Daftar Isi ⇅
show
Teks anekdot adalah cerita yang bersifat lucu yang diselingi oleh sindiran halus sebagai wujud kritik terhadap suatu permasalahan, atau menyampaikan amanat dan pesan positif lainnya. Berikut ini adalah kumpulan contoh teks anekdot yang lucu dan menyindir ditulis dengan singkat beserta strukturnya untuk memberikan konteks lebih yang bermakna.
Contoh Teks Anekdot Sosial
Lebih Panas dari Matahari
Orientasi
Hari ini terasa lebih panas dari biasanya. Seorang pemuda bernama Roni tengah berjalan berjalan kaki cukup jauh dalam cuaca itu. Hingga akhirnya, kaki Roni sudah tidak mampu menahan badannya lagi. Ia memutuskan untuk beristirahat dan duduk di halte bus tua yang sudah tak digunakan lagi. Tak lama, seorang pria berumur yang bertopi lusuh duduk di sebelahnya.
Bapak paruh baya itu tidak memperlihatkan kerutan keluh terhadap teriknya matahari seperti Roni. Padahal ia mengenakan jaket yang cukup tebal. Profil wajahnya tertutupi oleh topi safari dan sebagian mulutnya tertutup syal bermotif batik.
Komplikasi / Krisis
Keheranan melihat sosok misterius itu, Roni menyapanya dengan sedikit niat basa-basi.
Roni: “Panas sekali ya pak hari ini”
Pria Misterius: “Ya” jawabnya dingin.
Roni: “Bapak tidak gerah mengenakan syal dan jaket tebal itu?”
Pria Misterius: “Tidak” jawabnya singkat.
Roni: “Kan sedang panas pak, bukankah seharusnya gerah?”
Pria Misterius itu terdiam dan masih belum menorehkan wajahnya sedikit pun ke hadapan Roni. Wajahnya datar dan tidak menunjukkan emosi apapun.
Roni tak ambil pusing dengan sikap sosok tua itu dan merogoh HP di dalam sakunya. Tak butuh waktu lama ia terhipnotis asyik menggulirkan umpan berita, status, dan postingan lainnya dalam aplikasi sosial medianya.
Kemudian, sosok misterius di sebelahnya itu memalingkan wajahnya sambil menghembuskan nafas panjang. Ia lantas menolehkan pandangannya pada gawai Roni sambil berkata “Menurutku apa yang sedang kamu baca itu jauh lebih panas”.
Reaksi
Roni agak terkejut mendengar perkataan itu dan kebingungan dengan perkataan orang tua itu. Namun selang beberapa detik kemudian ia menyeringai dan tertawa kecil diselingi hembusan udara yang lebih banyak dari tawanya.
“Bapak ini bisa saja” jawabnya, sambil masih menahan tawa.
Contoh Teks Anekdot Singkat
Lebih Hebat dari Wartawan
Orientasi
Kelas akan segera di mulai, semua siswa telah duduk dengan rapi di kelas dan guru pun sudah datang dan berdiri di depan kelas. Jadwal mata pelajaran pada siang itu adalah Bahasa Indonesia. Setelah berdoa dan melaksanakan pembiasaan, Bu Farida pun memulai pembelajaran.
Komplikasi
Bu Farida: “Hari ini kita akan mempelajari materi teks berita” Para siswa lalu mulai membuka catatan dan buku paket yang mereka bawa.
Bu Farida: “Apakah kalian tahu siapa yang menulis berita?” tanya Bu Farida.
Siswa: “Wartawan bu” jawab salah satu murid.
Bu Farida: “Betul, Wartawan adalah sosok hebat yang akan meliput berita hingga ke zona yang berbahaya seperti zona peperangan sekali pun,”
Bu Farida: “Mereka juga telah menempuh pendidikan tinggi dalam ilmu Bahasa atau Jurnalistik dan memiliki jam terbang tinggi dalam menulis teks berita,”
Bu Farida: “Bahkan saking hebatnya hanya segelintir orang saja yang dapat mengantongi izin resmi untuk menjadi seorang wartawan,”
Bu Farida: “Tapi ada satu profesi lagi yang jauh lebih hebat dari wartawan dalam menulis berita” tutupnya.
Siswa: “Profesi apa bu?”
Bu Farida: “Netizen”. Jawabnya singkat.
Semua murid yang berada di kelas tampak keheranan mendengarkan jawaban tersebut. Disusul oleh salah satu siswa yang bertanya “Kenapa netizen lebih hebat bu?”
Guru: “Hebat karena peristiwa yang tidak terjadi saja bisa jadi berita”.
Reaksi
Sontak seluruh kelas tertawa terbahak-bahak mendengarkan penjelasan bu Farida. Rupanya bu Farida bercanda perihal sosok yang lebih hebat tersebut dalam rangka menyindir oknum warganet yang melakukan perbuatan tidak bertanggungjawab untuk menulis berita hoaks atau berita palsu.
Contoh Teks Anekdot Menyindir Mantan
Teman Belajar
Orientasi
Minggu pagi Bimo sedang berjogging di Saparua, lapangan olahraga favoritnya. Dari keajauhan ia melihat seseorang yang tampak familiar. Ternyata orang itu adalah teman SMA-nya yang sudah lama tak dijumpainya.
Komplikasi / Krisis
Ia juga adalah mantan tambatan hatinya, Ria. Ria tengah berlari bersama seorang pria yang sosoknya tidak dikenal oleh Bimo. Tak lama Bimo melihat mereka berdua berhenti berlari dan bergandengan tangan.
Bimo: “Lho, Ria, Apa kabar?” sapa Bimo.
Ria: “Eh, Bimo… baik” Ria membalas sambil melepaskan genggaman tangan pria yang bersamanya.
Bimo: “Sama siapa? Temen belajarnya ya?” balas Bimo.
Ria: “Ngga juga sih, ya temen aja”.
Bimo: “Oh gitu” balas Bimo dingin.
Reaksi
Ria kemudian berpamitan dan pergi dengan wajah yang tersipu malu. Bimo pun pergi sambil terkikih mengingat alasan Ria yang memintanya putus. Ria mengungkapkan bahwa alasannya adalah untuk fokus belajar. Padahal Bimo sudah mengetahui alasan yang sebenarnya; pria yang bersama Ria tadi.
Contoh Teks Anekdot Panjang
Panjang yang dimaksud adalah teks anekdot di sini terhitung cukup panjang dalam redaksi penyampaiannya. Berbeda dengan teks anekdot yang lain teks ini mengutamakan narasi sebagai pembawaannya, bukan dialog.
Lebai Malang
Orientasi
Dimulailah kisah seorang guru agama yang hidup di tepian sungai di sebuah desa di Sumatera Barat. Pada suatu ketika, ia mendapatkan undangan pesta dari dua orang kaya di desa tetangga.
Komplikasi / Krisis
Namun sayangnya pesta tersebut diadakan di hari dan waktu yang bersamaan. Maka Pak Lebai menimang-nimang untung dan rugi dari kedua undangan. Tetapi, ia tak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat.
Ia kemudian berpikir jika ia ke desa hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Akan tetapi ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut. Konon menurut kabar burung, masakan orang-orang hulu tidak seenak orang hilir.
Seandainya ia pergi ke pesta hilir sungai, maka ia akan mendapatkan satu kepala kerbau saja namun dimasak dengan enak. Ia juga telah mengenal betul tuan rumah di desa hilir sungai. Tetapi, tuan rumah hulu sungai akan memberi tamunya tambahan kue-kue.
Akhirnya hingga ia mulai mengayuh perahunya Pak Lebai masih belum saja dapat memutuskan pesta mana yang akan ia datangi. Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu sungai. Baru setengah jalan ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke hilir.
Begit hampir sampai di desa hilir, ia melihat beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangatlah kurus. Pak Lebai pun mengubah haluan perhunya menuju hulu sungai. Sesampainya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesat disana telah berakhir.
Pak Lebai kemudian cepat-cepat mengayuh perahunya ke desa hilir. Sayangnya, pesta disana pun telah selesai.
Reaksi
Pada akhirnya, Pak Lebai pun menggerutu dan menyesali perbuatannya. Ia tak mendapatkan satupun hidangan kepala kerbau yang diinginkannya.
Contoh Teks Anekdot Politik
Bubar Jalan
Orientasi
Pak Kepala tampak sangat kebingungan menghadapi berbagai permasalahan yang bergejolak di negeri ini. Hal yang paling memusingkannya adalah bagaimana lembaganya selalu tidak dapat menyelesaikan dengan tuntas berbagai permasalahan yang tengah terjadi di negeri ini.
Komplikasi / Reaksi
Saking bingungnya ia akhirnya bertanya pada sosok mentor yang telah lama ia anggap sebagai sosok yang paling berjasa dalam karir politiknya. Sosok tersebut tak lain adalah Mbah Tedjo yang selalu memberikannya berbagai petuah yang arif dan bijaksana.
Pak Kepala: “Mbah Tejo saya mau minta tolong, belakangan saya pusing dengan lembaga saya sendiri”
Mbah Tedjo: “Pusing gimana Pak?”
Pak Kepala: “Lembaga saya ini kesulitan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di negeri ini, selalu terlambat atau kerjanya masih setengah-setengah, saya tidak tahu lagi harus berbuat apa”
Mbah Tedjo: “Oh begitu, kalau begitu saya punya saran untuk menyelesaikannya”
Pak Kepala: “Saran apa Mbah?”
Mbah Tedjo: “Bagaimana kalau lembaga Pak Kepala dibubarkan saja?”
Pak Kepala: “Waduh… mbah ini.. ada-ada saja”
Mbah Tedjo: “Lho, kalau dibubarkan masalahnya juga hilang kan? Tidak ada yang harus dipikirkan lagi”
Pak Kepala: “Hilang juga kepala saya Mbah” jawab pak kepala sambil meringis.
Reaksi
Mereka berdua tertawa dan Mbah Tedjo melanjutkan perbincangannya ke taraf serius. Rupanya gurauan tersebut dimulai untuk melemaskan pikiran Pak Kepala. Inilah mengapa Pak Kepala selalu mempercayai Mbah Tedjo sebagai mentor dan bahkan boleh dikatakan guru spiritualnya.
kurang struktur koda nya
Sebetulnya koda adalah struktur opsional untuk semua teks genre narasi, karena sebagian penulis menganggap koda yang menerangkan kembali interpretasi dari suatu teks akan “merusak” imajinasi pembaca atau terlalu menggurui pembaca, lebih baik biarkan pembaca yang menginterpretasikan pesan atau makna global yang terkandung dari teks. Namun kalau dari buku teksnya ada koda, sebaiknya tambahkan koda juga. Ke depannya akan saya tambahkan koda juga di contoh-contoh teks anekdot di sini.