Konseptualisasi komunikasi disadari oleh pertanyaan kapan sebetulnya suatu proses komunikasi terjadi? Komunikasi biasanya diawali dari penafsiran, penyampaian, pemaknaan dan penerimaan lambang. Peristiwa itu dapat disebut sebagai aktifitas komunikasi. Ada beberapa pandangan mengenai kapan suatu peristiwa komunikasi terjadi.

Beberapa ahli ada yang berpendapat bahwa komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Ada pula yang berpendapat bahwa komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, apakah disengaja atau tidak. Sementara itu, ahli lain berpendapat bahwa komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disengaja, namun sengaja ini sulit ditentukan (Littlejohn, dalam Yusuf, 2021, hlm. 8).

Pada akhirnya, hampir semua ahli berpendapat bahwa komunikasi mencakup semua perilaku sengaja yang diterima. Sehingga ada yang mengatakan bahwa komunikasi menyangkut perilaku manusia, namun tidak semua perilaku manusia adalah komunikasi. Komunikasi ini berkaitan dengan penciptaan dan penafsiran pesan.

Oleh karena itu, menurut Yusuf (2021, hlm. 8) dikenal tiga konseptualisasi komunikasi, yaitu: komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi yang akan dipaparkan sebagai berikut.

Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah

Konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah mengacu kepada definisinya yang berorientasi sumber yang artinya sumber pesan mempunyai kekuatan lebih dalam mengontrol peristiwa komunikasi itu sendiri (Yusuf, 2021, hlm. 8). Dengan kata lain, konseptualisasi ini menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan persuasif yang dapat dijadikan alat untuk memengaruhi orang lain.

Dalam konseptualisasi satu arah, komunikasi dianggap suatu proses linear yang di mulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya (Hariyanto, 2021, hlm. 24). Contoh komunikasi satu arah adalah Pidato atau penyampaian pesan retoris lainnya. Lebih lanjut Hariyanto (2021, hlm. 25) menjelaskan bahwa inti dari komunikasi sebagai tindakan satu arah adalah:

  1. Definisi berorientasi sumber (source orientation definition);
  2. Komunikasi dianggap suatu tindakan disengaja (intentional act);
  3. Mengabaikan prosesual interaksi (memberi dan menerima/timbal balik).

Sementara itu, menurut Lasswell (dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 27) berpendapat bahwa konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat persuasif. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu sebagai berikut.

  1. Sumber (source),
    sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator(commiunicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yag berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi , perusahaan, atau bahkan suatu negara.
  2. Pesan,
    yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbola verbal dan atau noverbal yang mewakili perasaan baik ucapan ataupun tulisan.
  3. Saluran atau media,
    yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merajuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal.
  4. Penerima (receiver),
    sering juga disebut sasaran atau tujuan (destination) komunikasi, penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber.
  5. Efek,
    yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli menjadi bersedia membeli), atau dari tidak mau memilih parpol tertentu menjadi mau memilihnya dalam pemilu dan sebagainya.

Konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti membujuk seseorang agar melakukan tindakan tertentu. Artinya, konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat persuasif.

Komunikasi Sebagai Interaksi

Maksud dari konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi adalah bahwa komunikasi berlangsung dua arah, dari komunikator kepada komunikan dan dari komunikan kepada komunikator (Hariyanto, 2021, hlm. 26). Dengan demikian, komunikator bisa menjadi komunikan dan komunikan bisa menjadi komunikator. Oleh sebab itu, dalam komunikasi terjadi suatu interaksi.

Konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi mengandaikan bahwa komunikasi bersifat saling mempengaruhi (mutual influence) (Yusuf, 2021, hlm.9). Dengan demikian, konseptualisasi ini lebih dinamis apabila dibandingkan dengan konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah. Oleh sebab itu, konseptualisasi komunikasi sebagai interaksi mencantumkan umpan balik (feed back) sebagai salah satu syarat terjadinya komunikasi. Bahkan, menurut Karyaningsih (2018, hlm. 28) dalam komunikasi interaksional, makna dicapai melalui umpan balik dari pengirim dan penerima.

Menurut Hariyanto (2021, hlm. 26) beberapa karakteristik dari konsep komunikasi interaksi ini meliputi:

  1. Menyetarakan komunikasi dengan proses sebab akibat atau aksi reaksi yang arahnya bergantian;
  2. Mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama;
  3. Masih berorientasi pada sumber;
  4. Proses interaksi masih bersifat mekanis dan statis;
  5. Kelebihan konsep ini dari pertama adalah adanya umpan balik.

Pandangan komunikasi sebagai interaksi ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau aksi-reaksi, yang hanya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal maupun non-verbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.

Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian. Dengan demikian, pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis.

Komunikasi Sebagai Transaksi

Komunikasi sebagai transaksi adalah proses saling tukar menukar informasi atau proses pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi (Hariyanto, 2021, hlm. 26). Kata transaksi sendiri selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan yang dalam hal ini adalah informasi atau pesan.

Sementara itu menurut Yusuf (2021, hlm. 9) konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi merujuk pada hubungan yang bersifat spontan, simultan (kesiagaan pelaku komunikasi), dan terdapat interdependensi (saling tergantung). Komunikasi terjadi meski tanpa direncanakan, tanpa sengaja dan respons yang diperoleh terkadang tidak teramati. Konseptualisasi ini juga mencantumkan persyaratan bahwa komunikasi merupakan penafsiran atas perilaku orang lain. Oleh karena itu definisi komunikasi yang dianut adalah definisi berorientasi penerima (receiver-oriented definition).

Karakteristik atau ciri utama dari konsep komunikasi sebagai transaksi meliputi:

  1. Tidak terbatas pada komunikasi yang disengaja;
  2. Komunikasi telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan orang lain (verbal/non-verbal);
  3. Definisi berorientasi pada penerima ( receiver oriented definition);
  4. Pihak-pihak yang berkomunikasi dalam keadaan interdependensi/timbal balik;
  5. Semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan (Hariyanto, 2021, hlm. 27).

Komunikasi bersifat transaksional mengatakan bahwa proses komunikasi ini bersifat kooperatif, yakni pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi (Karyaningsih, 2018, hlm. 28). Dalam konteks komunikasi sebagai transaksi, komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Hal tersebut karena dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku non-verbalnya.

Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Pemahaman ini mirip dengan definisi berorientasi penerima seperti yang dikemukakan Burgoon yang menekankan variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua arah, bukan satu arah.

Dalam konsep komunikasi sebagai transaksi, penafsiran yang kita lakukan terhadap komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal orang lain yang kita kemukakan padanya akan mengubah penafsiran orang tersebut terhadap pesan-pesan kita (Hariyanto, 2021, hlm. 27 ). Pada akhirnya mereka juga akan mengubah makna komunikasi yang kita sampaikan kepadanya. Dengan demikian, dari sudut pandang ini, komunikasi bersifat dinamis, artinya komunikasi dipandang sebagai transaksi. Pandangan ini pula yang dianggap lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respons verbal dan non-verbal dapat diketahui secara langsung.

Referensi

  1. Hariyanto, D. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo: Umsida Press.
  2. Karyaningsih. (2018). Ilmu komunikasi. Yogyakarta: Samudra Biru.
  3. Yusuf, F.M. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ilmu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *