Pengertian Model Komunikasi

Model komunikasi adalah deskripsi sederhana mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi dengan cara merepresentasikan secara abstrak ciri pentingnya dan menghilangkan rincian tidak pentingnya (Sereno & Mortensen, 2018, hlm. 53). Singkatnya, model komunikasi adalah gambaran dari suatu fenomena komunikasi dan hanya menyebutkan hal terpentingnya saja. Misalnya, maket bangunan adalah model dari bangunan yang sebenarnya, dan hanya menggambarkan bentuk bangunan saja, tidak dengan siapa saja isi bangunan itu, untuk keperluan apa saja bangunan itu, dan kapan akan digunakan.

Dengan kata lain, model komunikasi adalah representasi sistematik yang menggambarkan potensi dan aspek tertentu dari proses komunikasi. Melalui pemodelan ini kita dapat mengetahui sebetulnya proses dan faktor apa saja yang membuat suatu komunikasi dapat berjalan sehingga mampu membuat generalisasi yang dapat diterapkan pada komunikasi apa pun. Seperti yang diungkapkan oleh Hariyanto (2021, hlm. 91) bahwa model adalah gambaran analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan.

Sementara itu, menurut Mukarom (2020, hlm. 47) model komunikasi sebagai cara menunjukkan sebuah objek yang di dalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran, dan hubungan antara unsur-unsur yang mendukungnya. Artinya, model juga merupakan penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga berfungsi sebagai alat bantu untuk mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan merepresentasikannya secara abstrak (ringkas).

Sedangkan menurut Severin & Tankard, Jr (dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 54) model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan sehingga dapat berfungsi sebagai basis bagi suatu teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan teori, dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep.

Dari pengertian model komunikasi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting dan dikemas secara ringkas guna memahami suatu proses komunikasi (Mukarom, 2020, hlm. 47).

Fungsi Model Komunikasi

Wiseman & Barker (dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 54) mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi, yaitu:

  1. Melukiskan proses komunikasi;
  2. Menunjukkan hubungan visual;
  3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

Sementara itu, menurut Deutsch (dalam Hariyanto, 2021, hlm. 92) terdapat empat fungsi model komunikasi yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Organizing Function,
    mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati. Suatu model memberi gambaran umum suatu keadaan tertentu yang berbeda.
  2. Explaining,
    menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tdk diketahui (heuristik).
  3. To Predict,
    sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi outcome atau keadaan dari suatu peristiwa.
  4. Mengukur Fenomena (Pengukuran),
    Dalam menjalankan fungsinya untuk mengukur fenomena, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menilai suatu model komunikasi, yakni: a) Seberapa umum (general) model tersebut?; b) Seberapa banyak bahan yang diorganisasikan dan seberapa efektif?; c) Seberapa heuristik model tersebut? (apakah membantu menemukan hubunganhubungan baru, fakta atau metode); d) Seberapa penting prediksi yang dibuat model tersebut bagi penelitian?; e) Seberapa akurat pengukuran yang dapat dikembangkan dgn model tersebut?; f) Seberapa strategis prediksi itu pd tahap perkembangan bidang tersebut?

Manfaat Model Komunikasi

Boss (dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 55) menyebutkan beberapa manfaat model sebagai berikut.

  1. Model dapat menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah, bila model awal tidak bisa memprediksi. Ketika suatu model diuji, karakter kegagalan kadang-kadang dapat memberikan petunjuk mengenai kekurangan model tersebut. Sebagian kemajuan ilmu pengetahuan justru dihasilkan dari kegagalan sebuah model.
  2. Terbukanya problem abstraksi. Dunia nyata adalah lingkungan yang sangat rumit. Sebuah apel, misalnya, mempunyai banyak sifat, ukuran, bentuk, warna, dan sebagainya. Dalam memutuskan apakah apel itu akan dimakan atau tidak, hanya sebagian sifat apel ini yang dipertimbangkan.
  3. Penggunaan model komunikasi juga dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru. Hal itu dapat menyarankan eksperimen awal untuk memastikan karakter mana yang relevan untuk pengambilan keputusan.

Sementara itu, menurut Ross (dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 56) model komunikasi dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

  1. Model memberi penglihatan yang lain, berbeda, dan lebih dekat, model menyediakan kerangka rujukan, menyarankan kesenjangan informasional, menyoroti problem abstraksi, dan menyarakan suatu masalah dalam bahasa simbolik bila terdapat peluang untuk menggunakan gambar atau simbol.
  2. Model komunikasi juga banyak memberikan manfaat, terutama kepada ilmuan, untuk memperjelas teori yang mereka kemukakan.
  3. Model juga memberikan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah yang mungkin timbul, memberi peluang akan terbukanya problem abstraksi, dan memberikan penglihatan berbeda atau lebih dekat.
  4. Model-model komunikasi memberikan gambaran tentang struktur dan hubungan fungsional dari unsur atau faktor yang ada dalam suatu sistem. Melalui model kita akan dapat memahami dengan lebih mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur/faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam konteks individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok atau organisasi maupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas.

Model-Model Komunikasi

Terdapat ratusan model komunikasi yang pernah dipublikasikan di dunia. Setiap model itu tidak ada yang sempurna, karena model satu akan mengisi kekurangan yang ada pada model lainnya. Berikut adalah beberapa contoh model komunikasi dasar yang telah banyak digunakan oleh para ahli.

Model Stimulus-Respon (SR)

Model SR atau model stimulus-respon adalah model komunikasi yang dipengaruhi aliran psikologi behavioristik yang menggambarkan perilaku manusia berdasar pada reward (ganjaran setimpal) dan punishment (sanksi setimpal) (Yusuf, 2021, hlm. 32). Oleh karena itu model ini menggambarkan hubungan stimulus-respon dari peserta komunikasi, menunjukkan proses aksi-reaksi (positif-positif, negatif-negatif), bersifat timbal balik dan memiliki banyak efek dan setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act) berikutnya.

Kritik yang diberikan untuk model ini adalah komunikasi dianggap statis; perilaku dianggap perilaku dari luar; bukan kehendak, kemauan bebas.

Model Aristoteles

Model Aristoteles disebut pula model retoris (rhetorical model) atau komunikasi publik, yang terdiri dari Pembicara (speaker), pesan (message), pendengar (listener). Model ini lebih menekankan pada komunikasi persuasi efektif; dengan isi pidato, susunanannya, dan cara penyampainnya.

Model ini juga menekankan komunikator sebagai sentral. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator harus memiliki apa yang disebutnya sebagai ethos (kredibilitas/ keterpercayaan), logos (logika pendapat), pathos (emosi khalayak). Kritik yang dihasilkan dari model Aristoteles adalah bahwa komunikasi dianggap statis dan mengabaikan pesan nonverbal.

Model Lasswell

Seperti namanya, model ini dikemukakan oleh Harold D. Lasswell pada tahun 1948. Melalui model ini, Lasswell menggambarkan proses komunikasi dan fungsinya dalam masyarakat. Menurutnya ada tiga (3) fungsi komunikasi atau media massa, yaitu:

  1. Pengawasan (surveilance).
    Yakni, fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin politik dan diplomat
  2. Korelasi (correlation).
    Fungsi korelasi (mengumpulkan respons atas informasi baru) diemban oleh pendidik, penceramah dan jurnalis
  3. Transmisi warisan sosial (transmission of social heritage).
    dilaksanakan oleh anggota keluarga dan pendidik sosial (Yusuf, 2021, hlm. 34).

Model Lasswell adalah salah satu model komunikasi yang paling populer. Model ini mampu menggambarkan unsur-unsur komunikasi yang harus ada dalam proses komunikasi massa yang dapat dirincikan sebagai berikut.

  1. Who (komunikator).
  2. Says what (pesan).
  3. In which channel (saluran/media).
  4. To whom (komunikan).
  5. With what effect (efek media) (Yusuf, 2021, hlm. 35).

Dari model Lasswell ini, dikenal beberapa studi yang selama ini dikenal di bidang ilmu komunikasi yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Who
    Studi gatekeeping dalam mengendalikan pesan (redaktur berita, sutradara dalam film dll.).
  2. Says what?
    Studi isi dan desain pesan (berita, iklan, film, animasi dll).
  3. To whom
    Studi khalayak, misalnya sikap pemilih dalam pemilu.
  4. In which channel
    Studi media (TV, Suratkabar, Media Sosial dll).
  5. With what effect
    Studi efek, misalnya studi difusi dan kredibilitas komunikator. Kritik untuk model ini adalah komunikasi dianggap memiliki motif dan tujuan tertentu dan menyederhanakan masalah (Yusuf, 2021, hlm. 35).

Kritik untuk model ini adalah komunikasi dianggap memiliki motif dan tujuan tertentu dan menyederhanakan masalah.

Model Shanon dan Weaver

Model ini dikemukakan oleh Claude Shanon dan Warren Weaver tahun 1949 dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Model Shanon and Weaver dianggap salah satu model yang paling kuat pengaruhnya yang pada dasarnya model ini hendak menjawab pertanyaan “apa yang terjadi pada informasi sejak saat dikirimkan hingga diterima?” (Yusuf, 2021, hlm. 36).

Apabila dirincikan, model ini akan membagi komunikasi menjadi beberapa komponen berikut ini.

  1. Sumber informasi (information source); komunikator; media.
  2. Pemancar (transmitter/mekanisme yang menghasilkan kata yang terucapkan) mengubah pesan menjadi sinyal sesuai dengan saluran yang digunakan.
  3. Saluran (channel/udara) adalah medium yang menyampaikan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver/mekanisme pendengaran).
  4. Sasaran (destination/otak) yang menjadi tujuan pesan.
  5. Gangguan (noise) psikologis dan fisik.
  6. Redundansi (pengulangan) dan entropi (ketidakpastian).

Dalam model ini, semakin banyak gangguan, semakin besar pula kebutuhan akan redundansi pesan yang mengurangi entropi relatif pesan. Model ini dapat diterapkan pada komunikasi antarpribadi, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Kritik untuk model ini adalah komunikasi dianggap statis dan tidak ada umpan balik.

Model S-O-R

S-O-R adalah kepanjangan dari Stimulus-Organism-Response yang sebenaranya berasal dari studi psikologi. Hal itu tidak mengherankan, dikarenakan psikologi dan komunikasi mempunyai objek material yang sama, yaitu manusia, yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut model SOR, efek yang ditimbulkan dari suatu aktifitas komunikasi adalah reaksi khusus dari stimulus yang khusus pula (Yusuf, 2021, hlm. 38). Seseorang pada akhirnya dapat memprediksi respon apa yang akan diterima dari terpaan pesan yang diterima dan kesesuaian antara pesan dan respon yang timbulkan.

Dengan demikian, model ini dekat dengan pertanyaan: how to communicate, dan pada tahap selanjutnya adalah: how to change the attitude?

Model ini sangatlah tepat untuk mengukur strategi pesan, baik dalam komunikasi interpersonal, komunikan organisasi maupun komunikasi massa. Kritik untuk model ini adalah penyederhaan model yang tidak mencantumkan komunikator (sumber pesan).

Model SMCR (Berlo)

Model SMCR dikenalkan oleh David K. Berlo pada tahun 1960 (Yusuf, 2021, hlm. 40). SMCR adalah kepanjangan dari S (source), M (message), C (channel), dan R (receiver). Model ini dapat menjelaskan bahwa sumber pesan harus mempunyai skil komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan lingkungan budaya komunikator dan komunikannya.

Ada perbedaan mendasar antara konsep receiver dalam model Shanon Weaver dengan receiver dalam model Berlo ini. Receiver bagi Berlo identik dengan penerima pesan atau orang, baik itu orang, audiens, pembaca maupun pendengar. Sedangkan receiver dalam model model Shanon Weaver lebih dekat dengan konsep decoder Schramm yang menyebut decoder adalah mekanisme pendengaran (bukan orang), perangkat penerima pesan (telepon, radio, televisi, ponsel) yang menyampaikan pesan kepada sasaran (destination).

Kritik untuk model ini adalah tidak mencantumkan umpan balik dan menganggap komunikasi sebagai proses statis. Namun demikian, model ini tidak terbatas untuk diterapkan pada komunikasi publik dan komunikasi massa, namun juga dapat diterapkan ke dalam komunikasi antarpribadi dan komunikasi tertulis lain.

Referensi

  1. Hariyanto, D. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo: Umsida Press.
  2. Karyaningsih. (2018). Ilmu komunikasi. Yogyakarta: Samudra Biru.
  3. Mukarom, Z. (2020). Teori-teori komunikasi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
  4. Yusuf, F.M. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ilmu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *