User acceptance test (UAT) atau pengujian penerimaan pengguna adalah fase terakhir dari proses pengujian perangkat lunak. Selama UAT, perangkat lunak perangkat lunak diuji untuk memastikan apakah fungsi dan tugasnya sudah sesuai dengan requirement atau kebutuhan pengguna. UAT adalah salah satu prosedur proyek perangkat lunak final dan paling penting yang harus dilaksanakan sebelum perangkat lunak yang telah dikembangkan diluncurkan.

Pengertian UAT

Menurut Perry (2006, hlm. 70) UAT adalah pengujian yang dilakukan oleh end-user, di mana user tersebut biasanya adalah staff atau karyawan perusahaan yang langsung berinteraksi dengan sistem dan dilakukan verifikasi apakah fungsi yang ada telah berjalan sesuai dengan kebutuhan sehingga UAT dapat menghasilkan dokumen yang bisa dijadikan bukti bahwa produk yang dibuat dapat diterima pengguna.

Kebutuhan apa yang dimaksud? Tentunya software requirement yang sebelumnya telah disepakati oleh pihak pengembang dan pihak pengguna. Menurut Black (2009)  acceptance testing biasanya berusaha menunjukkan bahwa sistem telah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.

Persyaratan-persayartan tersebut bisa jadi terdiri dari requirement perangkat lunaknya saja, maupun persyaratan lain seperti bagaimana dalam metode pengembangan SCRUM dapat terjadi perubahan yang tiba-tiba di luar system requirement. Meskipun tentunya perubahan tersebut tentunya berisiko menambah sprint atau waktu pengerjaan serta biaya jasa pengembangan perangkat lunak.

Pada pengembangan software dan hardware komersial, acceptance test biasanya disebut juga alpha tests yang dilakukan oleh pengguna in-house, dan beta tests yang dilakukan oleh pengguna yang sedang menggunakan atau akan menggunakan sistem tersebut. Pada intinya proses alpa dan beta test ini juga merupakan UAT, hanya saja dilakukan untuk aplikasi komersial yang akan digunakan oleh banyak pengguna dan dipublish di marketplace terbuka seperti Google Play Store (bukan hanya suatu perusahaan dan karyawannya saja).

Dapat disimpulkan bahwa UAT adalah pengujian yang dilakukan oleh pengguna langsung aplikasi yang akan menggunakan perangkat lunak yang sedang dikembangkan untuk memastikan perangkat lunak sudah sesuai dengan kebutuhan dari pengguna.

Jenis-Jenis User Acceptance Test (UAT)

Sebelumnya telah dibahas bahwa pada aplikasi komersial, UAT sering disebut alpa test dan beta test. Keduanya merupakan jenis UAT yang dilakukan dan memiliki peranannya masing-masing. Berikut adalah pemaparan dari jenis-jenis UAT.

Alpha Testing

Pengujian Alpha adalah pengujian akhir sebelum perangkat lunak diluncurkan untuk pengguna secara umum. Alpha testing dilakukan in-house atau internal serta melibatkan pengembang, analis bisnis dan tim penguji yang merupakan user. Misalnya PIC atau staf IT dari perusahaan terlebih dahulu, tanpa para pengguna akhir dari perusahaan tersebut (bidang akuntansi, HRD, dsb). Alpha test memiliki dua fase, yakni sebagai berikut.

  1. Pada tahap pertama dari pengujian alpha, perangkat lunak diuji oleh pengembang di lingkungan internal developer. Mereka menggunakan perangkat lunak debugger, atau debugger hardware-assisted. Tujuannya adalah untuk menangkap bug dengan cepat.
  2. Pada tahap kedua pengujian alpha, perangkat lunak ini diserahkan kepada staf QA (Quality assurance) perangkat lunak, untuk pengujian tambahan dalam lingkungan yang mirip dengan penggunaan yang dimaksudkan. Hal ini untuk menyimulasikan suasana atau lingkungan pengujian yang sebenarnya sehingga ketika sistem tersebut dipasang, sudah tidak terjadi kegagalan maupun cacat sistem secara real (Udzlmd, 2014).

Intinya, pengujian alpha sering digunakan untuk perangkat lunak sebagai bentuk pengujian penerimaan internal sebelum perangkat lunak pergi ke pengujian beta. Pengujian alpha berlangsung di environment pengembang oleh tim internal, sebelum rilis kepada pelanggan eksternal.

Beta Test

Pengujian beta juga dikenal sebagai pengujian pengguna berlangsung di lokasi pengguna akhir (end user) untuk memvalidasi kegunaan, fungsi, kompatibilitas, dan uji reliabilitas dari perangkat lunak yang dibuat. Hal ini juga dikenal sebagai uji lapangan. Test ini dilakukan di lingkungan end-user (server kantor pengguna, bukan server pengembang). Tes beta merupakan tahap kedua dari pengujian perangkat lunak di mana pengguna sebenarnya dari aplikasi mencoba langsung aplikasi yang akan mereka gunakan.

Tujuan dari pengujian beta adalah untuk menempatkan aplikasi Anda di tangan pengguna yang sebenarnya yang berada di luar tim teknik Anda untuk menemukan setiap kekurangan atau masalah dari perspektif pengguna akhir (Buche, 2021).

Proses / Tahapan UAT (User Acceptance Test)

Tentunya proses dalam UAT adalah pemeriksaan dan pengujian terhadap hasil perangkat lunak yang di buat. Hal-hal yang diperiksa meliputi apakah item-item yang ada dalam dokumen requirement sudah ada dalam perangkat lunak yang diuji atau tidak. Selanjutnya Item-item yang telah diketahui ada tersebut kemudian diuji agar diketahui apakah dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Untuk lebih jelasnya, menurut Venkatesh (2003) berikut adalah proses atau tahapan dari user acceptance test (UAT).

1. Menyusun rencana UAT

Rencana uji UAT menguraikan strategi yang akan digunakan untuk memverifikasi dan memastikan aplikasi memenuhi persyaratan bisnisnya. Tahap ini juga melibatkan penyusunan dokumen masuk dan keluar kriteria untuk UAT, test skenario, uji kasus pendekatan, jadwal pengujian, tanggal, lingkungan, aktor, peran dan tanggung jawab akan dilkaukan pada UAT rencana uji.

2. Desain UAT

Kriteria penerimaan yang dikumpulkan dari pengguna digunakan dalam langkah ini. Berdasarkan kriteria, tim QA (Quality assurance) memberi pengguna daftar kasus uji UAT. Proses ini juga meliputi dua tahap berikut ini.

  1. Identifikasi Skenario Pengujian dan Uji Kasus: Identifikasi skenario pengujian sehubungan dengan proses yang dibuat dan diuji dengan langkah yang jelas.
  2. Persiapan Data Uji: Sangat disarankan untuk menggunakan data langsung untuk UAT. Data sebaiknya diacak dan bukan data real untuk alasan privasi dan keamanan.

3. Eksekusi Uji UAT

Tahapan eksekusi uji UAT adalah tahap pelaksanaan kasus uji dan pelaporan bug (jika ada). Selanjutnya uji UAT juga dapat melakukan pengujian kembali jika bug setelah diperbaiki. Kasus Uji UAT membantu tim untuk menguji aplikasi secara efektif di lingkungan UAT. Setelah semua tes dijalankan dan hasilnya ada di tangan, Keputusan Penerimaan akan dibuat. Keputusan ini juga sering disebut sebagai keputusan Go / No-Go. Jika pengguna merasa puas, maka hasil uji UAT disebut dengan Go, jika tidak mak adisebut sebagai No-Go.

4. Konfirmasi tujuan bisnis yang dipenuhi

Analis Bisnis atau Penguji UAT harus mengonfirmasi berbagai tujuan bisnis yang telah dipenuhi menggunakan dokumen pengujian UAT. Pada tahap ini, konfirmasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa produk tersebut telah dianggap layak untuk diluncurkan ke lingkungan produksi. Hasil keluaran untuk pengujian UAT adalah test plan, skenario UAT, uji kasus, dan hasil uji. Kriteria yang harus dipertimbangkan sebagai keluaran UAT sebelum perangkat lunak pindah ke lingkungan produksi adalah sebagai berikut.

  1. Tidak ada cacat kritis yang terbuka
  2. Proses bisnis bekerja dengan memuaskan

5. Sign Off

Setelah berhasil menyelesaikan pengujian dan penyelesaian masalah tim secara umum, maka uji UAT dianggap berhasil menunjukkan penerimaan aplikasi. Jika pengguna telah menerima perangkat lunak, artinya perangkat lunak tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan siap diluncurkan ke lingkungan produksi dan sign off dapat dilakukan.

Tujuan dan Manfaat UAT

Menurut Dalimunthe & Wibisono (2013) Terdapat beberapa tujuan dan manfaat dari user acceptance test, yakni sebagai berikut.

Tujuan  UAT

  1. Menguji apakah sistem sudah sesuai dengan apa yang ada didalam spesifikasi fungsional sistem.
  2. Memberikan keyakinan bahwa sistem disampaikan memenuhi persyaratan bisnis baik sponsor dan pengguna.
  3. Melengkapi sejumlah tambahan yang telah disetujui.

Manfaat UAT

  1. Meningkatkan kepercayaan klien tentang potensi perangkat lunak untuk memenuhi persyaratan.
  2. Melalui identifikasi cacat, pengujian memastikan bahwa perangkat lunak stabil dan dalam kondisi yang bisa diterapkan.
  3. Kepuasan klien meningkat, karena mereka lebih yakin bahwa sistem sudah memenuhi persyaratan.
  4. Mendapatkan sistem yang sesuai dengan spesifikasi fungsional sistem.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan Sistem

Terdapat banyak faktor yang akan memengaruhi penerimaan sistem terhadap user. Salah satunya adalah faktor usability. Usability adalah pengalaman pengguna dalam berinteraksi dengan aplikasi atau suatu situs website sampai pengguna dapat mengoperasikannya dengan mudah dan cepat.

Terdapat bermacam cara untuk melakukan test usability dari suatu perangkat lunak. Beberapa di antaranya meliputi Technology Acceptance Model (TAM), system usability scale, GOMS. Terdapat pula metode evaluasi user interface lain yang dapat mengetahui tingkat user interface pada sebuah sistem yaitu dengan metode User Centered Systems Design.

Dalam metode User Centered Systems Design ini, evaluasi sistem terpusat pada interface menurut cara pandang user. User merupakan objek yang penting didalam pengembangan dan pembangunan sistem yang baik.

User interface terdiri dari menu layar (tampilan layar), ikon dan pergerakan gestur, serta command language. Kemudahan penggunaan (usability) merupakan isu yang krusial dalam Human Computer Interaktion (HCI), karena hal itu menjadi aspek penting untuk menilai kualitas dari antarmuka (interface) pengguna.

User interface yang baik dan menarik akan memberi kemudahan pengguna dalam menggunakannya. Prinsip kesederhanaan dalam membuat desain antarmuka (user interface) sangat penting karena jika antarmuka terlalu rumit, pengguna harus belajar lagi cara menggunakannya dan akan membuat mereka merasa kesulitan menggunakan sistem tersebut.

Pengguna sering menilai sistem dari interfacenya, bukan dari fungsinya. Jika desain user interface-nya buruk, maka itu sering jadi alasan untuk tidak menggunakan software tersebut. Desain harus bersifat user friendly yaitu suatu kondisi dimana kita bisa menggunakan sesuatu dengan mudah dan nyaman.

Lebih lanjut, Davis (1989) menjelaskan bahwa penyebab dari penolakan penerimaan sebuah sisteam oleh pengguna sistem informasi, menurutnya ditentukan oleh dua variabel dasar, yaitu:

  1. keyakinan kemudahan dalam pemakaian (perceived ease of use), dan
  2. keyakinan akan manfaat (perceived usefullness).

Menurutnya, kedua variabel ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap keinginan menggunakan dan kemudian akan mempengaruhi penggunaan sistem tersebut secara tidak langsung.

Referensi

  1. Black, Rex. (2009). Managing the testing process : practical tools and techniques for managing hardware and software testing, 3rd edition. Indiana : Wiley Publishing, Inc.
  2. Buche, M. W. (2021). Does Technology Acceptance Affect E-Learning in a NonTechnology Intensive Course?”, Journal of Information Systems Education, vol.23, no.1: 41 – 50.
  3. Dalimunthe, n., & wibisono, h. (2013). Analisis penerimaan sistem e-learning smk labor pekanbaru dengan menggunakan techology acceptance model (tam).
  4. Davis, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quartely.Vol.13 No.5: 319-339.
  5. Perry, William E. (2006). Effective methods for sotware testing 3rd edition. Indiana: Wiley Publishing, Inc.
  6. Udzlmd (2014). Acceptance in the Deployment of Blended Learning as Learning Resource in Information Technology and Computer Science Program. Brawijaya University, in Asia-Pacific Conference on Computer Aided System Engineering (APCASE): 131–135.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *