Pendekatan saintifik atau dalam Bahasa Inggris scientific merupakan pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Kaidah-kaidah keilmuan adalah berbagai pembeda suatu ilmu biasa dengan ilmu pengetahuan atau ilmu saintifik yang harus dibuktikan oleh data yang cukup dan divalidasi kebenaran pengetahiuannya. Oleh karena itu, pendekatan saintifik atau metode ilmiah pada umumnya akan memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah infomasi atau data, kemudian mengkomunikasikannya.

Lalu bagaimana dengan pendekatan saintifik yang dilakukan dalam pendekatan pembelajaran? Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam menentukan kegiatan pembelajaran. Saat kita menggabungkan keduanya, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan landasan berpikir yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengobservasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data melalui berbagai teknik untuk kemudian mengomunikasikannya.

Senada dengan pernyataan di atas, menurut Hosnan (2014, hlm. 34) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai uraian mengenai pendekatan saintifik, mulai dari pengertian, karakteristik, prinsip, tujuan, hingga langkah-langkah yang dapat diikuti untuk menerapkannya menurut para ahli dan Permendikbud Nomor 81a tahun 2013.

Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksikan konsep pembelajaran melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep (Kurniasih & Sani, 2014, hlm. 29).

Senada dengan Kurniasih & Sani, menurut Daryanto (2014, hlm. 51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, Hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan atau mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip-prinsip yang ditemukan.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis atau rutin dengan hanya mendengarkan dan mengahapal semata (Majid, 2014, hlm. 194).

Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya, pendekatan saintifik berlandaskan pada kaidah keilmuan yang menekankan pentingnya kerjasama siswa dalam aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah data atau informasi, dan mengkomunikasikan. Selama pembelajaran berlangsung siswa harus dapat mencari tahu sendiri dari berbagai sumber melalui observasi tentang hal yang dipelajari, tidak hanya menerima informasi dan menjawab pertanyaan dari guru saja.

Karakteristik Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik memiliki karakteristik berpusat pada peserta didik dan melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruk konsep, serta merangsang perkembangan intelek (keterampilan berpikir) peserta didik. Selain itu, menurut Hosnan (2014, hlm. 36) pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.

  1. Berpusat pada siswa.
  2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip.
  3. Melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
  4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik

Selain memiliki karakter yang khas, pendekatan saintifik juga memiliki acuan atau prinsip-prinsip yang diikuti agar proses pembelajaran sesuai dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Berikut adalah prinsip-prinsip pendekatan saintifik.

  1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
  2. Pembelajaran membentuk students self concept.
  3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
  4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
  5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
  6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
  7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
  8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kogntifnya (Hosnan, hlm. 2014, hlm.37).

Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik secara umum dapat merujuk pada keinginan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya tanpa mengurangi kemungkinan untuk mengembangkan karakter siswa. Menurut Hosnan (2014, hlm. 36) beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

  1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
  2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
  3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
  4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
  5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
  6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan saintifik terbagi menjadi lima kegiatan pembelajaran utama. Langkah-langkah pembelajaran tersebut meliputi: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Berikut adalah penjelasannya.

1. Mengamati (Observasi)

Menurut Kurniasih & Sani (2014, hlm. 38) mengamati berarti mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Tahap ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Menentukan objek apa yang akan di observasi,
  2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi,
  3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder,
  4. Menetukan di mana tempat yang akan di observasi,
  5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar,
  6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat lainnya (Kurniasih & Sani, 2014, hlm. 38).

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini.

  1. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
  2. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan observasi itu dilakukan. Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
  3. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2. Menanya (Questioning)

Langkah kedua pada pendekatan saintifik adalah menanya atau questioning. Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik (Hosnan, 2014, hlm. 48).

Menurut Kurniasih & Sani (2014, hlm. 42) fungsi dari langkah menanya ini adalah sebagai berikut.

  1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topok pembelajaran.
  2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
  3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya,
  4. Mensrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman atas substansi pembelajaraan yang di berikan,
  5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar,
  6. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berfikir, dan menarik kesimpulan,
  7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok,
  8. Membiasakan peserta didik berfikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul,
  9. Melatih kesatuan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

3. Mencoba (Experimenting)

Kegiatan belajar dari mencoba tentunya adalah melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber. Eksperimen/mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu hipotesis (Hosnan, 2014, hlm. 58).

Dalam Permendikhub Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetisi yang diharapkan adalah mengambangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

4. Menalar (Associating)

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksudkan merupakan penalaran ilmiah, walaupun penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat (Majid, 2014, hlm. 223).

5. Mengkomunikasikan (Communicating)

Menurut Kurniasih & Sani (2014, hlm. 53) Pada pendekatan saintifik, guru di harapkan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang di temukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut di sampaikan di kelas dan di nilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Kegiatan menginformasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagai mana di sampaikan dalam permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetisi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampun berfikir secara sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengambangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Referensi

  1. Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
  2. Hosnan. (2014). Pendekatan Scientific dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.
  3. Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
  4. Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *