Pengertian Self Esteem

Self esteem adalah penilaian diri terhadap diri sendiri untuk menentukan positif atau negatifnya nilai (value) harga diri. Dengan kata lain self esteem atau harga diri merupakan penilaian diri mengenai dirinya sendiri. Namun demikian berbeda dengan konsep diri, harga diri merupakan proses mental afektif atau perasaan seseorang, bukan pemikiran (kognitif). Seperti yang diungkapkan oleh Delamater & Myers (2011 dalma Maryam, 2018, hlm. 51) harga diri (self-esteem) merupakan komponen afektif atau evaluatif dari self (diri).

Sementara itu menurut Coopersmith (dalam Maryam, 2018, hlm. 51) pengertian self esteem merujuk pada penilaian (evaluasi) kita secara positif maupun negatif terhadap diri kita sendiri. Artinya penilaian seseorang akan dirinya sendiri dapat bernilai positif sehingga membuat harga dirinya menjadi tinggi, sebaliknya jika penilaian akan dirinya sendiri bernilai negatif hal tersebut akan membuat harga dirinya menjadi rendah.

Self esteem adalah proses mental afektif atau perasaan, artinya saat seseorang memiliki harga diri yang tinggi ia akan mendapatkan perasaan afektif positif dan yang menjadi sorotan utama dalam harga diri adalah rasa percaya diri. Singkatnya, seseorang yang memiliki harga diri tinggi akan cenderung lebih merasa percaya diri, dan seseorang dengan harga diri rendah akan cenderung kurang percaya diri. Hal inilah yang menyebabkan self esteem atau harga diri merupakan aspek diri yang penting untuk dijaga.

Selanjutnya menurut Sundeen (dalam Suhro, 2017, hlm. 29) self esteem merupakan penelitian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi keidealan dirinya. Artinya individu akan memiliki standar ideal yang akan dibandingkan dengan orang lain. Individu juga merupakan observer atau peneliti tunggal, sehingga kompetensinya sendiri dalam menilai atau mengevaluasi akan menjadi penentuan utama dalam menentukan harga dirinya sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa self esteem adalah penilaian individu untuk dirinya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan, keberartian, keberhargaan, dan kompetensi akan dirinya sendiri berdasarkan penilaiannya terhadap lingkungan sosial maupun keidealannya yang menyangkut kompetensi dan kekuatannya sendiri pula.

Kebutuhan akan Self Esteem

Harga diri ini mungkin terdengar seperti berkaitan erat dengan penghargaan dan pengakuan dari orang lain. Akan tetapi self esteem tersebut sebetulnya merupakan kebutuhan harga diri yang lemah. Maslow (dalam Boeree, 2016, hlm. 251) menyatakan bahwa terdapat dua jenis atau bentuk kebutuhan terhadap harga diri, yakni  bentuk yag lemah dan bentuk yang kuat.

  1. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi.
  2. Sementara itu bentuk self esteem yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan (Boeree, 2016, hlm. 251).

Dengan demikian harga diri sebetulnya persoalan yang lebih dari permasalahan penghargaan diri sendiri dan orang lain terhadap diri kita. Melainkan mengenai kompetensi, kesuksesan, kekuatan, dan kebebasan yang kita miliki sehingga dapat merasa percaya diri. Harga diri adalah sumber utama dari rasa percaya diri yang sangat dibutuhkan untuk menentukan kesuksesan dan keberdayaan individu dalam suatu kelompok sosial.

Aspek-Aspek Self Esteem (Harga Diri)

Dalam teori Coopersmitih, aspek-aspek harga diri mencakup tiga hal yaitu sebagai berikut.

  1. Perasaan berharga,
    yaitu perasaan yang dimiliki individu ketika individu tersebut merasa dirinya berharga dandapat menghargai orang lain. Dapat mengonterol tindakantindakannya dan dapat mengekspresikan dirinya.
  2. Perasaan mampu,
    yaitu perasaan yang dimiliki oleh individu pada saat dia merasa mampu mencapai suatu hasil yang diharapkan, memiliki nilai-nilai, sikap yang demokratis, orientasi yang realistis, menyukai tugas baru yang menantang, aktif, tidak cepat bingung bila segala sesuatu berjalan di luar rencana, sadar akan keterbatasan diri dan berusaha agar berusaha dalam dirinya.
  3. Perasaan diterima,
    yaitu perasaan yang dimiliki individu ketika ia dapat diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok, dan diperlakukan sebagai bagian dari kelompok tersebut, maka ia akan merasa diterima serta dihargai.

Ciri-Ciri Self Esteem Rendah dan Tinggi

Menurut Darsono (2014, hlm. 23-24) individu dengan harga diri tinggi akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Merasa mampu mempengaruhi pendapat atau perilaku orang lain dengan cara yang positif.
  2. Mampu mengomunikasikan perasaan-perasaan dan emosi-emosinya dalam berbagai situasi.
  3. Merespons situasi baru dengan cara positif dan percaya diri.
  4. Menunjukkan tingkat toleransi, tingkah terhadap frustasi yang tinggi.
  5. Menerima tanggung jawab.
  6. Mempertahankan situasi (positif maupun negatif) dengan perspektif yang layak.
  7. Mengomunikasikan perasaan-perasaan positif tentang diri mereka.
  8. Memiliki kemampuan kontrol internal (percaya bahwa apapun yang terjadi pada mereka merupakan akibat dari tingkah laku dan tindakan mereka sendiri.

Sebaliknya, individu dengan harga diri yang rendah akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Secara konsisten mengomunikasikan pernyataan-pernyataan yang merendahkan orang lain.
  2. Menunjukkan ketidakberdayaan.
  3. Tidak ikhlas.
  4. Mempraktikkan perfeksionisme.
  5. Menjadi sangat tergantung.
  6. Menunjukkan kebutuhan akan penerimaan yang berlebihan: hasrat yang besar untuk menyenangkan figur-figur yang berkuasa.
  7. Kesulitan membuat keputusan.
  8. Menunjukkan toleransi yang rendah terhadap kekecewaan.
  9. Menjadi sangat defensif.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Esteem (Harga Diri)

Beberapa individu tentunya memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan lainnya. Salah satu faktor penentu harga diri ini adalah kompetensi dan kekuatan seseorang. Jika seseorang merasa memiliki kompetensi atau keterampilan yang baik sehingga mampu membantu lingkungan sosialnya, harga diri mereka cenderung akan tinggi. Saat mereka memiliki kekuatan atau setidaknya peran pasti di lingkungan sosialnya, harga diri mereka juga akan terjaga.

Namun demikian meskipun beberapa dari kita memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain, sebuah perasaan harga diri bukanlah sebuah trait tunggal yang menetap secara permanen, sehingga self esteem pun bisa berubah. Sebaliknya, self esteem juga menjadi bagian dari pikiran yang berfluktuasi dalam respons terhadap kesuksesan, kegagalan, keberuntungan yang naik turun, relasi sosial, dan pengalaman hidup lainnya (Heatherton & Polivy, 1991, dalam Kassin dkk, 2008 dalam Maryam 2018, hlm.51 ).

Beberapa sumber-sumber atau faktor pembentukan harga diri seseorang menurut Delamater dan Myers (dalam Maryam 2018, hlm.51) adalah sebagai berikut.

1. Pengalaman dalam keluarga

Interaksi antara orang tua dan anak merupakan faktor penting bagi perkembangan harga diri. Coopersmith (1967 dalam Maryam 2018, hlm.51) menyimpulkan bahwa terdapat empat perilaku orang tua yang mampu meningkatkan harga diri, yaitu:

  1. menunjukkan penerimaan, afeksi, minat, dan keterlibatan pada kegiatan anak;
  2. menetapkan batasan-batasan perilaku anak secara jelas dan konsisten;
  3. memberikan kebebasan dalam batas dan menghargai inisiatif; dan
  4. menerapkan disiplin yang tidak memaksa (menghindari pemberian hak-hak istimewa dan hukuman fisik, lebih pada mendiskusikan alasan).

2. Umpan balik terhadap performance seseorang (terkait kesuksesan atau kegagalan)

Umpan balik terhadap sesuatu yang telah dikerahkan oleh seseorang dapat menjadi faktor harga diri seseorang. Jika seseorang yang telah memberikan usaha kuat namun kurang mendapatkan umpan balik, maka harga dirinya dapat berkurang. Sebaliknya jika mereka mendapatkan umpan balik yang kuat, hal tersebut akan meningkatkan harga dirinya. Permasalahan umpan balik terhadap performance atau usaha seseorang ini dapat terjadi pada beragam situasi dan kondisi. Baik itu di sekolah, perusahaan, bahkan media sosial sekalipun.

3. Perasaan seseorang tentang kemampuan (kompetensi)

Kemampuan, keterampilan, atau kompetensi seseorang akan menentukan harga diri yang dimilikinya. Jika seseorang merasa tidak kompeten atau tidak berpengetahuan karena merasa tidak sekolah tinggi, maka harga dirinya berisiko untuk menjadi rendah. Di antara faktor yang lain, kompetensi ini merupakan salah satu faktor yang paling dapat terukur dan pasti dapat dilakukan untuk meningkatkan harga diri. Oleh karena itu, belajar atau meningkatkan kompetensi adalah salah satu hal yang paling dianjurkan oleh para psikolog untuk meningkatkan self-esteem seseorang agar mereka mampu menjadi lebih percaya diri.

4. Kekuasaan (power) untuk mengendalikan berbagai kejadian yang dialami

Kekuatan tua power merupakan salah satu faktor terkuat untuk menentukan harga diri seseorang. Beberapa bentuk kekuasaan yang paling jelas mungkin adalah jabatan atau posisi yang dimiliki seseorang dalam suatu lingkungan sosial. Akan tetapi sebetulnya yang menjadi persoalan utama adalah kemampuan kepemimpinannya sendiri. Saat seseorang mampu memimpin bahkan memimpin dirinya sendiri, maka ia akan mendapatkan self esteem yang tinggi.

Selain itu kekuatan atau power ini juga lebih kepada kemampuan untuk mengendalikan berbagai kejadian yang dialami. Artinya, seseorang yang lebih bebas dan memiliki lebih banyak pilihan akan memiliki self esteem yang tinggi.

5. Perbandingan sosial (social comparison)

Saat harga diri seseorang dipertaruhkan, individu sering mendapatkan keuntungan dengan melakukan perbandingan sosial ke bawah (downward social comparisons) dengan orang lain yang kurang sukses, kurang bahagia, atau kurang beruntung (Kassin dkk, 2008 dalam Maryam, 2018, hlm. 52). Dengan melakukan hal ini, harga diri seseorang akan lebih baik atau meningkat. Apakah orang melakukan perbandingan ke bawah (downward social comparisons) maupun perbandingan ke atas (upward social comparisons), keduanya mampu memiliki implikasi yang mencolok untuk masalah yang terkait dengan kesehatan.

Referensi

  1. Boeree, George C. (2016). Personality theories: melacak kepribadian anda bersama psikologi dunia. Yogjakarta: Prismasophie.
  2. Darsono. (2014). Kenapa Harus Rendah Diri. Surabaya: Liris.
  3. Maryam, E.W. (2018). Psikologi sosial. Sidoarjo: UMSIDA Press.
  4. Suhro, Muhammad. (2017). Asuhan keperawatan konsep self esteem. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *