Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam menentukan kegiatan pembelajaran. Pernyataan tersebut senada dengan Rusman (2018) yang berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran adalah tahap pertama pembentukan suatu ide dalam memandang dan menentukan objek kajian.

Berbeda dengan metode pembelajaran yang telah menentukan langkah di kelas atau model pembelajaran yang memiliki kerangka konseptual, pendekatan pembelajaran itu lebih luas lagi. Artinya, pendekatan merupakan landasan berpikir atau filosofi dalam menentukan pembelajaran.

Pengertian Pendekatan Pembelajaran menurut Para Ahli

Gulo

Pendekatan menurut Gulo (dalam Suprihatingrum, 2013, hlm. 146) adalah sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran).

Sudut pandang tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran.

Sanjaya

Sementara itu, Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2013, hlm. 146) berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.

Wati

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum (Wati, 2010, hlm. 7).

Pendekatan mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

Rahmawati

Pendekatan pembelajaran ialah jalan atau cara yang akan ditempuh dan digunakan oleh pendidik untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan tujuan tertentu (Rahmawati, 2011, hlm. 74).

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah pandangan atau sudut pandang berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses pembelajaran dalam menerapkan perlakuan (tindakan kelas) yang akan digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar.

Ciri Ciri Pendekatan Pembelajaran

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditentukan beberapa unsur penting yang membedakan pendekatan dari konsepsi pembelajaran yang lain, yakni:

  1. Merupakan sebuah filosofi/landasan.
  2. Merupakan sudut pandang.
  3. Serangkaian gagasan untuk mencapai tujuan tertentu.
  4. Jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pembelajaran.

Pendekatan merupakan sebuah filosofi atau landasan sudut pandang dalam melihat bagaimana proses pembelajaran dilakukan sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.

Jenis Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: teacher centered (berpusat pada guru) dan student centered (berpusat pada siswa).

Pendekatan Teacher Centered

Pada pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada Guru sebagai seorang ahli yang memegang kontrol selama proses pembelajaran dalam aspek organisasi, materi, dan waktu. Guru bertindak sebagai pakar yang mengutarakan pengalamannya sehingga dapat menstimulus perkembangan siswa.

Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan beberapa strategi seperti: pembelajaran langsung (direct instruction), dan pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.

Pendekatan Student Centered

Sementara itu, pendekatan student centered mendorong siswa untuk mengerjakan sesuatu sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas pengalaman yang diperolehnya. Pusat pembelajaran diserahkan langsung ke peserta didik dengan supervisi dari Guru.

Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran seperti discovery learning dan inquiry (penyingkapan atau penyelidikan).

Macam Macam Pendekatan Pembelajaran

Contoh pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.

Pendekatan Kontekstual (CTL)

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.

Melalui pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar dapat lebih bermakna bagi siswa, karena siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan mereka dalam jangka panjang.

Pendekatan pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi pembelajaran dan mengaitkan konsep tersebut dengan situasi dunia nyata mereka.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johnson (dalam Siregar & Nara, 2011, hlm. 117) bahwa kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan otak (IQ) tidak lepas dari faktor lingkungan atau faktor konteks, karena ada antarmuka (jembatan penghubung) antara kognisi dan lingkungan.

Komponen – komponen yang menyusun pendekatan kontekstual  dan sekaligus menjadi cirinya adalah sebagai berikut (Siregar & Nara, 2011, hlm. 117).

  1. Membangun hubungan untuk menemukan makna (relating),
  2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),
  3. Belajar secara mandiri,
  4. Kolaborasi (collaborating),
  5. Berpikir kritis dan kreatif (applying),
  6. Mengembangkan potensi individu (transfering),
  7. Standar pencapaian yang tinggi,
  8. Asesmen yang autentik.

Pendekatan Ekspositori (Expository)

Pendekatan Ekspositori menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber belajar kepada peserta pembelajaran. Dalam pendekatan ekspositori sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas, artinya pembelajaran dilaksanakan secara holistik dan tidak khusus.

Pendekatan Ekspositori lebih cocok untuk jenis bahan belajar yang bersifat informatif dan umum. Misalnya prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami untuk menunjang tahap pembelajaran lebih lanjut

Pendekatan ini juga hanya cocok apabila jumlah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran relatif lebih banyak seperti dalam keadaan perkuliahan antar program studi di perguruan tinggi.

Pendekatan ini cenderung berpusat pada sumber belajar, dan memiliki ciri atau karakteristik sebagai berikut:

  1. adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran,
  2. bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar,
  3. materi lebih cenderung bersifat informasi,
  4. terbatasnya sarana pembelajaran.

Pendekatan Induktif

Menurut Purwanto dalam Rahmawati (2011, hlm. 75) pendekatan induktif dalam pembelajaran adalah pendekatan yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan.

Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh khusus kemudian sampai kepada generalisasinya. Dengan kata lain, pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan yang spesifik.

Karakteristik atau ciri dari pendekatan ini meliputi:

  1. Dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, kemudian siswa dibimbing guru untuk dapat menyimpulkan generalisasinya (prinsip, hukum yang mengatur hal-hal khusus tersebut).
  2. Kegiatan utama siswa adalah: mengamati, menyelidiki, memeriksa, memikirkan, dan menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat khusus dan membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar hal-hal khusus tersebut.
  3. Siswa memiliki kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau formula umum yang diperoleh dari penyelidikan contoh-contoh khususnya.
  4. Memiliki semangat untuk menemukan, adanya kesadaran akan hakikat pengetahuan, dan mampu berpikir logis.
  5. Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Penjelasan lengkap mengenai pendekatan ini dapat disimak pada artikel di bawah ini.

Baca juga: Pendekatan Induktif : Pengertian, Karakteristik & Langkah

Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Ya, pendekatan ini adalah kebalikan dari pendekatan induktif.

Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Busrah, 2012, hlm. 5).

Oleh karena itu Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori (contoh).

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan kepada siswa.

Karakterisitk atau ciri pendekatan deduktif adalah sebagai berikut:

  1. Pembelajaran menekankan transfer informasi oleh guru kepada siswa berupa pemaparan abstraksi, definisi dan penjelasan istilah-istilah.
  2. Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika siswa telah mengetahui wilayah persoalan dan konsep dasarnya.
  3. Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru memberikan materi dan kemudian memberikan contoh-contoh khususnya.
  4. Lebih menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan pembelajaran. Guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran.

Penjelasan lengkap mengenai pendekatan ini dapat disimak pada artikel di bawah ini.

Baca juga: Pendekatan Deduktif : Pengertian, Karakteristik & Langkah

Pendekatan Konstruktivisme

Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan.

Pendekatan ini tidak menginginkan siswa untuk dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ada dalam sumber belajar. Guru tidak akan sesederhana mengatakan bahwa jawaban dari siswa benar atau salah namun justru lebih mengutamakan perkembangan daya kritis siswa dalam menyikapi berbagai opsi jawaban yang ada.

Guru terus mendorong siswa untuk menyetujui atau justru menolak ide seseorang dan saling bertukar pikiran hingga persetujuan dicapai. Siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam dirnya sendiri dan saling berbagi strategi dan penyelesaiannya dengan sesama siswa yang disupervisi oleh guru.

Baca juga: Pendekatan Konstruktivisme : Pengertian, Ciri, Langkah, dsb

Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Dalam pendekatan ini siswa didorong untuk memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin atau jarang ditemui (masih belum dikuasai).

Jika suatu masalah diberikan kepada siswa dan siswa tersebut dapat langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka persoalan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Harus terjadi kesenjangan antara ekspektasi dan realita.

Menurut Dewey (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 217) langkah utama dalam pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

  1. Merumuskan masalah.
  2. Menganalisis masalah. Pemecahan masalah menekankan pada pentingnya identifikasi masalah untuk menentukan berbagai kemungkinan penyelesaiannya, sehingga analisis adalah hal yang wajib dilakukan.
  3. Mengembangkan beberapa hipotesis. Hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan masalah.
  4. Mengumpulkan data: langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
  5. Menguji beberapa hipotesis. Mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis.
  6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

Baca juga: Model Pembelajaran Problem Solving (Penjelasan Lengkap)

Pendekatan Open-Ended

Siswa dihadapkan pada open-ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.

Pendekatan open-ended memiliki prinsip yang serupa tapi tak sama dengan pendekatan pemecahan masalah, yaitu dimulai dengan memberikan suatu masalah kepada siswa.

Bedanya permasalahan yang disajikan adalah masalah yang memiliki banyak jawaban yang benar. Masalah yang memiliki lebih dari satu jawaban disebut sebagai masalah tidak lengkap atau open-ended problem.

Karakteristik dari pendekatan open-ended ini adalah:

  1. kegiatan siswa harus terbuka, artinya tidak hanya hitam dan putih (benar dan salah) saja.
  2. kegiatan materi memiliki ragam berpikir yang berbeda.
  3. kegiatan siswa dan kegiatan materi atau permasalahan merupakan satu kesatuan.

Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, prosedur, hukum atau prinsip melalui tahapan saintifik, yakni:

  1. mengamati;
  2. merumuskan masalah;
  3. mengajukan/merumuskan hipotesis;
  4. mengumpulkan data;
  5. menganalisis data;
  6. menarik kesimpulan;
  7. mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran k13. Artinya, kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ini sebagai induk model dan metode pembelajarannya.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran (menurut kurikulum 2013) menggunakan 5 langkah yang tidak harus berurut namun harus selalu ada dalam proses pembelajaran. Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut.

Mengamati

Mengamati berarti peserta didik mengidentifikasi suatu objek menggunakan panca indera dengan atau tanpa alat bantu.

Alternatif kegiatannya meliputi: observasi lingkungan, mengamati gambar, video, grafik data atau tabel, menganalisis peta, hingga membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa (medali cetak ataupun internet).

Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah. Kata kerja operasional yang dibutuhkan dalam evaluasi agar kemampuan siswa dapat terukur.

Menanya

Merupakan kegiatan siswa untuk mengungkapkan yang ingin diketahuinya berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, maupun proses tertentu. Dalam kegiatan ini siswa dapat bertanya secara individu maupun kelompok mengenai apa yang belum diketahuinya.

Siswa dapat bertanya kepada guru, narasumber, atau siswa lainnya. Siswa juga dapat bertanya kepada dirinya sendiri lewat bimbingan guru, sehingga siswa dapat mandiri dan terbiasa untuk melakukannya.

Pertanyaan dapat diajukan secara lisan atau melalui tulisan dan harus membangkitkan motivasi siswa agar tetap aktif dan bergembira dalam pembelajaran. Sementara bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan atau kalimat hipotesis.

Bentuk hasil belajar dari menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.

Mengumpulkan Data

Kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan studi pustaka (membaca buku), observasi lapangan, eksperimen (jua coba), wawancara, menyebarkan kuesioner, dll.

Hasil belajar yang didapatkan melalui kegiatan ini adalah siswa dapat menguji hipotesis.

Mengasosiasi

Merupakan kegiatan siswa dalam mengolah data dalam serangkaian aktivitas fisik dan psikis (pikiran) dengan bantuan alat tertentu. Kegiatan mengolah data antara lain melakukan pengurutan, menghitung, membagi, menyusun data dan melakukan klasifikasi.

Kegiatan konkretnya antara lain membuat tabel, bagan, grafik, peta konsep hingga merumuskan perhitungan dan pemodelan tertentu. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan atau menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada.

Sehingga dapat ditarik simpulan ada ditemukan konsep dan prinsip penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman dan wawasan pengetahuannya.

Hasil belajar dari kegiatan mengasosiasi atau menalar adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.

Mengomunikasikan

Kegiatan siswa yang mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan sebelumnya di atas, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan data dan mengolahnya, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.

Bentuk kegiatan dapat berupa presentasi lisan di depan siswa lainnya menggunakan diagram, bagan, gambar menggunakan teknologi sederhana atau teknologi informasi dan komunikasi.

Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah siswa dapat menjabarkan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.

Materi lebih lengkap dan jelas mengenai pendekatan saintifik dapat disimak pada artikel di bawah ini.

Baca juga: Pendekatan Saintifik : Pengertian, Karakteristik, Langkah, dsb

Pendekatan Inquiry (Inkuiri)

Pendekatan inquiry adalah pendekatan yang berusaha untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar melalui penyingkapan atau penyelidikan terhadap suatu permasalahan. Seperti problem solving, pendekatan inquiry lebih berpusat pada keaktifan siswa yang berusaha memecahkan permasalahan secara mandiri.

Dalam pendekatan ini materi yang disajikan tidak dibahas sampai tuntas, sehingga memberi peluang kepada peserta didik untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara yang distimulus oleh Guru.

Bruner mengngkapkan bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiri adalah karena hasil belajar dengan cara ini lebih mudah diingat dan menerap pada siswa. Selain itu, materi juga menjadi lebih mudah untuk disampaikan kepada seluruh peserta didik.

Pengetahuan dan kecakapan kognitif yang didapatkan melalui pendekatan ini juga menumbuhkan motif intrinsik karena peserta didik merasa puas atas penemuannya sendiri. Menurut Rusyan dkk (1992) Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menggunakan pendekatan Inquiry yaitu:

  1. Stimulation, sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau memberi kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
  2. Problem Statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis
  3. Data Collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai nara sumber, uji coba sendiri dan sebagainya.
  4. Data Processing, Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
  5. Verification, Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti atau tidak.
  6. Generalization, Berdasarkan hasil verifikasi maka peserta didik menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.

Baca juga: Model Pembelajaran Inquiry Learning (Penjelasan Lengkap)

Referensi

  1. Rahmawati, Fitriana. (2011). Pengaruh pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Induktif. Edumatica. Vol. 01. No. 02, hal. 74-75.
  2. Rusman. (2018). Model – Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
  3. Rusyan, A. Tabrani Rusyan, dkk. (1992). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
  4. Suprihatiningrum, Jamil (2013). Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
  5. Siregar, E., Nara, H. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
  6. Wati, Widya. (2010). Pendekatan Pembelajaran. Makalah. Padang: Konsentrasi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Padang.

Gabung ke Percakapan

4tare

  1. Alhamdulillah, terimakasih banyak sangat bermanfaat, ringkas tapi sangat jelas

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *