Daftar Isi ⇅
show
Pentingnya Belajar Menggambar
Belajar Menggambar adalah salah satu langkah penting dalam memasuki dunia seni rupa. Bahkan jika kita tidak berniat untuk menjadi seniman dan lebih condong ke profesi seni lain seperti: peneliti, kurator ataupun kritikus seni. Mengapa? karena mencoba langsung melakukan proses berkesenian akan memberikan pengalaman yang tidak bisa didapatkan dari studi pustaka. Pengalaman seniman saat melakukan proses berkesenian akan kita rasakan dan memberikan pemahaman lebih terhadap karya atau senimannya itu sendiri.
Menggambar juga merupakan teknik dasar yang terhitung wajib untuk dikuasai bagi penggiat dunia desain. Semester awal program studi DKV tetap dihabiskan untuk praktikum belajar menggambar manual/tradisional. Padahal DKV akan lebih banyak menggunakan perangkat digital seperti aplikasi komputer grafis.
Hal itu karena melatih tangan kita dalam menggunakan pensil di atas kertas akan membangunkan insting visual yang lebih dalam, bahkan jika kita tidak benar-benar menguasainya dengan sempurna. Peta pemikiran abstrak kita akan menjadi jelas jika ditumpahkan pada gambar sketsa desain.
Intinya, belajar menggambar adalah batu loncatan pertama di dunia seni rupa untuk menguasai media lain seperti melukis, media digital hingga ke patung yang berada di ranah tiga dimensi sekalipun. Menggambar adalah teknik dasar yang penting untuk dipelajari dalam menggeluti dunia seni rupa dan berbagai cabang disiplin ilmu lain yang dinaunginya.
Stigma Bakat Menggambar
Dari pemaparan di atas sudah jelas bahwa belajar menggambar adalah hal bermanfaat untuk dikuasai oleh semua pelaku seni dan desain. Mempelajarinya bisa menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk berlatih. Tingkat kesulitannya relatif sulit hingga sangat mudah untuk beberapa orang.
Beberapa orang mungkin memiliki minat dan bakat dari kecil hingga tidak terlalu sulit baginya untuk melatih kepiawaian menggambar lebih lanjut. Sementara yang lain justru ada yang merasa tidak berbakat sama sekali. Mungkin memang tidak tertarik sejak dini, atau memang tidak memiliki keinginan lebih untuk mencoba lagi. Akibatnya menggambar menjadi salah satu kemampuan yang dianggap sangat bergantung pada bakat. Beberapa orang bisa menjadi sangat piawai dan yang lain tidak bisa melakukannya sama sekali.
Padahal nyatanya tidak seperti itu. Mungkin tidak semua orang dapat menjadi seniman besar, tetapi semua orang bisa belajar menggambar seperti seniman. Modul praktikum yang biasa disusun oleh sekolah seni tampaknya dipengaruhi oleh penyaringan minat dan bakatnya juga. Karena terkadang praktikum tersebut sulit diikuti oleh pemula.
Sementara seniman atau pengajar seni juga sudah tidak dapat merasakan perspektif pemula yang benar-benar tidak berpengalaman menggambar. Mungkin karena itulah terkadang modul yang diberikan tidak terasa mempermudah proses belajar menggambar.
Belajar Menggambar
Belajar menggambar tidak dapat dianalogikan seperti: “Jadilah ilalang untuk menggambarkan ilalang”. Hal tersebut mungkin terdengar logis bagi sesama penggemar dunia seni. Tetapi pernyataan tersebut sangat tidak relevan bagi pelajar teknis menggambar.
Pernyataan itu hanya berlaku untuk seseorang yang telah terlatih secara mandiri di masa hidupnya. Setiap orang juga memiliki berbagai perspektif yang berbeda jika sudah mengarungi ranah diatas teknis tersebut. Beberapa orang justru tidak membutuhkan pemahaman seperti itu.
Nyatanya langkah awal yang harus dilakukan untuk belajar menggambar ilalang adalah dengan meniru bentuk aslinya terlebih dahulu. Fokus terhadap bentuk dasarnya tanpa melihat bahwa yang kita gambar adalah ilalang. Keinginan kita agar gambar yang kita buat tampak benar-benar seperti ilalang justru akan membuat kita kecewa. Hal itu akan membuat jera dan tidak menstimulus kita untuk belajar lebih lanjut. Tetap objektif pada tujuan menggambarlah yang justru harus dilakukan.
Belajar Menggambar Objektif
Karena berbagai fenomena diataslah model belajar menggambar objektif ini disusun. Menggambar objektif terdiri dari beberapa prinsip dan langkah yang akan mempermudah proses pembelajaran menggambar. Langkah-langkahnya sendiri terhitung sederhana dan diharapkan dapat memberikan kacamata baru terhadap teknis menggambar.
Belajar menggambar objektif juga memberikan kebebasan bagi pelajar untuk mengembangkan tekniknya sendiri. Teknik pribadi yang akan lebih cocok bagi masing-masing pelajar. Caranya sendiri dan tidak terbebani oleh teknik-teknik yang belum tentu berguna baginya.
Peralatan Belajar Menggambar
Pensil dan kertas adalah bread and butter (lalapan dan sambal) sehari-hari yang digunakan untuk berlatih menggambar. Mulai dari ukuran kertas yang paling nyaman untuk kita gunakan (A5/A4). Setelah itu jangan ragu untuk mencoba berbagai ukuran kertas, karena setiap ukuran memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.
Memilih jenis pensil sangatlah krusial. Pensil yang digunakan harus memiliki tingkat kepadatan/kelunakan yang nyaman untuk kita. Gunakan pensil yang cukup lunak dengan jangkauan kepekatan yang cukup luas seperti 4B. Selanjutnya coba beragam variasi tingkat kelunakan dan kepekatan pensil yang lain (HB, 8B, dll).
Langkah-langkah Menggambar Objektif
1. Mulai dengan garis tipis
Lagi-lagi ditekankan bahwa jenis pensil yang digunakan sangat berpengaruh pada coretan yang kita hasilkan. Gunakan pensil HB terlebih dahulu jika kamu merasa tidak dapat membuat garis tipis dengan pensil 4B. Meskipun begitu mulai berlatih menggunakan pensil sapu jagad (4B) tetap dianjurkan. Coba latih tangan kita agar mulai mengerti tekanan yang diperlukan untuk menghasilkan garis tipis.
2. Buat garis bantu
Garis batu digunakan untuk mempermudah proses pengakuratan coretan yang diperlukan saat belajar menggambar.Tapi utamanya digunakan untuk mengukur jarak antar garis dan bentuk yang akan kita susun untuk mereplika foto referensi. Kita tidak harus benar-benar meniru proses garis bantu yang umum, seperti dua lingkaran besar untuk menggambar potret, dll.
Gunakan garis bantu yang paling nyaman bagi kita sendiri. Langkah selanjutnya juga akan memperlihatkan cara membuat salah satu garis bantu yang paling efektif. Melalui proses latihan yang panjang, kita akan memiliki kemampuan menggunakan garis bantu imajiner. Garis bantu yang hanya ada dipikiran kita. Biasanya melalui sedikit gerakan coretan melayang tanpa menyentuh kertas.
3. Gunakan foto referensi
Mereplika gambar referensi akan lebih memudahkan kita untuk mulai belajar menggambar. Gunakan foto referensi yang terdapat di majalah, internet, dll. Belajar menggambar live subject akan memberikan banyak keunggulan, namun memerlukan kemampuan yang lebih terlatih. Beberapa old master bahkan menggunakan frame kayu untuk membingkai model mereka agar lebih mudah untuk disketsa. Hal tersebut tidak diperlukan lagi dengan adanya teknologi fotografi.
Beri foto referensi garis bantu bingkai komposisi rule of third untuk mempermudah proses menggambar. Beri garis sepertiga bagian itu juga di kertas gambar. Rule of third di kertas gambar tidak harus 100% akurat. Mulai dengan foto referensi foto still life, objek sehari-hari yang kita temui; mangkuk, cangkir, celengan.
Jangan memberikan syarat foto yang kita sukai, karena hal itu akan memberikan syarat bagi kita sendiri untuk menggambar. Syarat yang terus menumpuk tersebut jika dibiarkan akan menjadi belenggu kreasi (creative block). Akhirnya mental kita akan dibebani dengan konsekuensi tidak mau menggambar jika gambar referensi tidak sesuai dengan syarat yang kita berikan.
4. Putar balikan foto referensi yang akan digambar
Membalikan foto referensi akan menghindari otak kita untuk tertipu oleh citra objek yang ingin kita replika. Menginginkan tingkat kemiripan terhadap foto itu hanya akan membuat distraksi yang tidak diperlukan. Fokus terhadap garis dan bentuk apa yang harus di guratkan di kertas adalah hal yang harus dilakukan.
5. Cermati berbagai garis dan bidang yang terdapat pada foto sumber
Ini merupakan salah satu pengaplikasian teori elemen atau unsur-unsur seni rupa. Prinsip utama dari menggambar objektif adalah belajar menggambar mengikuti berbagai garis dan bentuk dari foto referensi. Bukan menginginkan untuk mereplika foto referensi dengan buta.
Cermati setiap bentuk yang ada, bagaimana setiap garis atau bentuk terkoneksi. Berapa jauh jarak antar bentuk yang ada. Tepian mana yang harus diberi garis karena bagian dari foto referensi itu gelap. Tepian mana yang justru tidak usah digambar karena bagian itu terang.
6. Perhatikan gelap dan terang foto referensi
Lagi-lagi salah satu aplikasi teori unsur-unsur seni rupa. Cermati bagian foto referensi mana yang gelap untuk diberi arsiran oleh coretan pensil. Bagian mana yang paling terang dan bagian mana yang berada ditengah-tengah gelap dan terang (midtone). Hanya dengan memperhatikan tiga bagian gelap terang saja, yaitu Shading (bagian gelap, bayangan), Midtone dan Highlight (bagian terang) kita akan mampu menciptakan ilusi bentuk dengan efektif. Detail transisi antara tiga tingkat gelap-terang tersebut dapat menyusul.
Mulai dengan garis yang harus digambar untuk shading. Yaitu garis tebal yang semakin menipis seiring menghilangnya bayangan di bagian foto referensi. Lalu mulai cari garis highlight, garis tipis yang menghilang seiring dengan makin terangnya bagian objek.
Setelah itu mulai arsir bagian shading dan midtones dari objek yang kita gambar. Abaikan bagian highlight, karena highlight yang digunakan disini warna asli kertas gambar; putih. Mulai dengan arsiran renggang terlebih dahulu dibagian shading. Secara perlahan lanjutkan berbagai transisi yang terjadi antara shading dan midtone.
Jika merasa kurang puas dengan hasil maka coba gali lebih shading yang dibangun. Bangun terus transisi antara shading dan midtone. Tingkat gelap-terang foto referensi dan gambar tidak harus sepenuhnya akurat. Yang paling penting adalah berbagai nilai perpindahan antara gelap dan terang tersebut tetap akurat. Seperti chord gitar, jika dirasa nadanya terlalu tinggi dapat dimulai dari grip yang lebih rendah. Walaupun begitu transisi antar nada haruslah tetap akurat.
7. Jangan gunakan penghapus, perbaiki
Jangan menghapus coretan pensil yang salah, cermati setiap kesalahan dan ketidaksengajaan yang terjadi lalu perbaiki. Jika kamu menggunakan garis tipis hal ini sangat bisa dilakukan. Jika tidak, ulangi dengan benar-benar menggunakan langkah pertama diatas. Bereaksi terhadap kesalahan dan ketidaksengajaan adalah hal yang harus dilakukan, bukan mencari kesempurnaan.
Seiring dengan berjalannya waktu, “perbaikan” yang kita lakukan akan terus berkurang. Lihat gambar diatas, coba perhatikan bagian mana saja yang kontur bentuknya tidak akurat. Terdapat kesalahan yang dapat diperbaiki. Yaitu bagian langit-langit sebelah kiri setelah telinga/pegangan poci. Shading pegangan poci bagian bawah juga kurang akurat, pada gambar diatas terlihat pegangan poci seperti flat, tidak berdiameter.
Bisa jadi kesalahan/ketidaksengajaan tersebut justru dibiarkan, semua tergantung dari kebutuhan tujuan menggambar. Beberapa orang mungkin akan memilih untuk menghilangkan kesalahan tersebut. Karena garis tipis yang salah dapat dengan mudah dihapus tanpa menyisakan noda. Setiap reaksi terhadap kesalahan dan ketidaksengajaan yang terjadi memberikan nilai yang berbeda pada gambar.
Penutup
Seperti yang telah ditekankan sebelumnya, prinsip utama dari belajar menggambar objektif adalah untuk memperhatikan dan mencermati garis dan bentuk apa saja yang membentuk foto referensi. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai unsur-unsur seni rupa akan membantu.
Lupakan keinginan untuk benar-benar secara akurat mereplika foto referensi. Terkadang impresi saja sudah cukup, seperti apa yang dilakukan oleh para Impressionist. Impresi yang tampak nyata lebih baik daripada goresan pensil naif yang ceroboh karena tidak memperhatikan unsur dari foto referensi.
Pada dasarnya mata seniman adalah mata yang mampu melihat unsur-unsur seni tersebut. Secara simultan ia mampu melihat berbagai garis dan bentuk yang terhubung dari foto referensi lalu menumpahkannya pada karya. Kejadian itu terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Menggambar objektif akan melatih kita untuk memiliki mata tersebut. Darisana kita dapat mulai mencoba teknik-teknik lain yang lebih rinci seperti menggambar bentuk, perspektif, suasana, dll.
Jika kamu merasa benar-benar tidak memiliki pengalaman menggambar, jangan ragu untuk menjiplak. Menjiplak adalah salah satu cara termudah untuk mulai merangsang pengelihatan objektif sekaligus melatih keuletan tangan. Analoginya sama seperti anak kecil yang belajar menggunakan sepeda roda tiga terlebih dahulu.
Setelah dirasa lebih nyaman coba mulai melepasnya perlahan dengan hanya menjiplak garis bantu saja. Teknologi hari ini seperti proyektor atau aplikasi smartphone dapat membantu kita untuk menjiplak.