Posted inFilsafat

Logika – Pengertian, Objek Kajian, Jenis, Manfaat & Penalaran

Logika berasal dari kata Yunani kuno “logos” yang berarti “kata”, “ucapan”, atau “alasan”. Dalam konteks ini, maksud dari “logos” dapat diartikan sebagai hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Kata logika untuk pertama kali muncul pada abad ke-1 sebelum masehi oleh seorang filsuf bernama Cicero. Namun demikian, pada masa itu logika masih bermakna “seni berdebat”. Baru pada sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi, Alexander Aphrodisias menggunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya suatu pemikiran.

Posted inPendidikan

Teori-Teori Belajar Menurut Para Ahli

Teori belajar merupakan upaya untuk menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga dapat membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Tentunya setelah mengetahui dan memahami bagaimana proses belajar terjadi, kita dapat memanfaatkan berbagai celah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi dan efisiensinya dalam pembelajaran.

Posted inPendidikan

Teori Belajar Sosial (Observational Learning)

Secara umum, teori belajar sosial mengemukakan bahwa belajar dalam situasi sosial kehidupan sehari-hari akan memberikan penguatan (reinforcement) yang baik. Penguatan tersebut hadir karena individu yang belajar mampu mengamati berbagai macam model, seperti model-model di dalam keluarga sendiri, teman-teman sejawat, televisi (selebriti), dsb. Semua situasi sosial (pergaulan) tersebut berpengaruh penting terhadap belajar.

Posted inPendidikan

Teori Belajar Humanistik : Pengertian, Ciri, Tujuan & Prinsip

Pada dasarnya kata “Humanistik” merupakan istilah yang memiliki banyak makna tergantung dari konteksnya. Misalnya, humanistik dalam wacana keagamaan berarti tidak percaya adanya unsur supranatural atau nilai transendental serta keyakinan manusia tentang kemajuan melalui ilmu dan penalaran. Di sisi lain, humanistik dapat berarti minat terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat ketuhanan. Sedangkan humanistik dalam tataran akademik tertuju pada pengetahuan tentang budaya manusia, seperti studi-studi klasik mengenai kebudayaan Yunani dan Roma (Qodir, 2017, hlm. 191).

Posted inPendidikan

Teori Belajar Konstruktivisme – Pengertian, Ciri, Prinsip, dsb

Dalam konstruktivisme, pembelajaran bukanlah proses mentransfer ilmu, namun harus dibangun (constructed) sendiri oleh peserta didik. Dengan demikian, pusat pembelajaran harus dapat dilakukan secara mandiri oleh peserta didik. Guru atau pendidik dalam konstruktivisme hanya berperan sebagai fasilitator saja. Ini sebabnya, teori belajar ini melahirkan banyak pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang berbasis student-centered atau berpusat pada siswa.

Posted inPendidikan

Teori Belajar Behavioristik – Pengertian, Ciri, Kelebihan & Kekurangan

Teori behavioristik merupakan salah satu dari beberapa teori belajar yang ada. Seperti namanya yang berasal dari kata “behavior” yang berarti “perilaku” dalam bahasa Inggris, teori belajar ini mengedepankan perilaku sebagai indikator atau hal utama yang diperhatikan dalam proses belajar. Menariknya, teori ini juga mengatakan bahwa manusia dikendalikan oleh lingkungannya. Hal tersebut karena lingkungan dianggap menjadi stimulus, dan tingkah laku kita adalah respons terhadap stimulus tersebut.

Posted inPendidikan

Aliran-aliran Pendidikan Klasik

Pendidikan merupakan bidang yang digeluti tidak hanya dalam kacamata memberikan pembelajaran saja. Efektivitas, efisiensi, dan efikasi dalam melaksanakannya adalah hal yang tak pernah surut dicari pula dalam pengarungannya. Oleh karena itu, dari masa ke masa, telah banyak bermunculan aliran-aliran pendidikan yang tentunya selalu diharapkan mampu memaksimalkan proses pendidikan.

Posted inFilsafat

Teori Mimesis dan Kreasi (Plato dan Aristoteles)

Mimesis adalah teori yang menganggap semua karya seni sebagai tiruan alam atau kehidupan. Bahkan kata mimesis sendiri dalam bahasa Yunani secara tersirat bermakna “tiruan”. Mimesis merupakan teori yang telah lama diajukan oleh salah satu pelopor filosof di dunia ini, yaitu Plato. Mengapa demikian? Bukankah seandainya ketika kita melukiskan pemandangan alam, proses penciptaanya tetap melibatkan imajinasi kita sendiri? Seandainya kita menggambarkan suatu peristiwa dalam karya sastra, tetap akan melibatkan sudut pandang kita sendiri?