Sejarah Komunikasi

Sejarah komunikasi sama tuanya dengan sejarah kehidupan manusia. Apabila ditelusuri, maka sejarah komunikasi dapat dikatakan dimulai dengan perkembangan aktivitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno (Hariyanto, 2021, hlm. 2). Namun demikian, komunikasi baru mulai mengalami perkembangan signifikan ketika ditemukan mesin cetak pada tahun 1457 oleh Guttenberg. Ada perbedaan rentang waktu pencatatan sejarah antara hasil pemikiran ahli sejarah komunikasi pada abad 19 dengan pencatatan sejarah zaman Yunani kuno.

Sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun, dimulai saat aktivitas retorika awal sampai pada abad pertengahan (saat penyebaran agama). Artinya perkembangan ilmu komunikasi sendiri sebetulnya tidak mengalami rantai yang terputus. Zaman pertengahan sendiri menjadi penyambung ilmu komunikasi dari zaman Yunani kuno ke zaman renaissance, modern dan kontemporer.

Akan tetapi, pada saat zaman Romawi perkembangan komunikasi tidak berlangsung mulus, karena Romawi pada saat itu mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropa ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, di mana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktivitas komunikasi) cukup signifikan.

Selain di Eropa perkembangan komunikasi juga berkembang di Cina. Perkembangan komunikasi di Cina telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunikasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda dengan di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun.

Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Penyebaran komunikasi di Cina mulai mengalami perkembangan saat ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali.

Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara).

Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.

Periodisasi Sejarah Komunikasi

Komunikasi merupakan praktik yang telah lama dilakukan oleh manusia dan karenanya cukup sulit untuk melacak atau memaparkan sejarahnya secara rinci. Oleh karena itu salah satu langkah praktis untuk menjelajahinya adalah dengan membagi periode sejarah komunikasi itu sendiri. Misalnya, menurut DeFluer & Ball-Rokeach (dalam Yusuf, 2021, hlm. 16) era manusia komunikasi dibagi menjadi lima zaman yang akan dipaparkan sebagai berikut.

  1. Zaman Tanda dan Isyarat (The Age of Sign and Signals)
    Gerak dan isyarat menjadi contoh berkomunikasi nenek-moyang manusia di zaman purba dan hingga sekarang masih digunakan. Lazimnya komunikasi ini dikenal dengan komunikasi non-verbal.
  2. Zaman Percakapan Lisan dan Bahasa (The Age of Speech and Language).
    Sebagai alat komunikasi. Zaman ini diperkirakan terjadi pada 300.000 tahun sampai 200.000 tahun sebelum Masehi (SM). Era ini menegaskan bahwa manusia sudah berkomunikasi menggunakan bahasa, meski masih terbata-bata. Selanjutnya kemampuan manusia berbahasa dengan sistem bahasa yang baik baru terjadi pada Muhamad Fahrudin Yusuf, M.A. 17 90.000 tahun sampai 40.000 tahun SM. Pada akhirnya kira kira 35.000 tahun SM manusia baru dapat berbahasa secara lengkap.
  3. Zaman tulisan sebagai alat komunikasi (the age of writing).
  4. Zaman media cetak sebagai alat komunikasi (the age of print age).
  5. Zaman media massa sebagai alat komunikasi (the age of mass media).

Sementara itu, menurut Roger (dalam Yusuf, 2021, hlm. 16) ada empat era bagaimana manusia berkomunikasi, yang di antaranya meliputi:

  1. era tulisan (writing),
  2. cetak (printing),
  3. telekomunikasi (telecommunication),
  4. dan era komunikasi interaktif (interactive communication).

Pembagian Roger ini tentunya didasarkan pada dinamika komunikasi berdasarkan penemuan-penemuan alat komunikasi oleh manusia.

Sejarah Ilmu Komunikasi

Pada tahun 1457 jurnalisme sudah berkembang di AS. Di AS tahun 1903 Joseph Pulitzer medirikan sekolah jurnalisme, bernama School of Journalism. Journalism berkembang dan menjadi mass communication. Setelah moda komunikasi massa dikenal, kajian komunikasi berkembang menjadi komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok.

Pada awalnya Communication Science atau Ilmu Komunikasi, dikenal istilah Communicology. Sebutan itu disematkan untuk ilmu yang mempelajari gejala sosial akibat proses komunikasi massa. Baru di tahun 1940an mulai dikenal istilah ilmu komunikasi melalui C.I. Hovland.

Sementara itu sejarah ilmu komunikasi di Indonesia sendiri dimulai pada tahun 1948 dikenal Ilmu Penerangan di Universitas Gadjah Mada. Tahun 1950an dikenalkan ilmu Publisistik di Akademi Dinas Luar Negeri oleh Drs. Marbangun Hardjowirogo. Jurusan Ilmu Publisistik Universitas Gadjah Mada, UI, Unpad (Cangara, 2007). Hampir semua perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta memiliki fakultas/jurusan dan atau departemen/program studi komunikasi, termasuk di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN).

Beberapa tokoh bidang ilmu komunikasi di Indonesia seperti M. Alwi Dahlan, Astrid Susanto Sunario, Andi Muis, Jalaludin Rahmat, Ashadi Siregar, Anwar Arifin, Hafid Changara, Dedy N. Hidayat, Marwah Daud Ibrahim, Onong Efendi Uchayana, dan sebagainya. Figure-figure inilah yang mewarnai khazanah perkembangan ilmu komunikasi di Indonesia.

Publisistik (Ilmu Informasi Publik) dan Ilmu Komunikasi

Pada akhir tahun 1950-an ilmu komunikasi masuk dari negara Jerman (Antoni dalam Hariyanto, 2021, hlm. 12). Mulanya, Ilmu Komunikasi di Indonesia hanya fokus pada kajian publisistik atau ilmu informasi publik. Ilmu komunikasi di ajarkan pertama kali di Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1948 dengan nama Ilmu Penerangan. Pada tahun 1955 UGM mendirikan jurusan publisistik, dan pada tahun 1953 Perguruan Tinggi Jurnalistik Jakarta juga berubah menjadi Sekolah Tinggi Publisistik.

Pendidikan tinggi publisistik di Indonesia mulai berkembang pada dekade 1960-an dan 1970-an dengan dibentuknya Jurusan Publisistik pada sejumlah perguruan tinggi negeri seperti UI (1959), Unhas (1960), Unpad (1964), Undip (1967), serta beberapa perguruan tinggi swasta PTS di Indonesia. Pada tahun 1974, Prof. Dr. Astrid Susanto Sunario yang ketika itu Dekan Fakultas Publisistik Unpad mewacanakan tentang pandangan Schelsk bahwa komunikasi lebih luas daripada publisistik.

Istilah publisistik awalnya berasal dari bahasa Jerman Publizistik yang diambil dari bahasa latin publicare artinya mengumumkan, memberitahukan, ataupun menyebarkan. Jika dilihat dari etimologi atau asal katanya maka kegiatan publisistik merupakan kegiatan seorang atau sekelompok orang dan yang erat korelasinya dengan masyarakat.

Publisistik sebenarnya lebih mengarah kepada kegiatan pesurat-kabaran atau jurnalistik saat ini. Ada dua pendapat terkait publisistik atau persurat-kabaran ini, pertama ada yang menganggap itu sebuah pengetahuan (kunde) atau zaitungskunde. Pendapat ke dua menganggap persurat-kabaran merupakan ilmu pengetahuan catau zeitungswissenchaft atau ilmu persurat-kabaran.

Menurut Djoenaisih (dalam Hariyanto, 2021, hlm. 13) apabila dikaitkan keadaan zaman sekarang, publisistik ini sama dengan pengertian komunikasa massa (mass communication) di Amerika Serikat dan juga mirip dengan difinisi yang diberikan oleh Walter Hagemann. Namun banyak juga yang mengaangap difinisi Walter Hagemann ini terlalu sempit yang hanya fokus pada pernyataan manusia secara sadar tidak memuat pernyataan yang tidak sadar.

Di Amerika Serikat komunikasi banyak dikembangkan oleh ahli-ahli Psikologi Sosial, sedangkan di Jerman Publisistik banyak dikembangkan dan dipelajari oleh ahliahli Sosiologi Sosial. Perkembangan radio pada th 1920, film dan telivisi pada tahun 1948, maka obyek jurnalistik di Amerika tidak hanya pers (surat kabar) saja, tetapi berkembang juga pada pers radio, film dan televisi yang kemudian berkembang menjadi mass communication atau komunikasi massa. Karena makin meluasnya cakupan yang dipelajari, kemudian mass comunication pada akhirnya berubah menjadi comunication science atau ilmu komunikasi itu sendiri.

Referensi

  1. Hariyanto, D. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo: Umsida Press.
  2. Yusuf, F.M. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ilmu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *