan diradiasikan ke lapisan luar Matahari terlebih dahulu, setelah itu baru meradiasi ke ruang angkasa.
  2. Fotosfer,
    memiliki suhu sekitar 6.000 Kelvin, dengan ketebalan sekitar 300 km. Melalui fotosfer, radiasi Matahari ke luar dan teramati sebagai sinar Matahari yang kita lihat di Bumi. Di dalam fotosfer terdapat bintik Matahari, yaitu daerah dengan medan magnet yang kuat dan dingin serta lebih gelap dari wilayah sekitarnya.
  3. Kromosfer,
    memiliki suhu sekitar 4.500 Kelvin dan ketebalannya 2.000 km. Kromosfer terlihat seperti gelang merah yang mengeliling Bulan pada waktu terjadi gerhana Matahari total.
  4. Korona,
    merupakan lapisan terluar Matahari dengan suhu sekitar 1.000.000 Kelvin dan ketebalannya sekitar 700.000 km. Korona berwarna keabu-abuan yang dihasilkan dari ionisasi atom karena suhu yang sangat tinggi. Korona terlihat seperti mahkota dengan warna keabu-abuan yang mengelilingi Bulan pada waktu terjadi gerhana Matahari total.

Planet Dalam (Terestrial)

Planet adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri dan hanya memantulkan cahaya yang diterimanya dari bintang (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 152).

Sementara itu, Planet Terestrial atau Planet Dalam adalah planet yang letaknya dekat dengan Matahari, berukuran kecil, memiliki sedikit satelit atau tidak sama sekali, berbatu, terestrial, sebagian besar terdiri atas mineral tahan api, seperti silikat yang membentuk kerak dan mantelnya, serta logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya.

Selain itu, planet dalam juga memiliki atmosfer yang cukup besar untuk menghasilkan cuaca, memiliki kawah dan berbagai fitur permukaan tektonik seperti lembah retakan dan gunung berapi. Planet dalam yang ada di Tata Surya terdiri atas:

  1. Merkurius,
  2. Venus,
  3. Bumi, dan
  4. Mars.

Planet Luar (Jovian)

Planet Jovian atau Planet Luar adalah planet yang letaknya jauh dengan Matahari, berukuran besar, memiliki banyak satelit, dan sebagian besar tersusun dari bahan ringan (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 153). Seperti hidrogen, helium, metana, dan amonia. Planet-planet dalam dan luar dipisahkan oleh sabuk asteroid. Planet luar terdiri atas:

  1. Jupiter,
  2. Saturnus,
  3. Uranus, dan
  4. Neptunus.

Komet

Komet adalah benda langit yang mengelilingi Matahari dengan orbit yang sangat lonjong (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 153). Istilah Komet berasal dari Bahasa Yunani, yakni Kometes yang artinya berambut panjang. Komet terdiri atas debu, partikel batu yang bercampur dengan es, metana, dan amonia.

Bagian-bagian komet, yaitu sebagai berikut.

  1. Inti komet,
    yaitu bagian komet yang berukuran lebih kecil, padat, tersusun dari debu dan gas.
  2. Koma,
    yakni daerah kabut di sekitar inti komet.
  3. Ekor komet,
    yaitu bagian komet yang berukuran lebih panjang. Arah ekor komet selalu menjauhi Matahari dikarenakan dorongan yang berasal dari angin dan radiasi Matahari.

Meteoroid

Meteoroid adalah potongan batu atau puing-puing yang mengandung unsur besi dan logam yang bergerak di luar angkasa (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 154). Meteorid mengelilingi Matahari dengan orbit tertentu dan kecepatan yang bervariasi. Meteoroid tercepat bergerak di sekitar 42 km/detik.

Ketika Meteoroid tertarik oleh gravitasi Bumi, meteorid akan bergesekan dengan atmosfer Bumi terlebih dahulu. Gesekan tersebut akan menghasilkan panas dan membakarnya. Meteoroid yang habis terbakar oleh atmosfer Bumi disebut meteor. Apabila Meteoroid tidak habis terbakar oleh atmosfer Bumi dan jatuh ke Bumi, maka benda itu disebut meteorit.

Asteroid

Asteroid adalah potongan-potongan batu yang mirip dengan materi penyusun planet (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 155). Sebagian besar asteroid terletak di daerah antara orbit Mars dan Jupiter yang disebut sabuk Asteroid.

Bumi

Saat kapal laut berlayar pergi meninggalkan pantai, kapal tersebut seakan tenggelam dan menghilang ditelan garis lurus lautan. Hal tersebut adalah salah satu fenomena yang membuktikan bahwa bumi ini tidak datar. Manusia telah mengetahui fakta ini dari sejak dulu kala. Salah satu dokumentasi tertuanya adalah pada tahun 1522, Magelhaen telah membuktikan bahwa Bumi berbentuk bulat. Caranya, ia mengadakan pelayaran dengan arah lurus, kemudian dia berhasil kembali ke tempat awal dia berlayar.

Bentuk Bumi

Astronot telah melihat dengan jelas bahwa bentuk Bumi adalah berbentuk bulat/bola, dan foto satelit juga telah banyak meninggalkan dokumentasinya. Kemudian, Para Astronot dari atas bumi melihat bahwa ternyata terdapat sedikit tonjolan di khatulistiwa. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk Bumi tidak benar-benar bulat, akan tetapi sedikit lonjong. Bumi berdiameter sekitar 12.742 km.

Rotasi Bumi

Selain mengintari matahari, bumi juga berputar pada porosnya sendiri dan hal itu disebut sebagai Rotasi Bumi. Sedangkan kala rotasi Bumi adalah waktu yang diperlukan Bumi untuk sekali berputar pada porosnya, yaitu 23 jam 56 menit. Bumi berotasi dari barat ke timur.

Adapun akibat rotasi Bumi adalah sebagai berikut:

  1. terjadinya siang dan malam,
  2. gerak semu harian Matahari,
  3. perbedaan waktu,
  4. pembelokan arah angin,
  5. pembelokan arah arus laut.

Revolusi Bumi

Revolusi Bumi adalah perputaran (peredaran) Bumi mengelilingi Matahari (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 158). Kala revolusi Bumi adalah waktu yang diperlukan oleh Bumi untuk sekali berputar mengelilingi Matahari, yaitu 365,25 hari atau 1 tahun.

Bumi berevolusi dengan arah yang berlawanan dengan arah perputaran jarum jam. Akibat revolusi Bumi adalah sebagai berikut.

  1. Terjadinya gerak semu tahunan Matahari.
  2. Perbedaan lamanya siang dan malam.
  3. Pergantian musim.

Bulan

Bulan adalah benda langit terdekat dengan Bumi yang sekaligus merupakan satelit alami Bumi (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 159). Karena Bulan merupakan satelit, maka Bulan tidak dapat memancarkan cahaya sendiri, melainkan memancarkan pantulan cahaya dari Matahari. Sebagai satelit tentunya bulan juga berputar dan mengelilingi Bumi.

Bentuk Bulan

Bulan berbentuk bulat mirip seperti planet pada umumnya. Permukaan bulan berupa dataran kering dan tandus, banyak kawah, dan juga terdapat pegunungan dan dataran tinggi. Bulan tidak memiliki atmosfer dan mengakibatkan sering terjadi perubahan suhu yang sangat drastis. Selain itu, bunyi tidak dapat merambat, tidak ada siklus air, tidak ditemukan makhluk hidup, dan suasananya sangat gelap gulita.

Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yakni rotasi, revolusi, dan bergerak bersama-sama dengan Bumi untuk mengelilingi Matahari. Kala rotasi Bulan sama dengan kala revolusinya terhadap Bumi, yaitu 27,3 hari. Oleh karena itu, permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi selalu sama.

Dampak Pergerakan Bulan

Dampak dari pergerakan bulan menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 159) di antaranya adalah sebagai berikut.

Pasang Surut Air Laut

Pasang adalah peristiwa naiknya permukaan air laut, sedangkan surut adalah peristiwa turunnya permukaan air laut. Pasang surut air laut terjadi akibat pengaruh gravitasi Matahari dan gravitasi Bulan. Bumi berotasi pada sumbunya, akibatnya daerah yang mengalami pasang surut bergantian sebanyak dua kali. Ada dua jenis pasang air laut, yaitu pasang purnama dan pasang perbani.

  1. Pasang Purnama,
    pasang ini dipengaruhi oleh gravitasi Bulan dan terjadi ketika Bulan purnama. Pasang ini menjadi maksimum ketika terjadi gerhana Matahari. Hal ini karena dipengaruhi oleh gravitasi Bulan dan Matahari yang mempunyai arah yang sama atau searah.
  2. Pasang Perbani,
    yaitu ketika permukaan air laut turun serendah-rendahnya. Pasang ini terjadi pada saat Bulan kuartir pertama dan kuartir ketiga. Pasang perbani dipengaruhi oleh gravitasi Bulan dan Matahari yang saling tegak lurus.

Pembagian Bulan

Ada dua pembagian bulan, yaitu bulan sideris dan bulan sinodis. Waktu yang dibutuhkan bulan untuk satu kali berevolusi sekitar 27,3 hari disebut kala revolusi sideris (satu bulan sideris).

Tetapi karena Bumi juga bergerak searah gerak Bulan, maka menurut pengamatan di Bumi waktu yang dibutuhkan Bulan untuk melakukan satu putaran penuh menjadi lebih panjang dari kala revolusi sideris, yaitu sekitar 29,5 hari. Hal tersebut disebut kala revolusi sinodis (satu bulan sinodis).

Kala revolusi sinodis dapat ditentukan melalui pengamatan dari saat terjadinya Bulan baru sampai Bulan baru berikutnya. Satu bulan sinodis digunakan sebagai dasar penanggalan Komariyah (penanggalan Islam).

Fase-fase Bulan

Fase-fase Bulan adalah perubahan bentuk-bentuk Bulan yang terlihat di Bumi. Perubahan bentuk-bentuk bulan berdasarkan pengamatan dari bumi terjadi karena posisi relatif antara Bulan, Bumi, dan Matahari. Fase-fase Bulan adalah sebagai berikut.

  1. Bulan baru,
    terjadi ketika posisi Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Selama Bulan baru, sisi Bulan yang menghadap ke Matahari nampak terang dan sisi yang menghadap Bumi nampak gelap.
  2. Bulan sabit,
    terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari sekitar seperempat, sehingga permukaan Bulan yang terlihat di Bumi hanya seperempatnya.
  3. Bulan separuh,
    terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari sekitar separuhnya, sehingga yang terlihat dari Bumi juga separuhnya/kuarter pertama.
  4. Bulan cembung,
    terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari tiga perempatnya, yang terlihat dari Bumi hanya tiga perempat bagian Bulan. Akibatnya, kita dapat melihat Bulan cembung
  5. Bulan purnama,
    terjadi ketika semua bagian Bulan terkena sinar Matahari, begitu juga yang terlihat dari Bumi. Akibatnya, kita dapat melihat Bulan purnama/kuarter kedua (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 161).

Gerhana Matahari

Gerhana Matahari adalah fenomena terhalangnya matahari oleh bayangan bulan yang terjadi ketika bayangan Bulan bergerak menutupi permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi karena posisi Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, dan ketiganya terletak dalam satu garis. Gerhana Matahari terjadi pada waktu Bulan baru.

Sebagai akibat dari ukuran Bulan yang lebih kecil jika dibandingkan Bumi atau Matahari, maka terjadi tiga kemungkinan gerhana, yakni sebagai berikut.

  1. Gerhana Matahari total,
    terjadi pada daerah-daerah yang berada di bayangan inti (umbra), sehingga cahaya Matahari tidak tampak sama sekali. Gerhana Matahari total terjadi hanya sekitar 6 menit.
  2. Gerhana Matahari cincin,
    terjadi pada daerah yang terkena lanjutan , sehingga Matahari kelihatan seperti cincin.
  3. Gerhana Matahari sebagian,
    terjadi pada daerah-daerah yang terletak di antara dan (bayangan kabur), sehingga Matahari kelihatan sebagian (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 162).

Gerhana Bulan

Fenomena Gerhana Bulan terjadi ketika Bulan memasuki bayangan Bumi. Gerhana Bulan hanya dapat terjadi pada saat Bulan purnama dan apabila Bumi berada di antara Matahari dan Bulan. Pada waktu seluruh bagian Bulan masuk dalam daerah umbra Bumi, maka terjadi gerhana Bulan total. Proses Bulan berada dalam penumbra dapat mencapai 6 jam, dan dalam umbra hanya sekitar 40 menit.

Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *