Pengertian Seni Rupa Tradisional

Seni rupa tradisional adalah seni rupa yang berlandaskan sikap atau cara berpikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma, filsafat, adat kebiasaan yang telah dan masih ada dari masa ke masa karena terus dipertahankan secara turun-temurun. Untuk mengetahui pengertian lebih dalam dari tradisional, maka kita harus mengetahui istilah tradisional itu seniri.

Istilah tradisional merupakan turunan dari kata tradisi. Tradisi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat, yang berangkat dari penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar” (KBBI, 2005, hlm. 1208).

Pengertian tradisi di atas sangat berkenaan dengan seni tradisional. Hal itu karena seni tradisional masih sangat terikat pada berbagai aturan dan pakem yang masih sangat ketat dan absolut berdasarkan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang. Bahkan seni tradisional biasanya masih bersifat spiritual dan relijius.

Beberapa prinsip-prinsip karya seni tradisional sering dikaitkan dengan kepercayaan dan legenda sekitar. Meskipun begitu, terkadang kebudayaan setempat juga akan terpengaruhi oleh budaya luar. Terutama budaya luar yang sudah lebih mapan.

Namun demikian, seni rupa tradisional tidak akan dapat dilepaskan dari kearifan budaya lokalnya sendiri. Sehingga berbagai daerah biasanya memiliki karya seni rupa tradisional yang unik dan berbeda dari daerah lain. Meskipun terkadang beberapa daerah dan budaya yang berdekatan juga saling mempengaruhi dan terdapat tradisi yang mirip.

Pada akhirnya hukum intertekstual (kemiripan dan campuran teks antar karya) juga turut membentuk watak budaya setempat. Dengan demikian seni tradisional juga erat kaitannya dengan khazanah lokal budayanya. Khazanah loka budaya sangat erat kaitannya dengan local genius.

Local Genius

Dalam perspektif arkeologi, khazanah tradisi dan budaya lokal kerap diistilahkan sebagai local genius (Koentjaraningrat, dalam Ayatrohaedi, 1986, hlm.80). Konsep local genius pertama kali dikemukakan oleh arkeolog H.G. quaritch Wales dalam tulisannya berjudul “The Making of Greater India: A Study in South-East Asia Culture Change.

Menurut Wales (dalam Poespowardojo, 1986, hlm. 30) Local genius adalah, “the sum of the cultural characteristic which the vast majority of a people have in common as a result of their experience in early life”. Artinya, local genius adalah keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat sebagai hasil dari pengalaman mereka di masa lalu). Local genius merupakan manifestasi dari kepribadian masyarakat, tercermin dalam orientasi yang menunjukkan pandangan hidup dan norma lain.

Kedudukan local genius sentral, karena merupakan kekuatan yang mampu bertahan terhadap unsur-unsur yang datang dari luar. Local genius juga mampu berkembang untuk masa-masa mendatang. Hilangnya local genius berarti memudarnya juga kepribadian suatu masyrakat. Karena itu penting sekali adanya usaha pemupukan dan pengembangan local genius.

Meskipun demikian hubungan suatu masyarakat dengan masyarakat lain (bangsa lain) akan membuka terjadinya proses akulturasi, yaitu masing-masing masyarakat yang berbeda saling memberi dan menerima pengaruh. Tidak jarang juga proses akulturasi tersebut mendatangkan dominasi kebudayaan asing, yang mengancam hilangnya local genius.

Ciri-ciri Seni Rupa Tradisional

Setelah menelusuri makna dan definisi dari seni rupa tradisional kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang dapat digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari seni tradisional. Sehingga kita dapat memastikan apa saja yang termasuk pada seni tradisional.  Ciri-ciri tersebut adalah:

  1. Seni rupa tradisional terbentuk berdasarkan pada lingkungan dan budaya setempat yang menunjangnya
  2. Cerminan dari suatu budaya yang disesuaikan dengan berbagai sistem sosial dan budaya yang terbentuk oleh masyarakatnya.
  3. Seni tradisional adalah ciri khas dari masyarakat yang menjadi pembeda dari lingkungan budaya lain.
  4. Karya seni diciptakan berdasarkan norma, filosofi dan adat kebiasaan yang ada dari masa ke masa dan dipertahankan secara turun-menurun.
  5. Seni tradisional bersifat cenderung statis, karena terikat pada aturan dan pakem yang ketat dari norma dan budaya lokal tempat seni tersebut terbentuk.

Seni Rupa Tradisional Indonesia

Seni Rupa Tradisional Indonesia dipengaruhi oleh Moyang yang berasal dari Sungai Brahmaputra, yaitu sungai yang menembus batas Tiongkok, India dan Bangladesh. Kedatangan moyang Indonesia terjadi melalui dua gelombang: 2000 SM (Mesolitikum) hingga ke 500 SM (Zaman Perunggu). Kemudian berdatangan juga bangsa Austronesia yang telah mempunyai kebudayaan tempat tinggal dan bercocok tanam (Neolitikum).

Tampak jelas bahwa pengaruh moyang Indonesia sangatlah beragam dan kaya. Datang dari pelbagai belahan duni, sehingga akan banyak menciptakan ragam budaya yang berbeda-beda. Pada awalnya seni digunakan sebagai perwujudan ritual magis, bersifat simbolik.

Masyarakat Nusantara mulai mengenal pemujaan punden berundak2 sebagai Local Genius bangsa Indonesia. Setelahnya beragam pengaruh lain juga bedatangan. Untuk mengetahui bagaimana proses budaya tersebut berlangsung, kita harus sedikit menggali mengenai sejarah seni rupa Indonesia pada masa prasejarah.

Sejarah Seni Rupa Tradisional Indonesia

Bagaimana dengan seni rupa tradisional di Indonesia? Perkembangan seni rupa tradisional Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Zaman prasejarah Indonesia meninggalkan beberapa karya seni rupa yang bersifat tradisional seperti gelang, kalung, tembikar hingga ke lukisan di dinding gua. Lukisan gua tersebut ditemukan di gua leang-leang sulawesi. Lukisan tersebut berupa jiplakan telapak tangan pada dinding gua.

Selain itu di gua Sulawesi Selatan terdapat juga lukisan mengenai orang yang berlayar di lautan. Pada zaman logam (500 SM) juga terdapat pelbagai peninggalan seni tradisional, seperti: genderang perunggu, bejana dan beragam perhiasan yang terbuat dari logam. Selain itu banyak juga ditemukan alat-alat pertanian hingga ke perlengkapan upacara adat.

Lukisan prasejarah di Gua Sulawesi: Orang sedang berlayar di laut. .Seni Rupa Indonesia dalam Masa Prasejarah, Soedarso Sp.
Lukisan prasejarah di Gua Sulawesi: Orang sedang berlayar di laut. Gambar diperoleh melalui: “Seni Rupa Indonesia dalam Masa Prasejarah”, Soedarso Sp.

Zaman Hindu-Budha juga meninggalkan banyak peninggalan karya seni tradisional. Beragam prasasti banyak ditinggalkan oleh kerajaan-kerajaan pada masa itu. Seperti prasasti ciaruteun (Kerajaan Tarumanegara), prasasti kedukan bukit (Kerajaan Sriwijaya), prasasti canggal (Kerajaan Mataram Kuno). Kerajaan pada masa ini juga meninggalkan banyak Candi yang dibangun untuk tujuan hiasan, kuburan, spiritual (semedi), hingga ke tempat pemandian.

Setelah masa itu Nusantara memasuki zaman Islam. Seperti zaman Hindu-Budha, zaman Islam juga meninggalkan banyak peninggalan karya seni rupa yang cukup beragam. Seperti seni hias, kaligrafi, wayang, hingga ke kain batik. Zaman Islam juga meninggalkan berbagai arsitektur yang cukup megah seperti Masjid. Beragam kebudayaan seni rupa tradisional di zaman ini masih banyak ditemukan hingga sekarang. Bukan hanya masih ada keberadaannya, namun juga masih dipertahankan budayanya.

Sifat-Sifat Umum Seni Rupa Tradisional Indonesia

Karya-karya seni tradisional ini umumnya masih dipertahankan di lingkungan masyarakat yang  masih memegang kuat norma dan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. Tapi umumnya fungsi dari benda-benda seni tersebut berubah. Semula berfungsi sebagai benda pusaka, kini menjadi benda hias atau cindera mata. Perubahan sistem sosial dan budaya masyarakat telah mempengaruhi fungsi benda-benda tersebut. Berikut adalah sifat-sifat umum seni rupa tradisional Indonesia:

  1. Bersifat Progresif karena adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi budaya luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga memiliki ciri khas bangsa Indonesia.
  2. Bersifat Tradisional atau statis. Kebudayaan agraris di nusantara mengarahkan sistem kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun. Seperti bagaimana masyarakat agraris umumnya yang akan terus mewariskan pengetahuannya dalam bercocok tanam.
  3. Bersifat Beragam (Kebinekaan). Indonesia terdiri dari banyak daerah dan pulau dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga menciptakan ungkapan seni yang beraneka ragam juga.
  4. Bersifat Kerajinan, karena kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan pelbagai bahan alami untuk membuat kerajinan.
  5. Bersifat Non Realis karena latar belakang kepercayaan yang murni dan primitif berpengaruh pada ungkapan-ungkapan seni yang bersifat simbolis / perlambangan.

Contoh Seni Rupa Tradisional Indonesia

Melalui sejarah singkat mengenai sejarah seni rupa tradisional Indonesia, kita dapat mengetahui ragam contoh seni rupa tradisional Indonesia yang masih ada hingga sekarang. Banyak sekali benda-benda kriya yang tersebar dikepulauan Indonesia. Bentuk, bahan dan cara pembuatannya hingga saat ini tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berikut ini adalah beberapa contoh sei rupa tradisional Indonesia:

  1. Kain Batik

    Kain batik, contoh karya tradisional indonesia, gambar diperoleh melalui: tinuku.com
    Kain batik, contoh seni rupa tradisional indonesia, gambar diperoleh melalui: tinuku.com

  2. Wayang Golek

    Wayang Golek, contoh kebudayaan tradisional Indonesia
    Wayang Golek, contoh seni tradisional Indonesia. foto oleh: lifevoyagephotoblog.wordpress.com

  3. Kain Songket

    Kain songket, contoh seni rupa tradisional Indonesia.
    Kain songket, contoh seni rupa tradisional Indonesia. vemale.com

  4. Keris

    Keris, contoh seni rupa tradisional Indonesia.
    Keris, contoh seni tradisional Indonesia. catawiki.hk

  5. Kujang
  6. Berbagai Arsitektur Rumah Daerah
  7. Berbagai Ukiran pada Mebel dan Rumah Daerah

Seni Rupa Tradisional dan Modern

Masuknya kolonialisme barat (penjajahan bangsa Eropa) ke Nusantara dan berkembangnya seni rupa Modern di Eropa memberi pengaruh besar pada Seni rupa tradisional Indonesia. Karya-karya seni rupa Nusantara di luar kategori karya yang menggunakan konsep Modern tentunya otomatis dikategorikan sebagai karya seni tradisional. Namun terkadang pengategorian tersebut dalam pandangan yang sempit seringkali digunakan untuk menunjukkan karya seni rupa yang bermutu tinggi (modern) dengan karya yang bermutu rendah (tradisional).

Pengaruh kolonialisme Barat yang lama di Nusantara menyebabkan pandangan semacam itu terus menyelimuti pemikiran masyarakat Indonesia. Masyarakat modern terkadang memandang karya-karya seni tradisional lebih rendah dari karya seni lukis tinggi modern. Hal itu tidak terlepas dari pandangan sebagian masyarakat yang memandang modern identik dengan kemajuan dan perkembangan. Sedangkan yang tradisional identik dengan kuno atau ketinggalan jaman.

Sikap dan cara mengapresiasi yang keliru tersebut seringkali menyebabkan karya-karya seni rupa tradisional ditinggalkan. Padahal karya-karya seni rupa tradisional memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan atau menjadi gagasan dalam berkarya. Apresiasi yang tepat dapat menghasilkan inovasi karya-karya seni rupa baru yang memiliki ciri khas Indonesia dan tidak dapat ditemukan lagi di negara lain.

Penutup

Karya seni rupa tradisional adalah karya yang telah dinikmati dari masa ke masa. Sehingga terdapat beberapa prinsip yang absolut dan tidak dapat diubah jika kita ingin membuat karya tradisional. Banyak pihak yang akan kecewa jika kita tidak akurat dalam iterasi esensi nilai tradisinya. Bahkan jika kita hanya akan mengambil gagasan umumnya saja, misalnya membuat karya seni kontemporer yang meminjam khazanah nilai tradisional. Selami dengan dalam terlebih dahulu nilai murni dari seni tradisional, baru coba gunakan gagasannya.

Penggemar serabi tradisional akan kecewa pada serabi yang tidak memiliki bagian gosong. Seperti pizza purist yang juga kecewa pada pizza yang tidak sedikit gosong karena penggunaan oven modern. Namun seni kuliner modern telah menyerap sains dan sistem generasi barunya. Berdasarkan salah satu penelitian kanker, Karbohidrat yang gosong akan memuat lebih banyak karsinogen. Karsinogen tersebut di duga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan sel kanker.

Persoalan tersebut tidak berhenti disana saja. Penelitian soal penyebab kanker sendiri sebetulnya masih menjadi misteri besar. Belum ada yang benar-benar mengerti dan paham penyebab pastinya. Berbagai penelitian yang ada sekarang belum mampu benar-benar memastikan penyebabnya, termasuk penelitian mengenai karsinogen.

Seperti persoalan diatas, tidak jarang juga sejarah yang menjadi salah satu sumber utama pengetahuan dari seni rupa tradisional mencatat informasi yang keliru. Tidak menutup kemungkinan juga informasi dapat direkayasa oleh pihak yang unggul pada masanya. Hingga bidang studi sejarah selalu menggunakan studi komparatif lintas disiplin ilmu untuk memastikan akurasi sumbernya.

Referensi

  1. Prof Dr. Kusumaadmaja dkk. 1990-1991. Perjalanan Seni Rupa Indonesia, Dari jaman prasejarah hingga kini. Penerbit Pameran KIAS
  2. R. Sukmono. 1990. Pengantar Kebudayaan I. Penerbit Kanisius
  3. Ayatrohaedi. 1986. Keperibadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya

Gabung ke Percakapan

1 Komentar

  1. Pengertian seni rupa tradisional adalah seni rupa yang berlandaskan sikap atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma, filsafat, adat kebiasaan yang telah dan masih ada dari masa ke masa karena terus dipertahankan secara turun menurun.
    Ciri ciri seni rupa tradisional adalah seni rupa tradisional terbentuk berdasarkan pada lingkungan dan budaya setempat yang menunjangnya.
    Contoh seni rupa tradisional adalah kain batik, wayang golek, kain songket, keris, kujang, berbagai arsitektur rumah daerah, dan berbagai ukiran pada mebel dan rumah daerah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *