Teori motivasi atau proses mental konasi merupakan salah satu gejala jiwa berupa kehendak untuk melakukan suatu sikap dan perilaku. Dalam psikologi, motivasi dan motif merupakan salah satu gejala kejiwaan yang berpusat di otak dan disebut sebagai proses mental yang terdiri atas konasi atau motivasi itu sendiri, afeksi (perasaan) yang bertalian dengan emosi, dan kognisi yang berkaitan dengan proses berpikir dan penyimpanan informasi.

Motif

Motivasi sejatinya diawali oleh motif. Baik hewan maupun manusia dalam bertindak selain ditentukan oleh faktor luar, juga ditentukan oleh faktor dalam, yaitu berupa kekuatan yang datang dari organisme yang bersangkutan untuk mendorong dirinya sendiri dalam bertindak atau berperilaku. Dorongan yang datang dari dalam untuk berbuat itu disebut sebagai motif (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 121).

Motif berasal dari Bahasa latin movere yang berarti “bergerak” atau to move (Bahasa Inggris). Dengan demikian, secara etimologis, motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Seperti yang diungkapkan oleh Saleh (2018, hlm. 121) bahwa motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.

Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Hamzah dalam Asrori, 2020, hlm. 54). Pengertian motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan (Asrori, 2020, hlm. 54).

Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait-mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif itu disebut sebagai motivasi.

Motivasi

Jika seseorang ingin mengetahui mengapa seseorang berbuat atau berperilaku ke arah sesuatu seperti yang tengah ia lakukan, maka orang tersebut terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi (motivated behavior). Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organism yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Saleh, 2018, hlm. 122).

Sementara itu, menurut Mc. Donald (dalam Asrori, 2020, hlm. 55) yang dimaksud motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya Santrock (dalam Asrori, 2020, hlm. 55) motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Winardi (dalam Asrori, 2020, hlm. 55) kemudian mempertegas pendapat di atas dengan menambahkan bahwa motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang yang merangsangnya untuk melakukan tindakan. Berdasarkan beberapa pengertian motivasi menurut para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan seseorang dalam melakukan suatu keinginan atau usaha demi tercapainya tujuan yang diinginkan (ASrori, 2020, hlm. 55).

Perbedaan Motif dan Motivasi

Dalam psikologi, motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul pada diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan akhir daripada tindakan atau perbuatan.

Misalnya seseorang baru lulus universitas dan sedang mencari pekerjaan. Dia sangat bermotivasi dalam mencari pekerjaan itu. Ia juga bahkan rajin membaca iklan lowongan kerja, rajin menulis surat lamaran, dan ketika ada panggilan untuk mengikuti wawancara ia bangun pagi-pagi sekali, mandi, bersiap-siap dan segera berangkat agar tidak terlambat. Sementara itu, motifnya sendiri untuk mencari kerja adalah untuk membantu orang tuanya yang sudah pensiun, di samping ia ingin belajar mandiri.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan terbesar antara motif dan motivasi adalah bahwa motivasi merupakan berbagai sikap dan perilaku yang dihasilkan oleh dorongan tertentu, dan motif itu sendiri adalah suatu dorongan itu sendiri yang dapat mengakibatkan seseorang termotivasi.

Jenis-Jenis Motivasi/Motif

Motivasi atau motif itu sendiri tentunya memiliki macam atau jenis yang berbeda-beda. Beberapa macam di antaranya adalah sebagai berikut.

Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), dan motivasi yang didasarkan pada sebuah “nilai” dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar (Saleh, 2018, hlm. 127). Misalnya, murid mungkin akan termotivasi untuk belajar dalam menghadapi suatu ujian mata pelajaran karena ia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri.

Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan) (Saleh, 2018, hlm. 127). Motivasi ekstrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid.

Motif Fisiologis

Motif fisiologis ini pada umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar (Saleh, 2018, hlm. 128). Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup, karena itu motif ini disebut basic motives atau motif primer.

Motif Sosial

Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Berkaitan dengan motif sosial, maka memahami motif ini adalah hal yang penting untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku individu atau kelompok. McCelland (Saleh, 2018, hlm. 129) berpendapat bahwa motif sosial dapat dibedakan atas:

  1. kebutuhan akan berprestasi,
  2. motif afiliasi atau kebutuhan berafiliasi, dan
  3. motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa.

Motif Eksplorasi Woodworth & Marquis

Maksud motif ini adalah motif untuk mengatakan eksplorasi terhadap lingkungan. Menurut mereka terdapat bermacam-macam motif, yaitu sebagai berikut.

  1. Motif Organis
    Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme, seperti makan, minum, seks, kebutuhan akan udara segar, kebutuhan untuk aktif dan istirahat.
  2. Motif Darurat
    Yaitu motif yang bergantung pada keadaan di sekitar atau di luar organisme, di mana organisme harus mengambil langkah untuk menghindari bahaya, mengatasi hambatan.
  3. Motif Objektif
    Merupakan motif yang bergantung pada lingkungan organisme, juga termasuk motif eksplorasi, motif manipulasi yaitu motif untuk menguasai keadaan sekitarnya, minat (interest) yaitu motif yang timbul karena organisme tertarik pada suatu objek (Saleh, 2018, hlm. 131).

Motif Aktualisasi Diri Maslow

Motif aktualisasi diri merupakan motif yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi, di bawah ini adalah tingkatan kebutuhan menurut Maslow.

  1. Self-actualization (aktualisasi diri)
  2. Self-esteem (kebutuhan akan penghargaan)
  3. Belongingness and love needs (kebutuhan akan kepercayaan dan kasih sayang)
  4. Safety needs (kebutuhan akan rasa aman)
  5. Psyologiccal needs (kebutuhan akan fisiologis)

Jenis Motivasi menurut Murray

Murray mengemukakan terdapat dua puluh kebutuhan yang pada umunya akan mendorong atau memotivasi manusia untuk bertindak atau berperilaku. Menurut Murray (dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 130-131) dua puluh kebutuhan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Merendah atau merendahkan diri (abasement), yaitu menerima celaan atau cercaan orang lain. Merendahkan diri dalam menghadapi orang lain, menerima hukuman bila melakukan kesalahan.
  2. Berprestasi (achievement), yaitu motif uang berkaitan dengan untuk memperoleh prestasi yang baik, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, mengerjakan tugas-tugas secepat mungkin dan sebaik-sebaiknya.
  3. Affiliasi (affiliation), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan berteman, untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
  4. Agresi (aggression), yaitu motif yang berkaitan dengan sikap agresivitas, melukai orang lain, berkelahi,menyerang orang lain.
  5. Otonomy (autonomy), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan kebebasan, bebas dalam menyatakan pendapat, ataupun berbuat, tidak menguntungkan kepada orang lain, mencari kemandirian.
  6. Counteraction, yaitu motif yang berkaitan dengan usaha untuk mengatasi kegagalan-kegagalan, mengadakan tindakan sebagai counternya.
  7. Pertahanan (defedance), yaitu motif yang berkaitan dengan pertahanan diri.
  8. Hormat (deference), yaitu motif yang berhubungan dengan rasa hormat, berbuat seperti apa yang diharapkan orang lain.
  9. Dominasi (dominance), yaitu motif yang berhubungan dengan sikap menguasai orang lain, menjadi pemimpin, membantah pendapat orang lain. Ingin mendominasi orang lain.
  10. Exhibisi atau pamer (exhibition), yaitu motif yang berkaitan dengan exhibisi atau pamer, menonjolkan diri supaya dilihat orang lain, ingin menjadi pusat perhatian.
  11. Penolakan kerusakan (harmovoidance), yaitu motif berusaha menolak hal-hal merugikan, yang menyakitkan badan, menolak rasa sakit, menolak hal-hal yang merugikan dalam kejasmanian, menghindari hal-hal yang membahayakan.
  12. Infavoidance, yaitu motif yang berkaitan dengan usaha menghindari hal-hal yang memalukan, hal-hal yang membawa kegagalan.
  13. Memberi bantuan (nurturance), yaitu motif yang berkaitan dengan memberi bantuan atau menolong kawan atau orang lain, memperlakukan orang lain dengan baik, kasih sayang kepada orang lain.
  14. Teratur (order), yaitu motif untuk keteraturan, kerapian, menunjukkan keteraturan dalam segala hal.
  15. Bermain (play), yaitu motif yang berkaitan dengan bermain, refleks, kesenangan, melawak, menghindari hal-hal yang menegangkan.
  16. Menolak (rejection), yaitu motif untuk menolak pihak lain, orang lain, menganggap sepi orang lain.
  17. Sentience, yaitu motif untuk mencari kesenangan terhadap impresi yang melalui alat-alat indera (sensuous impression).
  18. Seks (sex), yaitu motif yang berkaitan dengan kegiatan seksual.
  19. Bantuan atau pertolongan (succorance), yaitu motif yang berkaitan untuk memperoleh simpati atau bantuan orang lain, untuk bergantung pada pihak lain.
  20. Mengerti (understanding), yaitu motif untuk menganalisis pengalaman, untuk memilah konsep-konsep, menyintesiskan ide-ide, menemukan hubungan satu dengan yang lain.

Fungsi Motivasi

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Motivasi juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang positif baik bagi dirinya maupun orang lain. Beberapa fungsi motivasi di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
    Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
  2. Motif itu menentukan arah perbuatan.
    Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.
  3. Motif itu menyeleksi perbuatan kita.
    Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang benar-benar ingin mencapai gelarnya segai sarjana, tidak akan menghambur-hamburkan waktunya dengan berfoya-foya/bermain kartu, sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 135).

Teori Teori Motif/Motivasi

Dari penjelasan sebelumnya dapat dilihat bahwa banyak teori yang diajukan oleh para ahli mengenai motif dan motivasi ini. Beberapa teori yang diajukan yang memberi gambaran tentang seberapa jauh motif dan motivasi dalam memengaruh perilaku manusia adalah sebagai berikut.

Teori Insting

Wiliam Jammes mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh insting. Insting adalah suatu proposisi (kecenderungan) yang ditentukan oleh secara genetis untuk berperilaku dengan cara tertentu bila dihadapkan pada rangsang-rangsang tertentu.

Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini didasarkan atas determinan-determinan yang sifatnya biologis. Clark Leonard Hull dan kawan-kawan berpendapat, bahwa bila tubuh organisme kekurangan zat tertentu, seperti lapar atau haus, maka akan timbul suatu ketegangan tubuh, keadaan ini akan mendorong organisme untuk menghilangkan ketegangan dengan makan atau minum.

Teori Atribusi

Teori ini melandaskan pemikirannya tidak pada determinan-determinan biologis melainkan psikologis dan lingkungan. Menurut Fritz Heider, seorang ahli terkemuka, perilaku tergantung dari kombinasi antara daya –daya efektif dalam diri individu dan daya-daya efektif dari lingkungan. Orang yang cenderung beranggapan bahwa perilakunya didorong oleh faktor-faktor di luar dirinya disebut mempunyai lokus kontrol eksternal, sedangkan orang-orang yang beranggapan bahwa perilakunya didorong oleh faktor-faktor di dalam dirinya disebut locus kontrol internal, mereka terakhir ini yang dipandang lebih mandiri dan bertanggung jawab atas perilakunya.

Teori Harapan

Victor E. Vroom pencetus teori harapan dan pendukungnya beranggapan bahwa motivasi merupakan produk kombinasi antara besarnya keinginan seseorang untuk mendapatkan reward tertentu (valensi), besarnya kemungkinan untuk menyelesaikan tugastugas yang diperlukan (harapan) dan keyakinan bahwa prestasinya tersebut akan menghasilkan hadiah yang ia inginkan (instrumentalitas).

Aktualisasi Diri

Manusia adalah makhluk rasional, oleh karena itu setiap rangsang akan mengalami prosess kognitif sebelum terjadinya suatu respons. Seorang tokoh psikoanalitis, C. G. Jung menyatakan bahwa motif tertinggi manusia dalah mengembangkan kapasitas atau potensi-potensinya setinggi mungkin, motif ini dinamakan aktualisasi diri. Istilah aktualisasi diri kemudian dikembangkan berdasarkan penelitian-penelitian.

Rogers dan Maslow. Rogers berpendapat perilaku manusia dikuasai oleh the actualizing tendency, yaitu suatu kecenderungan inheren manusia untuk mengembangkan kapasitasnya sedemikian rupa guna memelihara dan mengembangkan diri. Motivasi yang timbul ini dapat meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kreativitas.

Teori Motif Berprestasi

Pada tahun 1940-an John Atkinson dan David Mc Clelland mempelajari motivasi untuk keperluan yang lebih luas, mereka yakin bahwa pengetahuan akan faktor-faktor yang mendasari manusia mempunyai dampak yang amat luas, hasil-hasil penelitian mereka menghasilkan teori motivasi berprestasi yang bermanfaat yang dampaknya di bidang ekonomi cukup luas dan mendalam. Mc Clelland membedakan tiga kebutuhan utama yang mempengaruhi perilaku manusia , yaitu:

  1. kebutuhan berprestasi atau n-ach,
  2. kebutuhan untuk berkuasa atau n-power,
  3. kebutuhan untuk berafiliasi atau n-affiliasi.

Frustasi dan Konflik

Saat seseorang tidak mampu menggapai tujuan atau keinginannya, maka ia akan mengalami frustasi. Frustasi ini dapat dikatakan sebagai gejala kebalikan dari motivasi karena seseorang yang mengalami frustasi tidak memiliki kehendak untuk menyelesaikannya. Faktor yang menyebabkan frustasi tentunya ada banyak hal, namun salah satu penyebab utamanya adalah karena adanya konflik dalam diri individu. Penjelasan lengkap mengenai frustasi dan konflik dapat disimak pada link di bawah ini.

Baca juga: Pengertian Frustasi dan Konflik sebagai Gejala Kehendak

Referensi

  1. Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.
  2. Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.
  3. Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *