Pengertian Artikel

Artikel adalah jenis tulisan yang berisi pendapat, gagasan, pikiran, hingga kritik terhadap suatu persoalan yang tengah berkembang di masyarakat dan biasanya ditulis menggunakan bahasa ilmiah populer (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 131). Artinya, apa itu artikel adalah tulisan yang berisi pendapat mengenai fakta, fenomena, data, hingga kejadian tertentu yang ditulis menggunakan bahasa ilmiah namun tetap ringkas dan ringan untuk dibaca di surat kabar, majalah, hingga media online.

Dalam perkembangannya, terdapat dua jenis artikel yang paling populer, yakni artikel opini, dan artikel fakta, atau campuran dari keduanya. Pada dasarnya, artikel merupakan genre teks eksposisi, dan seperti eksposisi yang lainnya, suatu argumen itu terbagi menjadi dua jenis, yakni: fakta, dan opini.

Untuk itu, sangatlah penting untuk menyadari perbedaan antara keduanya. Terkadang sangatlah mudah bagi seseorang terjerumus oleh opini yang sebetulnya tidak terbukti. Sementara itu, berbagai fakta yang disajikan justru tidak digubris dan ditelaah karena sudah terlanjur menyetujui opininya yang kebetulan sama dengan pendapat pribadi pembacanya. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai perbedaan fakta dan opini.

Perbedaan Fakta dan Opini

Fakta adalah kenyataan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan telah dibuktikan oleh data yang konkret dan mencukupi. Fakta dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa. Fakta bersifat objektif dan tidak dapat diada-ada, artinya hal ini merupakan kenyataan yang terjadi dan bukan hanya sekedar pendapat.

Fakta memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. merupakan suatu kebenaran umum;
  2. menyertakan bukti berupa data-data yang akurat;
  3. mengungkapkan peristiwa yang benar-benar terjadi.

Contoh fakta:

  1. Tasikmalaya adalah salah satu kota yang berada di Jawa Barat.
  2. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 2,41 persen.
  3. Indeks kebahagiaan Kota Bandung pada tahun 2017 adalah sebesar 73,42 yang berarti sangat bahagia dan naik sebanyak 0,15 dari tahun sebelumnya berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh BPS.

Sementara itu, opini merupakan pendapat, pemikiran, atau pendirian seseorang terhadap suatu hal. Biasanya, opini digunakan untuk menjawab bagaimana dan mengapa. Tentunya opini bersifat sangat subjektif dan bukan berdasarkan fakta. Namun beberapa opini juga biasa diperkuat oleh data atau fakta kalau memang tersedia bukti konkretnya.

Contoh opini:

  1. Pendidikan Indonesia rasanya belum mengalami pertumbuhan juga.
  2. Seharusnya Bandung dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan asing.
  3. Majalengka tampaknya akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dengan didirikannya bandar udara internasional Kertajati.

Lalu seperti apa bentuk atau struktur dari teks yang berbentuk artikel? Di bawah ini adalah penjabarannya.

Struktur Artikel

Artikel kebanyakan disampaikan melalui opini yang diperkuat oleh fakta. Oleh karena itu, strukturnya akan banyak memuat unsur-unsur yang terdapat pada teks eksposisi. Struktur artikel setidaknya akan memuat beberapa bagian di bawah ini.

  1. Tesis
    Merupakan pendapat dan opini umum yang meliputi pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan penulis secara umum mengenai topik yang akan dibahas dalam artikel.
  2. Rangkaian argumen
    Berupa sejumlah pendapat, opini, atau argumen penulis sebagai penjelasan atas tesis yang telah dikemukakan. Bagian ini juga biasanya diperkuat oleh fakta dan data yang digunakan untuk memvalidasi argumen.
  3. Penegasan ulang
    Merupakan perumusan kembali secara ringkas mengenai tesis dan fakta yang telah disampaikan. Bagian ini juga dapat memuat rekomendasi berupa solusi konkret dari penulis.

Biasanya suatu artikel akan memiliki banyak rangkaian argumen untuk memperkuat tesis atau pendapat umum dan opini yang disajikan. Rangkaian argumen tersebut berupa berbagai opini mendetail dan spesifik dari pendapat umum yang telah disampaikan. Rangkaian argumen tersebut juga penting untuk disusun sekoheren (seterhubung dan sepadu) mungkin sehingga tidak mengaburkan inti dari opini yang disampaikan.

Unsur Kebahasaan Artikel

Unsur kebahasaan yang terdapat dalam artikel dan karya ilmiah memiliki persamaan karena penyajian isinya berdasarkan fakta yang dibeberkan melalui opini, bukan fiksi atau imajinasi. Berikut adalah unsur kebahasaan teks artikel yang harus dicermati menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 156).

Adverbia

Merupakan satuan bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar artikel dapat lebih meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang dapat dipertegas dengan penggunaan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti:  selalu, sering, kadang-kadang, biasanya, sebagian besar, dan jarang.

Konjungsi

Konjungsi atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Jenis konjungsi yang digunakan haruslah tepat guna agar memperkuat kebahasaan yang digunakan dalam artikel. Berikut adalah beberapa jenis konjungsi yang sering dijumpai pada artikel.

  1. konjungsi untuk menata argumentasi, meliputi: pertama, kedua, berikutnya;
  2. konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, selain itu, misalnya, seperti, padahal, justru, sebagai contoh;
  3. konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat, seperti: sejak, sebelumnya, dan sebagainya;
  4. konjungsi yang menyatakan harapan, contohnya: supaya, dan sebagainya.

Kosakata

Kosakata yang dimaksud adalah perbendaharaan kata. Agar teks artikel mampu menarik perhatian pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya konten teks yang menarik akan mencakup dan mempertimbangkan hal-hal berikut ini.

  1. Aktual, topik yang dibahas sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja terjadi.
  2. Fenomenal, yakni megah, besar, luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra.
  3. Editorial, artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar.
  4. Imajinasi, memberikan dan memancing daya pikir untuk membayangkan suatu peristiwa terhadap pembacanya.
  5. Modalitas, cara pembicara atau penulis menyatakan sikap terhadap suatu imajinasi dalam komunikasi antarpribadi dibuat berkarakter atau menarik. (barangkali, harus, dan sebagainya).
  6. Nukilan, kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda.
  7. Tajuk rencana, karangan pokok dalam suatu kumpulan berita dan konten surat kabar.
  8. Teks opini, yang berarti teks yang menjadi wadah untuk mengemukakan berbagai pendapat atau pikiran.
  9. Keterangan aposisi, keterangan yang memberi penjelasan kata benda. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma atau tanda pisah atau tanda kurung.

Kaidah Kebahasaan Artikel

Selain unsur kebahasaan yang harus diperhatikan, teks artikel juga memiliki kaidah kebahasaan penanda yang menjadikan suatu teks menjadi artikel. Ciri-ciri kebahasaan tersebut meliputi beberapa poin di bawah ini.

  1. Menggunakan kata-kata denotatif, yakni kata yang bermakna sebenarnya. Kata itu tidak bermakna hal lain ataupun dilebihkan maknanya seperti kata konotatif. Namun sebagian artikel juga akan menggunakan kata konotatif untuk memperindah dan mempopulerkan tulisannya.
  2. Menggunakan kata peristilahan atau kata teknis yang berkenaan dengan topik pembahasan. Contohnya, jika topik yang dibawakan mengenai kesehatan maka istilah teknis yang digunakan adalah: virus, bakteri, pola makan, suhu tubuh, dsb.
  3. Banyak menggunakan konjungsi yang menunjukkan hubungan argumentasi atau kausalitas. contohnya: sebab, karena, jika, dengan demikian, oleh karena itu, akibatnya.
  4. Dapat pula menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan keterangan waktu atau kronologis, seperti: sebelum itu, kemudian, pada akhirnya.
  5. Dalam artikel pola perbandingan, banyak memuat konjungsi yang menyatakan perbandingan/pertentangan seperti: sebaliknya, berbeda halnya, namun.
  6. Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verba), seperti: diharapkan, memperkirakan, memprihatinkan, menduga, menyimpulkan, berpendapat, berasumsi, dan mengagumkan.
  7. Banyak menggunakan kata-kata perujukan: menurut pendapat, berdasarkan data, merujuk pada pendapat.
  8. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti: sebaiknya, hendaklah, sebaiknya, harus, perlu. Selain itu.

Pola Penyajian Artikel

Menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 181) terdapat beberapa pola penyajian artikel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penulisan artikel, yakni:

  1. Pola pemecahan topik
    Artikel memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi beberapa subbagian atau subtopik yang lebih mengerucut agar dapat dianalisis dengan lebih fokus terhadap masing-masing bagian yang telah dipecah.
  2. Pola masalah dan pemecahannya
    Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah yang di bahas, baik itu masalah pokok maupun beberapa masalah turunannya yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan utama. Selanjutnya, penulis akan menganalisis sesuai dengan pendapat ahli atau pakar terkait dengan bidang ilmu yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
  3. Pola kronologi
    Pola kronologi akan menyajikan artikel sesuai dengan urutan waktu, kejadian, kebersinambungan, keberlanjutan bagaimana sesuatu itu terjadi yang dipaparkan secara runut dan runtut.
  4. Pola pendapat dan alasan pemikiran
    Pola ini baru dipakai jika penulis artikel ingin menyampaikan pendapat, gagasannya sendiri. Argumen langsung disampaikan dengan jelas dan bila perlu dapat ditambahkan perbandingan, atau bukti yang menguatkannya.
  5. Pola pembandingan
    Pembanding atau gaya penulisan komparatif membandingkan dua aspek atau lebih dari satu topik untuk menunjukkan persamaan atau perbedaannya, sehingga dapat menarik kesimpulan untuk suatu solusi atau gambaran yang lebih baik dari hal yang dibahas.

Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gabung ke Percakapan

5tare

  1. Kok ada unsur kebahasaan sama kaidah kebahasaan? Bukannya kedua hal itu sama ya?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *