Diterbitkan padaPsikologi

Obedience (Kepatuhan): Pengertian, Aspek, Dimensi, Faktor & Penelitian

Obedience atau kepatuhan adalah suatu bentuk pengaruh sosial di mana seseorang melakukan suatu tindakan karena diperintah oleh individu lain (Baron & Byrne dalam Mulyadi dkk, 2016, hlm. 10). Kepatuhan ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan konformitas (berubah karena kemauan sendiri) dan compliance (patuh karena kesepakatan). Kepatuhan biasanya hanya terjadi pada setting tertentu seperti pada gaya kepemimpinan komando di angkatan bersenjata. Seperti yang diungkapkan oleh McLeod…

Diterbitkan padaPsikologi

Compliance (Kesepakatan yang Menghasilkan Kepatuhan) dalam Psikologi Sosial

Compliance adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung dari seseorang kepada orang lain (Baron & Byrne dalam Mulyadi dkk, 2016, hlm. 6). Dalam Bahasa Indonesia, compliance dapat diterjemahkan sebagai kepatuhan atau kesepakatan. Namun demikian compliance yang dimaksud dalam psikologi sosial lebih ke arah penelitian mengapa kesepakatan dapat terjadi pada setiap individu, bukan seperti kepatuhan pada tax compliance. Sementara itu studi mengenai kepatuhan dalam psikologi sosial disebut sebagai obidience.

Diterbitkan padaPsikologi

Konformitas: Pengertian, Faktor, Alasan & Dampak pada Berbagai Bidang

Konfromitas merupakan salah satu pengaruh sosial yang dapat mengubah individu menjadi lebih sesuai dengan kelompok sosialnya. Tokoh psikologi sosial Muzafer Sherif pernah melakukan eksperimen mengenai konformitas menggunakan eksperimen titik sinar. Ketika individu melihat sendiri, titik sinar tersebut dipersepsi diam, akan tetapi ketika dilihat bersama-sama kelompoknya, titik itu dipersepsi bergerak. Padahal kenyatannya titik sinar itu sebetulnya tidak pernah bergerak dan tetap diam, namun pendapat kelompok telah mengubah pendapat individu bahwa seakan-akan titik tersebut kini bergerak (Suryanto dalam Maryam, 2018, hlm. 3). Inilah yang disebut sebagai kon…

Diterbitkan padaVideo Pembelajaran

Cara Mengkritik yang Sebenarnya: Langkah Menulis Kritik yang Baik & Benar

Kritik identik dengan ungkapan bahkan celaan ketidaksetujuan akan suatu hal yang dilakukan oleh seseorang. Padahal kritik yang sebenarnya adalah tanggapan baik-buruk suatu hal yang dilakukan berdasarkan analisis dan kajian mendalam sebagai bahan evaluasi untuk suatu hal yang dikritik, baik itu kritik seni, esai terhadap kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Ketahui langkah-langkah konkret untuk menulis kritik yang baik berdasarkan esensi dasar dari kritik itu sendiri dengan menonton video ini.

Diterbitkan padaPsikologi

Hubungan Erat & Cinta: Mengapa, Ciri, Komponen, Penyebab Kegagalan

Hubungan erat atau akrab bahkan cinta muncul ketika interaksi sosial menghasilkan daya tarik dan ketertarikan yang cukup signifikan. Selain dari ketertarikan, hubungan erat juga terjadi karena faktor intimacy atau kedekatan, pertukaran (exchange), dan adanya perasaan cinta. Artinya, dapat dikatakan bahwa hubungan erat adalah hubungan interpersonal yang signifikan karena terjadi ketertarikan, kedekatan, atau pertukaran yang dianggap menguntungkan atau menyenangkan bagi kedua individu terlibat.

Diterbitkan padaPsikologi

Daya Tarik Interpersonal: Mengapa Kita Menyukai Orang Lain?

Daya tarik interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain di mana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka (Mulyadi dkk, 2016, hlm. 13). Dalam proses interaksi sosial, seseorang memiliki ketertarikan kepada orang lain karena adanya pengalaman yang berharga dengan orang lain tersebut. Pengalaman ini menciptakan respon emosi yang positif sehingga menguatkan keinginan seseorang untuk selalu bersama orang lain tersebut (Clore & Byrne, 1974, dalam Suryanto, et. al., 2012).

Diterbitkan padaPsikologi

Cognitive Dissonance: Pengertian, Elemen, Proses & Mengurangi

Cognitive dissonance adalah suatu kondisi membingungkan yang terjadi pada seseorang ketika pemikiran dan perilaku mereka tidak konsisten terhadap pemikiran dan perilaku mereka yang lain sehingga mendorong mereka untuk mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan agar sesuai dengan pembaharuan yang diperlukan. Seperti yang diungkapkan oleh Maryam (2018, hlm. 107) bahwa cognitive dissonance atau disonansi kognitif adalah sebuah keadaan yang tidak menyenangkan, seperti ketika kita memiliki sikap yang tidak sesuai dengan tingkah laku kita.

Diterbitkan padaPsikologi

Attitude (Sikap): Pengertian, Komponen, Fungsi, Pembentukan, Penilaian, dll

Attitude adalah sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan penilaiannya terhadap objek yang disikapinya tersebut (Gerungan, 1991, hlm. 149. Arti attitude itu sendiri adalah “sikap” dalam Bahasa Indonesia. Sikap atau attitude ini merujuk pada evaluasi kita terhadap berbagai aspek dunia sosial, serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial, dan objek (Baron & Byrne dalam Maryam, 2018, hlm. 93).

Diterbitkan padaPsikologi

Kognisi Sosial: Pengertian, Skema, Heuristik & Bias-Biasnya

Kognisi sosial adalah studi mengenai bagaimana manusia menganalisis, menginterpretasi, dan menarik kesimpulan (inferensi) dari informasi sosial yang ada di lingkungannya (Taylor dkk dalam Maryam, 2018, hlm. 81). Dalam berinteraksi dengan orang lain, kita menggunakan cara kerja pikiran kita (kognisi) untuk memahami lingkungan di sekeliling kita agar kita dapat berfungsi di dalamnya secara adaptif. Kognisi semacam ini merupakan dasar dari kognisi sosial (social cognition).

Diterbitkan padaPsikologi

Atribusi: Pengertian, Teori, Jenis & Bias-Biasnya (Penyebab Kegagalan)

Atribusi adalah usaha untuk mengetahui berbagai hal dan faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku serta mengalami suatu kejadian dengan mengetahui alasan-alasan atas perilaku dan kejadian yang telah dialaminya tersebut. Saat berinteraksi dengan orang lain, sering kali kita tidak hanya mengamati perilaku mereka dan dampak dari perilaku tersebut, namun kita juga mencari tahu mengapa mereka melakukan perilaku tersebut. Hal inilah yang dinamakan dengan atribusi, yaitu sebuah proses dimana seorang pengamat menyimpulkan penyebab dari perilaku orang lain (Maryam, 2018, hlm. 72).

© 2024 serupa.id.