Pengertian Personal Branding

Personal branding adalah upaya yang dilakukan individu untuk menciptakan respons emosional tertentu yang dirasakan oleh orang lain saat mendengar namanya, melihatnya di dunia maya, ataupun saat bertemu di dunia nyata (Deckers & Lacy, 2017, hlm. 7). Dengan demikian, personal branding berkaitan dengan pencitraan untuk menghasilkan citra tertentu di semua kalangan baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Dunia maya sendiri merupakan salah satu ajang besar bagi kegiatan personal branding yang kini telah dipenuhi oleh influencer yang telah sukses melakukannya. Namun demikian, personal branding tidak melulu hanya digunakan oleh influencer yang membutuhkan persona online saja. Seperti yang diungkapkan oleh Hauqe-Fawzi dkk (2022, hlm. 136) bahwa personal branding merupakan sistem pemasaran yang paling terkenal pada kalangan publik figur seperti selebriti, politisi, musisi, pengusaha dan lain sebagainya, sehingga mereka mempunyai pandangan dan citra tersendiri di mata masyarakat (Haque-Fawzi dkk, 2022, hlm. 136).

Sementara itu, menurut Long (2016, hlm. 21) personal branding adalah kegiatan secara aktif mengolah citra dan menentukan nilai unik seperti menampilkan keterampilan serta keahlian sekaligus didemonstrasikan kepada orang lain sebagai nilai asli dalam diri pelaku personal branding tersebut. (Long, 2016, p.21). Artinya personal branding haruslah dilakukan secara aktif melalui praktik-praktik nyata dan konkret yang mendemonstrasikan berbagai nilai lebih dan orisinalitas yang dimiliki oleh pelaku personal branding itu sendiri.

Personal branding juga sejatinya merupakan hal organik yang secara tidak sadar akan dilakukan oleh diri kita ataupun orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian orang bahkan mungkin mampu memiliki personal branding yang baik tanpa melakukan strategi apa pun. Hal tersebut karena personal branding terjadi didasari oleh keunikan, karakteristik dan bagaimana yang ditampilkan saat berada didepan orang lain, hal inilah yang membentuk persepsi orang lain dan mengingat diri kita dalam persepsi masing-masing.

Selanjutnya, menurut Haroen (2014, hlm.13) personal branding adalah proses di mana seseorang memperlihatkan atribut dirinya untuk membentuk persepsi yang dibuat oleh masyarakat pada aspek-aspek yang diperlihatkan oleh seseorang dengan meliputi keterampilannya, kepribadiannya, maupun nilai-nilai yang membentuk persepsi masyarakat untuk dijadikan alat pemasaran diri kepada masyarakat.

Berdasarkan penuturan pengertian personal branding menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa apa itu personal branding adalah kegiatan aktif untuk mengolah citra, menentukan nilai-nilai, dan memperlihatkannya secara konkret sehingga sang pelaku personal branding dapat memberikan kesan, respons emosional, dan pandangan tersendiri di mata masyarakat.

Elemen Personal Branding

Personal branding terdiri atas beberapa komponen atau unsur yang membentuk keutuhannya. Menurut Wasesa (2018, hlm. 29-35) beberapa elemen personal branding tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Kompetensi,
    merupakan cara untuk mengelola kompetensi diri dengan tingkat disiplin, dan sedikit improvisasi sehingga dapat menciptakan perbedaan (diferensiasi diri).
  2. Konektivitas,
    merupakan cara untuk menghubungkan kompetensi yang dimiliki dengan dunia luar baik dalam lingkungan sekitar maupun lingkungan yang lebih luas. Konektivitas ini dapat dilakukan melalui publikasi, ataupun dengan koneksi yang minimalis. Publisitas yang dimaksud yaitu dapat menyesuaikan dengan perbincangan yang ingin diciptakan oleh seseorang pada jurnal terbatas, media cetak konvensional, media sosial, dan media elektronik lainnya.
  3. Konektivitas,
    merupakan cara untuk menghubungkan kompetensi yang dimiliki dengan dunia luar baik dalam lingkungan sekitar maupun lingkungan yang lebih luas. Konektivitas ini dapat dilakukan melalui publikasi, ataupun dengan koneksi yang minimalis. Publisitas yang dimaksud yaitu dapat menyesuaikan dengan perbincangan yang ingin diciptakan oleh seseorang pada jurnal terbatas, media cetak konvensional, media sosial, dan media elektronik.
  4. Pemenuhan,
    merupakan cara yang menjadi alat ukur untuk melihat titik kekuatan atau kelemahan pada reputasi yang di dalamnya terdapat unsur integritas, kejujuran serta keterbukaan.
  5. Kontribusi,
    merupakan cara untuk mengukur reputasi yang dilihat dari reputasi kontribusi atau solusi yang telah diberikan dalam konteks ekonomi, sosial, dan budaya.

Sementara itu menurut Mcnally & Speak (dalam Haroen, 2014, hlm. 13) personal branding yang kuat pada umumnya memiliki tiga hal mendasar (unsur) sebagai berikut.

  1. Kekhasan,
    sebuah personal branding menjelaskan sesuatu secara khas sehingga menjadi kuat, dan berbeda dengan orang lain. Kekhasan yang dimaksud meliputi kualitas pribadi, penampilan fisik, maupun keahlian. Dasarnya, semua individu memiliki kekhasan yang unik dan spesifik sehingga hanya perlu menonjolkan kekhasan tersebut.
  2. Relevansi,
    menjelaskan sesuatu yang dianggap penting dan terdapat relevansi dengan karakter yang ingin dibangun oleh seseorang sehingga dapat menciptakan personal branding. Tujuannya adalah untuk menciptakan personal branding yang dapat diingat oleh orang lain.
  3. Konsistensi,
    dalam membangun personal branding yang kuat pada umumnya didasari dengan usaha branding yang konsisten sehingga dapat membentuk pribadi yang unggul.

Prinsip Personal Branding

Diperlukan konsep, falsafah, prinsip, atau asas-asas yang menjadi acuan individu sebagai fondasi pembangunan personal branding yang kuat. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Montoya (dalam Haroen, 2014, hlm. 67-69) terdapat delapan prinsip atau konsep utama yang menjadi dimensi utama dalam membangun personal branding yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Spesialisasi (The Law of Specialization)
    Salah satu ciri personal branding yang hebat adalah ketepatan pada sebuah spesialisasi. Personal branding harus terkonsentrasi pada spesialisasi yang berupa kekuatan, keahlian, atau pencapaian tertentu dalam suatu bidang yang dimiliki individu tersebut. Spesialisasi bisa ditunjukkan melalui ability, behaviour, lifestyle , mission, product, profession, dan juga service.
  2. Kepemimpinan (The Law of Leadership)
    Kredibilitas dan kekuasaan seseorang dapat menjadi pelengkap personal branding seseorang di mana dapat memosisikan orang tersebut sebagai seseorang dengan jiwa kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan di sini menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kapabilitas untuk mengambil keputusan dan memberi arahan dengan jelas di suasana genting yang penuh ketidakpastian.
  3. Kepribadian (The Law of Personality)
    Personal branding yang hebat bukan hanya soal kesempurnaan yang hanya menunjukkan kekuatan dan kelebihan, melainkan juga kekurangan dan kelemahan di mana hal ini lebih disukai orang lain.
  4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness)
    Tujuan utama dari personal branding adalah untuk membedakan individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, untuk membangun personal branding yang efektif diperlukan adanya diferensiasi yang dapat membuat si pemilik brand lebih dikenal oleh khalayak.
  5. Terlihat (The Law of Visibility)
    Dalam membuat personal brand seseorang dikenal, personal brand tersebut harus berkali-kali dilihat secara terus menerus dan konsisten. Seseorang perlu menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk mempromosikan personal brand-nya supaya membuat dirinya terlihat.
  6. Kesatuan (The Law of Unity)
    Personal brand seseorang harus sejalan dengan realitas kehidupan individu tersebut. Apa yang ditampilkan sebagai personal brand-nya mencerminkan etika moral dan sikap yang dimiliki di dunia nyata.
  7. Keteguhan (The Law of Persistence)
    Personal branding tidak bisa dibangun secara instan sehingga diperlukan keteguhan, kesabaran, dan konsistensi. Memperhatikan tren dan setiap tahapan sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan individu dalam membangun personal branding.
  8. Nama Baik (The Law of Goodwill)
    Personal branding akan lebih berdampak positif dan efektif jika seseorang dipersepsikan secara positif seperti diasosiasikan dengan ide atau nilai yang dianggap baik dan bermanfaat secara umum di masyarakat.

Tujuan dan Fungsi Personal Branding

Fungsi personal branding adalah sebagai usaha untuk menunjukkan kemampuan, keunikan, spesialisasi dan citra diri yang dimiliki seseorang. Sedangkan tujuan personal branding ialah untuk membangun citra dari apa yang ingin ditampilkan seseorang agar mampu memikat dan membangun kepercayaan terhadap orang lain.

Selain itu, menurut Tamimy (2017) fungsi personal branding lainnya di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Sebagai pengenal identitas sebuah brand (persona) kepada orang lain. Dengan melakukan branding, sebuah brand mampu diidentifikasi spesialisasinya yang tentunya berbeda dibandingkan dengan brand lain yang telah ada.
  2. Sebuah bentuk promosi atas daya tarik pembangun citra, jaminan sebuah kualitas, pemberi keyakinan, prestise, hingga pengendali atas orang-orang di sekelilingnya.
  3. Sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap konsumen, followers, atau calon pemilih dalam jangka panjang.
  4. Sebagai bentuk janji terhadap konsumen agar selalu memberi kualitas yang konsisten, hingga membentuk ikatan yang kuat antara brand dengan konsumennya (viewers/pemilih).

Langkah Membangun Personal Branding

Frischmann (2014, hlm. 63) menjelaskan bahwa terdapat 12 langkah yang dapat dilakukan untuk membangun personal branding sebagai berikut.

  1. Become Self Aware
    Langkah pertama yang dilakukan yaitu pelaku personal branding harus memiliki kesadaran diri, hal ini merupakan hal yang sangat fundamental dalam membentuk personal branding. Dengan berfokus untuk melakukan hal-hal terbaik dalam hidup yang merupakan salah satu cara paling baik untuk memulai perjalanan hidup.
  2. Take Inventory of Brand Assets
    Tahap kedua yaitu dengan mencatat hal-hal yang menjadi modal utama di dalam diri kita yang berkaitan dengan keahlian, hobi ataupun pengalaman hidup kita. Lalu, dari ide-ide tersebut dapat kita pikirkan dan dari pemikiran ini dapat menyusun bagaimana rencana kita ke depannya.
  3. Identify Target Market
    Langkah ketiga yaitu seorang dapat mengidentifikasikan target market yang ingin dituju, target market harus disesuaikan dengan tujuan pembuatan personal branding sehingga mempengaruhi unggahan yang dilakukan seseorang dalam membangun hubungan dengan target market. Tahap yang dilakukan ini menunjukkan bahwa adanya batasan saat pelaku melakukan personal branding dikarenakan setiap personal branding yang dibuat atau dilakukan tidak dapat menjangkau semua kalangan ataupun semua target market.
  4. Conduct Competitor Analysis
    Tahap selanjutnya yaitu kegiatan mengidentifikasi kompetitor, tahap ini merupakan hal yang penting untuk dilakukan dengan tujuan dapat menjadi tolak ukur metode personal branding yang dilakukan oleh kompetitor. Melalui analisa ini, maka menemukan perbedaan dari kompetitor yang ada dan dapat menemukan kemampuan diri yang unik dan menjadi pembeda.
  5. Build Personal Website
    Tahap selanjutnya yaitu dengan menggunakan website pribadi dapat menjadi alat untuk memproyeksikan personal branding yang dimiliki secara keseluruhan dan menguatkan identitas diri secara profesional. Melalui website pribadi ini dapat mengklaim sebagai bentuk kepemilikan pribadi. Personal website dapat digunakan sebagai bahan perkenalan yang digunakan bagi pelaku personal branding untuk dapat menyampaikan personal branding-nya secara lebih mudah dan dapat menyeluruh ke masyarakat luas.
  6. Create Social Media Profile
    Tahap selanjutnya yaitu memiliki profil pribadi di media sosial yang juga merupakan hal yang sangat penting. Profil media sosial yang menjelaskan mengenai personal branding maupun unggahan yang ingin dipublikasikan dan hal ini ini didukung dengan publikasi konten yang dilakukan secara teratur dan konsisten dapat membuat kita lebih mudah ditemukan dan ditelusuri oleh target pasar yang sudah ditentukan.
  7. Curate Own Content
    Pada tahap selanjutnya adalah membuat konten yang autentik. Menurut Frischmann seseorang dapat membuat dan mengelola konten yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Melalui proses ini juga dapat menambah wawasan seseorang dan merefleksikan subjek apa saja yang dapat menarik audiens.
  8. Get Feedback
    Tahap ini di mana pelaku personal branding mendapatkan umpan balik yang merupakan tahapan yang terus berjalan dan apabila menerima umpan balik maka harus segera ditanggapi dikarenakan menjadi tolak ukur dari penyesuaian persepsi yang diterima oleh audiens dari personal branding yang telah dibentuk sebelumnya.
  9. Make Connection in Social Media
    Tahap selanjutnya yaitu membuat koneksi yang merupakan salah satu tahap untuk mempertegas identitas yang kita miliki. Maka dari itu diperlukannya banyak waktu dan konsistensi dalam proses ini dikarenakan melakukan kontak dengan individu lainnya yang belum pernah kita temui.
  10. Evolve and Make Changes
    Tahap selanjutnya pelaku personal branding tidak diperbolehkan untuk melupakan pengembangan diri mereka khususnya pada elemen skill set dalam kata lain harus melakukan pembaruan informasi terhadap perkembangan komitmen untuk terus memberikan keterampilan terbaik agar dapat memperlihatkan kredibilitas diri sendiri kepada audiens.
  11. Behave According to Expectations
    Pada tahapan ini, seseorang harus memberikan sesuatu yang menunjukkan keaslian dari pribadi seseorang yang menunjukkan personal branding juga dapat menyesuaikan dengan harapan dan ekspektasi orang lainnya melalui personal branding yang ditunjukkan melalui publikasi maupun komunikasi dari pelaku personal branding.
  12. Respond to Changes in Norm & Scopes
    Pada tahapan terakhir ini, pelaku personal branding harus memperhatikan informasi dan tren yang terjadi dengan tujuan agar dapat merespons dengan tepat mengenai kemajuan media sosial dikarenakan ruang lingkup personal branding memiliki sifat yang dinamis dan dapat berubah-ubah.

Referensi

  1. Deckers, E. & Lacy, K. (2017). Branding yourself: how to use social media to invent or reinvent yourself (3rd edition). Newyork City: Pearson Education.
  2. Haroen, D. (2014). Personal branding: kunci kesuksesan berkiprah di dunia politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  3. Haque-Fawzi, M.G., Iskandar, A.S., Erlangga, H., Nurjaya, H. (2022). Strategi pemasaran: konsep, teori, dan implementasi. Tangerang Selatan: Pascal Books.
  4. Long, S. (2016). LinkedIn for personal branding : the ultimate guide. New York City: Strauss Consultants.
  5. Tamimy, M.F. (2017). Sharing-mu personal branding-mu. Jakarta: Visimedia.
  6. Wasesa, S.A. (2018). Personal branding. Jakarta: Noura Books.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *