Pengertian Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik berasal dari kata “perkembangan” dan “motorik” yang berasal dari bahasa Inggris, yakni “motor” yang berarti “gerak”. Menurut Seifart & Hoff (dalam Khadijah & Amelia, 2020, hlm. 2) perkembangan adalah perasaan yang tumbuh pada diri seseorang dan mengakibatkan perubahan pada pola pikir, hubungan sosial dan skill motorik dalam waktu jangka panjang. Sementara itu motorik adalah suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena melalui gerak (motor) manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya (Asrori, 2020, hlm. 40). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan motorik adalah proses tumbuh dan berkembangnya kemampuan gerak manusia.

Perkembangan motorik merupakan salah satu kemampuan dasar yang secara alami akan dimiliki oleh manusia sedari kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Lutan (dalam Asrori, 2020, hlm. 40) bahwa kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak.

Sementara itu menurut Masykuroh (2021, hlm. 41) perkembangan motorik adalah proses tumbuh dan berkembangnya gerak anak sebagai konsekuensi dari pola interaksi yang kompleks antara bagian fisik dan sistem tubuh, yang diatur oleh tiga unsur: otak, otot, dan saraf. Dengan demikian meskipun perkembangan motorik hal konkret yang dapat diamati secara langsung, perkembangan motorik ini merupakan persoalan yang lebih kompleks dari gerak jasmani semata.

Sementara itu menurut Anggraini (2022, hlm. 34) perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerak tubuh melalui kegiatan dari pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Artinya setiap interaksi yang kompleks antarbagian fisik dan sistem tubuh manusia itu memerlukan koordinasi untuk menghasilkan setiap gerak yang diperlukan oleh manusia. Oleh karena kompleksitas pola interaksi inilah para ahli membagi perkembangan motorik menjadi dua jenis, yakni motorik kasar dan halus. Untuk lebih jelasnya berikut adalah pemaparan rinci mengenai kedua jenis perkembangan tersebut.

Perkembangan Motorik Kasar

Motorik kasar adalah berbagai keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Lutan dalam Asrori, 2020, hlm. 40). Disebut sebagai kasar karena otot yang dilibatkan ukurannya relatif besar seperti pada otot paha dan otot betis. Otot-otot tersebut berintegrasi untuk menghasilkan gerak seperti berjalan, berlari, dan loncat. Motorik kasar memacu kemampuan anak saat beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya, seperti lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif (Lutan dalam Asrori, 2020, hlm. 41).

Sementara itu menurut Nurjan (2016, hlm. 41) perkembangan motorik kasar mengacu pada perkembangan kemampuan anak untuk mengelola gerakan otot yang masif dan potensinya. Otot-otot bibir, lidah, mata, dan fitur wajah lainnya pertama kali dikuasai oleh bayi, diikuti oleh otot-otot leher dan bahu. Bayi mulai aktif belajar berbaring tengkurap, merangkak dan akhirnya duduk tanpa bantuan seiring bertambahnya usia. Posisi duduk ini menunjukkan kekuatan otot kepala, leher, dan punggung.

Sedangkan menurut Khadijah & Amelia (2020, hlm. 33) perkembangan motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau keseluruhan dari anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, seperti: kemampuan berlari, menendang, duduk, naik-turun tangga, melompat, dan berjalan.

Sebelum perkembangan pengendalian gerak tubuh terjadi, anak tidak akan berdaya, kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat di masa 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya. Kemudian anak dapat mengendalikan motorik kasar. Motorik kasar melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari, melompat, berenang, dan sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik kasar adalah proses tumbuh dan berkembangnya kemampuan pergerakan yang melibatkan otot-otot besar seperti otot paha dan betis untuk melakukan gerakan menendang, berlari, naik-turun tangga, melompat, berjalan, dll.

Tujuan Perkembangan Motorik Kasar

Tujuan dari perkembangan motorik kasar meliputi:

  1. mengenalkan gerakan dan melatih gerakan kasar,
  2. meningkatkan kemampuan mengatur tubuh,
  3. mengendalikan gerakan tubuh dan koordinasi, serta
  4. meningkatkan kelincahan tubuh dan pola hidup sehat, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat, dan terampil (LPAUD dalam Anggraini, 2022, hlm. 37).

Selain itu, menurut Rudiyanto (dalam Anggraini, 2022, hlm. 38) tujuan melatih perkembangan motorik kasar anak adalah sebagai berikut.

  1. Menjadikan otot-otot anak lentur.
  2. Melatih keseimbangan tubuh.
  3. Meningkatkan kecerdasan anak, disebabkan dapat merangsang otak dengan cara menggerakkan peredaran darah atau aliran darah agar menjadi lancar serta membantu mengalirkan oksigen ke otak agar syaraf otak dapat berkembang.
  4. Menjadikan gerakan anak semakin lincah.
  5. Alat penunjang pertumbuhan jasmani agar semaki sehat, kuat, serta terampil.
  6. Memaksimalkan kemampuan mengontrol gerakan tubuh, mengelola, meningkatkan, mengoordinasi hidup sehat, serta keterampilan tubuh.

Fungsi Perkembangan Motorik Kasar

Sementara itu fungsi pengembangan motorik kasar pada anak adalah sebagai berikut.

  1. Melatih kelenturan dan koordinasi otot jari dan tangan.
  2. Memacu pertumbuhan dan pengembangan fisik/motorik, rohani, dan kesehatan anak.
  3. Membentuk, membangun, dan memperkuat tubuh anak.
  4. Melatih keterampilan/ketangkasan gerak dan cara berpikir anak.
  5. Meningkatkan perkembangan emosional anak (Depdiknas dalam Anggraini, 2020, hlm. 38).
  6. Meningkatkan perkembangan sosial anak.
  7. Menumbuhkan perasaan menyenangi dan memahami manfaat kesehatan pribadi.

Tahapan Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik berjalan dengan berurutan. Kematangan sistem gerak berasal dari perilaku kasar (besar) ke halus (kecil). Hal ini menyesuaikan prinsip-prinsip pokok mengenai perkembangan gerak. Awal Perkembangan gerak dari cephalo (kepala) menuju caudal (ekor), diawali dari kepala sampai kaki. Sebutan bagi proses ini adalah perkembangan cephalocaudal yang diawali dari proximal (tengah tubuh) menuju distal (tangan serta kaki) dikenal dengan perkembangan proximodistal (Morisson 2012 dalam Anggraini, 2022, hlm. 39).

Tahapan perkembangan motorik kasar terdiri atas beberapa fase di bawah ini.

  1. Tahapan Pemahaman Konsep Gerak (Cognitive Stage)
    Pemahaman konsep gerak menjadikan anak lebih mudah melakukan berbagai gerak yang diinstruksikan kepadanya. Tahapan ini adalah tahapan anak memahami serta mengerti tentang konsep geraknya. Pemahaman ini dapat dilakukan dengan mencari tahu bagaimana, apa, serta mengapa aktivitas motorik dilakukan.
  2. Tahapan Gerak (Motor Stage)
    Tahapan ini menjadikan anak memahami tahapan gerak dan melakukan aktivitas gerak yang dipelajari.
  3. Tahapan Otonomi (Autonomus Stage)
    Pada tahap ini anak menguasai dengan baik gerakan-gerakan yang diinstruksikan kepadanya serta gerakan jadi otomatisasi. Pendapat para ahli model pembelajaran motorik kasar dapat menerapkan tahapan melalui cara memberi contoh gerakan, memberikan konsep gerak, serta melakukan pengulangan kegiatan (Decaprio dalam Anggraini, 2022, hlm. 40).

Karakteristik Perkembangan Motorik Kasar

Beberapa karakteristik perkembangan motorik kasar menurut (Rudiyanto, 2016, hlm. 16) adalah sebagai berikut.

  1. Gerak motorik kasar melibatkan seluruh bagian-bagian tubuh anak terutama otot-otot besar, misalnya berlari, melompat, melempar, menangkap, dan lain-lain.
  2. Pertumbuhan relatif stabil, anggota badan terus tumbuh dengan cepat dalam proposi yang seimbang, keseimbangan perkembangan jadi lebih baik.
  3. Gerakan motorik kasar membutuhkan tenaga yang banyak karena seluruh anggota tubuh ikut bergerak.

Perkembangan Motorik Halus

Motorik halus adalah berbagai keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat (Papalia & Feldman dalam Asrori, 2020, hlm. 41). Beberapa contoh dari perkembangan motorik halus meliputi kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya.

Sementara itu menurut Masykuroh dkk (2020, hlm. 41) Keterampilan motorik halus mengacu pada kapasitas anak untuk mengelola fleksibilitas dan koordinasi jari-jarinya, lengan bawah, dan tangan dengan otot-otot kecil di seluruh tubuh. Bayi akan mulai belajar meraih, menggenggam, meraih, dan memegang dengan kuat benda-benda yang disajikan kepada mereka dalam aktivitas motorik halus.

Sedangkan menurut Upton (2012, hlm. 63) keterampilan motorik halus adalah keterampilan semua anak yang mengikut sertakan beberapa otot kecil dan membutuhkan konsentrasi penuh antara mata dengan tangan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kegiatan motorik halus adalah paham posisi setiap anak saat menunjukkan gerakan motoriknya, agar perkembangan yang dicarinya sesuai dengan yang dipelajarinya.

Selanjutnya menurut Santrock (dalam Rudiyanto, 2016, hlm. 14) perkembangan motorik halus merupakan perkembangan yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus seperti keterampilan motorik yang dapat diartikan sebagai suatu keterampilan yang membutuhkan kontrol yang kuat terhadap otot, khususnya yang termasuk koordinasi mata dan tangan yang tinggi seperti menulis, mengetik, menggambar, menggunting dan memasangkan kancing baju.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus adalah kemampuan anak untuk melakukan gerakan-gerakan cermat yang melibatkan otot-otot halus atau otot-otot kecil seperti jari-jari tangan, serta memerlukan koordinasi mata dan tangan yang teliti untuk bergerak.

Tujuan Perkembangan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus meliputi menulis, melukis, menari, dan kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan yang membutuhkan kecermatan otot-otot halus lainnya. Tujuan dari perkembangan motorik halus adalah untuk meningkatkan kemampuan anak yang dapat dikembangkan terutama pada jari tangan melalui kegiatan untuk menunjang ke arah yang lebih baik, sehingga berkembang sesuai pada aspek perkembangan pada masing-masing anak (Rudiyanto, 2016, hlm. 62).

Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Fungsi perkembangan motorik halus sebagai alat untuk meningkatkan mobilitas kedua tangan untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan serta gerakan mata sebagai alat untuk melatih pengendalian emosi. Beberapa fungsi perkembangan motorik halus lainnya meliputi beberapa poin di bawah ini.

  1. Dengan melakukan keterampilan motorik ini, setiap anak akan memiliki perasaan senang terhadap beberapa kegiatan seperti halnya anak akan merasa senang pada saat bermain boneka, merobek kertas, meremas kertas dan menggunting kertas.
  2. Dengan melakukan keterampilan motorik anak beralih dari kondisi helpessness (tidak membahayakan), pada awal usia pertama hingga menuju keadaan indepence ( mandiri) anak dapat berpindah dari satu tempat dan tempat untuk melakukan sesuatu secara mandiri , kondisi tersebut dapat mendukung perkembangan self confidence (rasa percaya diri) (Rudiyanto, 2016, hlm. 33-34).

Tahap Perkembangan Motorik Halus

Tahapan dari perkembangan motorik halus menurut Khadijah & Amelia (2020, hlm. 34) adalah sebagai berikut.

  1. Usia 0-1 Tahun : meremas kertas, menyobek, dan menggenggam dengan erat.
  2. Usia 1-2 Tahun : mencoret-coret, melipat kertas, menggunting sederhana, dan sering memasukkan benda ke dalam tubuhnya.
  3. Usia 2-3 Tahun : memindahkan benda, meletakkan barang, melipat kain, mengenakan sepatu dan pakaian.
  4. Usia 3-4 Tahun : melepas dan mengancingkan baju, makan sendiri, dan menggambar wajah.
  5. Usia 4-5 Tahun : mampu menggunakan garpu dengan baik, menggunting mengikuti arah, dan menirukan gambar.
  6. Usia 5-6 Tahun : mampu mengikat tali sepatu, menirukan sejumlah angka dan kata-kata sederhana.

Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

Nurani (2013, hlm. 65) mengatakan terdapat beberapa karakteristik motorik halus yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Meningkatnya perkembangan otot-otot kecil, koordinasi antara mata dan tangan bekembang dengan baik.
  2. Peningkatan penguasaan keterampilan motorik halus, meliputi kemampuan menggunakan pensil, gunting dan lain-lain.
  3. Mampu menjiplak gambar geometri.
  4. Memotong pada garis.

Referensi

  1. Anggraini, D.D. (2022). Perkembangan fisik motorik kasar anak usia dini. Kediri: CV Kreator Cerdas Indonesia.
  2. Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.
  3. Khadijah & Amelia, N. (2020). Perkembangan fisik motorik anak usia dini. Jakarta: Kencana.
  4. Masykuroh, K., Dewi, C., Heriyani, E., Widiastuti, H.T. (2021). Modul psikologi perkembangan. Jakarta: Uhamka.
  5. Nuraini, Yuliani. (2013). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: PT. Indeks.
  6. Rudiyanto, A. (2016). Perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia dini. Lampung: Darussalam Press Lampung.
  7. Upton, Penny. (2021). Psikologi perkembangan. Jakarta: PT Gelora Aksara Utama.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *